Part 17

13.4K 763 19
                                    

Mustahil.

"Apa.. yang kau lakukan disini?" suaraku terdengar lebih kasar daripada yang kuharapkan. Tidak, bukan maksudku aku membencinya. Aku hanya kaget dia tiba-tiba ada disampingku dan memanggilku creampuff.

"Tujuan kita kan sama, tentu saja kita satu pesawat" Christ mengeluarkan senyuman lembutnya, membuatku kehabisan kata-kata.

"O-oh" aku menunduk, malu karena telah berkata dengan nada kasar selama dia masih tersenyum padaku. Kuharap Ryan segera datang untuk meringankan suasana yang memalukan ini.

"Ngomong-ngomong" suara Christ mulai terdengar lagi "Kudengar dari perdebatanmj dengan Ryan kemarin. Jadi, kau memilihku?"

Sialan. Aku ingin segera mencabik-cabik segala sesuatu yang ada di sekitarku saat ini. Christ membuatnya terdengar lebih memalukan! Terlebih lagi, aku tidak bisa menjawabnya sekarang. Aku sudah bilang ke Ryan kalau akan memberikan jawabannya setelah aku menemukan Mom-nya Darrel. Kalau aku jawab Christ sekarang, sama saja namanya aku menjilat ludahku sendiri.

"T-tidak tahu. Bisakah tinggalkan aku sebelum Ryan datang? Dia akan benar-benar membuat wajahmu hancur dalam beberapa menit" oke, tadi itu adalah pengusiran secara halus. Aku mendengar Christ mendengus geli disampingku.

"Baiklah" dia bangkit berdiri dari kursinya "Kurasa aku akan pergi sebelum dia datang. Tapi ingatlah, aku akan mengambilmu lagi" katanya sebelum akhirnya dia pergi ke kursinya di paling depan.

Gila, dua laki-laki mengancamku. Bagaimana aku bisa melalui semua ini dengan tenang sementara ada dua lelaki gila yang sedang menarik-narik lenganku? Jujur saja, aku tak suka begitu mendengar Christ bilang akan mengambilku lagi. Entah mengapa, aku jadi merasa tak enak. Maksudku, dia meninggalkanku, menciumku tiba-tiba, setelah itu mengatakan bahwa kami hanya teman. Daripada begitu, aku lebih suka dengan Ryan yang seperti itu.

Oke, yang tadi itu tidak serius. Mungkin hanya sedikit.

"Hei" sekarang suara Ryan-lah yang terdengar. Entah mengapa aku merasa kecewa dia baru datang sekarang. Kenapa dia tidak datang tadi saja sewaktu masih ada Christ. Aku ingin melihat, seberapa marahnya dia kalau ada Christ di sebelahku dan menggodaku.

"Hai" aku tersenyum padanya setulus yang kubisa. Ryan hanya terdiam memandangku dari tempat duduknya, nampaknya agak sedikit terkejut dengan senyuman yang kukeluarkan.

"Kenapa kau tersenyum begitu indah dihadapanku? Aku malah merinding" sialan bocah ini. Ingin rasanya tangan ini menjambak rambutnya sampai rontok. Ternyata dia belum tahu aku adalah jagoan penjambak rambut disekolahku dulu.

"Bukan! Memangnya salah? Nampaknya lebih baik aku tidak perlu tersenyum sedetik saja dihadapanmu" balasku ketus dan kembali memasang earphone ditelingaku.

"Bukan begitu, aku merinding karena senyumanmu memukau hatiku" walaupun sudah memakai earphone, aku masih bisa mendengar suaranya tapi aku pura-pura tidak mendengar. Gombal.

***

"Lica! Kita sudah sampai" aku mendengar suara orang yang beberapa hari ini menempel di pikiranku. Aku membuka mataku perlahan, samar-samar aku melihat Ryan sedang mengelus rambutku sambil menahan senyumannya.

Setelah benar-benar sadar, aku langsung meraih tangannya dan menggenggamnya keras.

"Beginilah laki-laki sepertimu, kerjaannya mencari kesempatan dalam kesempitan" Ryan mendesis begitu aku mengatakannya.

"Jangan begitu, sayang. Memangnya salah kalau hanya mengelus kepala? Toh aku bukan mengelus pahamu" sekarang aku benar-benar merasa ingin membunuhnya.

"Tentu saja salah, aku kan belum mengizinkan. Selama kita belum 'halal' jangan coba-coba pegang aku!" kataku, kemudian terdiam dan merutuki mulutku sendiri "kecuali tangan"

Ryan langsung tertawa keras begitu mendengarku berkata begitu sampai-sampai aku berharap dia tersedak air liurnya sendiri. Maksudku kan, dia bisa memegang tanganku dalam keadaan darurat. Misalnya saja, aku akan jatuh dari lantai lima. Kalau dia benar-benar orang bodoh yang mengikuti perkataanku untuk tidak menyentuhku sampai "halal", aku kan akan mati!

