#20 - Mummy Ship: Ryouei-Maru

Start from the beginning
                                    

27 Januari: melihat kapal asing. Tak ada jawaban. Hujan. Menggunakan ember untuk mengumpulkan air hujan. Akan dipakai untuk air minum.

17 Februari: persediaan makanan semakin menurun.

6 Maret: tak menangkap ikan satupun. Tak ada makanan tersisa. Kelaparan dan kematian sangat dekat dengan kami.

7 Maret: Orang pertama yang meninggal. Hosoi Denjiro, sang kepala bagian mesin. "Aku hanya ingin menginjakkan kaki di tanah Jepang lagi..." ia mengerang begitu sesaat sebelum ia meninggal. Kami mengadakan upcara penguburan di laut.

9 Maret: kami menangkap ikan hiu yang besar. Naoe Tsuneji tak mau memakannya dan memilih mati. Kembali kami mengadakan upacara penguburan di laut.

15 Maret: Izawa Sutetsugu, yang selama ini menulis log kapal, meninggal karena penyakit.

Kini Matsumoto Gennosuke yang akan menulis. Kami melakukan upacara penguburan di laut. Kami kini berwajah pucat dan suram. Jenggot kami panjang dan tak terawat. Kami seperti zombie yang berjalan tanpa arah di atas kapal. Benar-benar pemandangan yang menyedihkan.

27 Maret: Terada Hatsuzo dan Yokota Ryounosuke tiba-tiba berbicara non-sense. "Heeeeo, itu Gunung Fuji! Kita tiba di Amerika! Aaah, aku bisa melihat pelangi!" Ucapan-ucapan gila. Mereka bahkan mengunyah kayu-kayu di sisi kapal. Mereka akhirnya meninggal dalam penderitaan. Kami tak mungkin jauh dari lapisan terdalam neraka.

29 Maret. Yoshida Toukichi menangkap ikan tuna yang menyebabkan Mitani Torakichi menjadi gila. Ia mengambil kapak dan mengayunkannya ke kepala Yoshida. Bahkan ketika kami melihat hal semengerikan itu, kami tak punya tenaga untuk menghentikannya. Mitani kemudian bunuh diri.

Kami semua menunjukkan tanda-tanda penyakit scurvy karena kekurangan sayuran. Gusi kami mengeluarkan darah dan kami semua tampak berubah menjadi monster. Tuhan, tolong kami ...

4 April: Kapten Miki berhasil menangkap seekor burung camar di dek dengan tangannya. Kami semua segera menerjang kapten seperti binatang liar, mencabut bulu-bulu burung itu, dan memakannya hidup-hidup selagi dia berusaha untuk kabur. Daging mentah, darah yang menetes...aku tak menyangka rasanya akan selezat ini. Apakah ini tandanya kami bukan manusia lagi?

6 April: Tsuji Yoshiji muntah darah dan meninggal.

14 April: Sawayama Kanjuurou tiba-tiba menjadi kasar dan gila dan mulai memotong mayat teman-teman kami. Apakah ini neraka? Aku harap daging manusia ini bisa menyelamatkan kami ....

19 April: Toyama Kazuo dan Sawayama Kanjuurou berebut daging di dapur. Kami semua telah berubah menjadi iblis. Tapi...tapi...kami masih berharap bisa pulang lagi ke rumah. Malam itu, keduanya meninggal dengan darah melumuri tubuh mereka di lantai.

6 Mei: Kapten Miki tak bisa bergerak lagi. Dari 12 orang yang memulai perjalanan ini, hanya kapten dan aku yang masih tersisa. Kami berdua sangatlah sakit dengan beri-beri dan gemetar tiada henti.

11 Mei: Hari mendung. Angin yang kuat datang dari arah barat laut. Kapal hanya terombang-ambing mengikuti angin. Kami tak melihat daratan. Kami tak melihat siluet kapal. Yang bisa kami lakukan hanya menunggu kematian. Jasad teman-teman kami telah membusuk. Gumpalan daging lepas dari tulang mereka. Bau kematian. Hanya ini yang bisa kamu lakukan. Melihat tulang belulang itu dan menunggu saat-saat terakhir kami ...

Catatan itu berakhir di sini.

Tapi di salah satu kayu kapal, sang kapten menulis sebuah pesan bagi keluarganya sebelum ia meninggal.

Dengarkan apa yang aku katakan! Ketika kamu besar, janganlah menjadi nelayan! Jangan sampai kamu melakukan kesalahan yang sama seperti ayah. Kumohon kepadamu, JANGAN menjadi nelayan! Jadilah yang lain. Maafkan ayah, ayah tak bisa kembali. Maafkan aku ...

Namun kenyataannya jauh lebih aneh daripada fiksi. Ketika menyelidiki catatan kapal tersebut, para penyelidik menemukan berbagai keanehan.

Pertama, kapal itu berpapasan dengan puluhan kapal lain, namun tak ada satupun yang menanggapi sinyal darurat mereka.

Kedua, dalam keseluruhan perjalanan mereka melintasi Samudra Pasifik, kru Ryouei-maru hanya melihat satu burung camar.

Keanehan lain datang dari pengakuan Richard Healy, kapten dari kapal kargo "West Ison" yang mencatat ini.

23 Desember, 1926. Seorang awak kru melihat sebuah kapal kayu terombang-ambing sekitar 1.000 km dari Seattle. Kami mengirimkan sinyal darurat, namun tak ada balasan. Kami memutuskan mendekatinya dan di lambung kapal tertulis nama "Ryouei-maru". Sekitar 10 orang berdiri di dalam kapal, di belakang jendela kabin, menatap kami. Tak ada yang menyahut terhadap teriakan kami. Mereka hanya menatap kami dengan tatapan kosong lalu berbalik ke dalam.

Di dalam catatan Ryouei-maru sama sekali tak disebutkan hal itu.

Apa yang sebenarnya terjadi dengan mereka?

mengakubackpacker.blogspot.co.id

RandomCreepypasta [RanCreep]Where stories live. Discover now