Kami turun dari pesawat dengan Ryan yang dengan susah payah membantuku membawa tasku dan tas bayi Darrel yang tentu saja, beratnya luar biasa. Aku mengatakan padanya, anggap saja ini hukuman karena telah mengelus kepalaku tanpa ijin. Lalu dia mengeluh dan mengatakan, "Kan aku bukannya mengelus buah dadamu". Yah, kau tahu apa yang telah kulakukan padanya. Menyekiknya sampai dia memohon padaku tentu saja. Tapi tenang saja, aku tak bermaksud membunuhnya.

Begitu kami sampai di tempat utama, Ryan segera meletakkan tasnya di kursi tunggu dengan wajah paling lega yang pernah kulihat kemudian berlari meninggalkanku menunggunya check out.

Selama menunggu, aku memerhatikannya dari jauh sambil tertawa dan geleng-geleng kepala sendiri. Maksudku, astaga, Ryan adalah tipe cowok yang sangat tebar pesona. Kasihan wanita jepang yang mengurusnya disana itu, kelabakan sendiri karena tak tahan melihat tingkah Ryan yang menggoda.

"Creampuff" aku tersentak kaget begitu mendengar suara orang yang familiar memanggilku dari samping.

"Bisakah kau hentikan memanggilku itu? Aku muak mendengarnya" kataku sejujurnya. Aku memang muak mendengarnya memanggiliu dengan sebutan itu.

"Kalau kau muak karena mengingatkanmu akan masa lalu, kembalilah padaku. Setidaknya kau tidak perlu melupakan masa lalu" ini namanya bujukan yang bukan bujukan. Well, aku sendiri tidak mengerti kenapa aku menyebutnya begitu, jangan tanya.

"Tidak, semakin kau paksa aku, semakin aku muak dan akan menolakmu dalam waktu dekat. Setidaknya, Ryan saja bisa menahan diri, seharusnya kau juga" kataku sinis "Permisi aku ingin ke toilet untuk memeriksa popok Darrel"

Aku segera beranjak bangkit dari kursiku, meninggalkannya yang masih membeku karena dibanding-bandingkan dengan Ryan. Sebenarnya aku tidak bermaksud membanding-bandingkannya. Tapi aku merasa aku harus, karena ternyata dia bahkan lebih pemaksa dibanding Ryan. Well sudahlah, aku memang benar-benar ingin ke toilet untuk memeriksa popok Darrel kok.

Begitu sampai didepan pintu toilet wanita, aku langsung masuk untuk memeriksa popok Darrel. Aku membenarkan posisi popoknya yang miring, memeriksa apakah dia buang air besar atau kecil--- yang hasilnya tidak--- sambik bergerumul sendiri dengan pikiranku. Begitu aku merasakannya dan berbicara dengan Christ lebih banyak, aku jadi merasa kesal dengannya.

Aku keluar kamar mandi dengan bantingan pintu yang amat keras sampai-sampai orang yang sedang cuci tangan melonjak kaget dan t*hi yang akan dikeluarkan orang dikamar mandi sebelahku keluar. Aku merasa amat kesal!

Begitu menjejakkan kaki ke tempat Ryan, aku merasa lebih baik. Sekarang, aku hanya butuh dihibur olehnya.

"Maaf, Ryan. Aku ke toilet tanpa ijin denganmu terlebih dulu" kataku memohon padanya yang sedang memandangi ponselnya tanpa mau memandangku. Apa dia marah?

"Lica" ucapnya akhirnya.
"Ya?" balasku, penasaran.

"Apa benar kau telah menyetujui kembali dengan Christ dan setelah menemukan ibu Darrel kalian akan ke Italia bersama?"

Apakah ada nenek tua yang bergosip dengannya?

****
Gomene~ author sibuk memandang betapa tampannya Tomoe (kamisama hajimemashita) dan menonton Yuri!!! On Ice :'3 saya fangirling terlalu banyak akhir-akhir ini. Apalagi saya fujo.

Ditambah mulai minggu depan saya bakalan UAS T^T jadi..... Author..... Akan HIATUS sampai 2 MINGGU kedepan!!! >_< /

Smoga kalian tetap menunggu dengan setia sampai alicia dan Ryan dan Christ kamvret datang 2 minggu lagi oAo

Btw, susah bngt ngeraih rank di Romance T^T pdhl di ChickLit gk sesusah ini.

Found The Baby & YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang