Part 16

14.4K 780 22
                                    

Mataku mengelak untuk membuka saat alarm berbunyi tepat pukul tiga pagi. Rasanya aku tak ingin pergi ke Jepang saja sekalian dan lebih memilih untuk tidur lagi. Tapi tetap saja, ada tanggung jawab yang harus kuselesaikan.

Selain itu, aku heran kenapa Ryan memilih untuk berangkat sepagi ini sedangkan dia belum bangun. Aku sudah mencarinya di dapur dan ruang tengah. Kalau dia tidak berada di kedua tempat itu, seratus persen dia masih terkapar di ranjang.

Aku berjalan menuju kamarnya yang berada tidak begitu jauh dari kamarku kemudian membuka pintunya sedikit.

Benar, dia masih tertidur dengan tenangnya disana. Aku penasaran bagaimana jadinya dia kalau tidak kubangunkan.

Aku berjalan mendekati kasurnya, memerhatikan sejenak wajahnya yang tertidur tenang. Dia kelihatan sangat rapuh dan polos kalau tertidur. Sangat manis.

Aku berlutut disebelah kasurnya, masih menatap wajahnya dengan penasaran. Entah mengapa, aku tidak bisa melepaskan pandanganku darinya. Seakan-akan ada yang mengunci pandanganku. Well, sudahlah. Toh dia tidak sadae aku memerhatikannya.

"Kau pikir aku tak tahu kau memerhatikanku?" aku melotot saking terkejutnya.

Ryan sekarang telah membuka matanya dan tersenyum licik kearahku. Badanku tak bisa bergerak saking terkejutnya.

Sialan. Kupikir dia tidak menyadari kehadiranku!

"Kenapa, sayang? Apakah setampan itu diriku sampai-sampai kau tak bisa mengalihkan pandanganmu dariku?" ucapnya dengan nada menggoda. Dia mulai menggenggam tanganku.

Begitu tangannya yang hangat menyentuhku, aku langsung tersadar. Aku menepiskan tangannya dan menamparnya keras-keras.

"Kurasa kau masih mengiggau. Aku harus segera melihat keadaan Darrel tapi harus kutunda hanya untuk membangunkan manusia sialan sepertimu" aku segera berlari keluar kamarnya dan segera berjalan cepat menuju ruang menonton, tempat dimana keranjang Darrel ditempatkan sekarang.

Begitu sampai, aku dapat melihat dia masih tertidur dengan nyenyaknya. Matanya yang dilengkapi bulu mata lentik itu masih tertutup dan dadanya bergerak naik turun, menunjukkan bahwa dia masih bernafas--- tentu saja.

Terkadang aku khawatir bahwa Darrel sudah tak sadarkan diri lagi karena terlalu sering tertidur. Kalau bayi ini diikutkan lomba bayi tidur paling banyak, dia pasti menang. Lalu aku akan sangat bangga karena dia mendapatkan penghargaan. Kemudian saat dia sudah tumbuh besar, dia mulai berolahraga dan memenangkan pertandingan sekolahnya. Dan tentu saja, aku akan merasa bangga.

Tunggu, aku bahkan bukan ibunya. Kenapa aku sampai bernostalgia sendiri bahwa dia adalah anakku dan yang lebih parah lagi, aku sempat membayangkan Ryan menjadi ayahnya.

Mata Darrel tiba-tiba terbuka, sejenak dia masih mengerjap-ngerjap sampai akhirnya matanya terbuka lebar, memperlihatkan matanya yang bulat berwarna biru.

"Oh Darrel" aku segera menghampirinya, mengangkatnya dari keranjangnya dan menyampirkannya dipundakku "Bayi kecil siapa yang bangun tepat pukul tiga pagi untuk pergi jalan-jalan?"

Tidak ada jawaban, tentu saja.
Aku bergerak berjalan menuju dapur dilantai bawah untuk menyiapkan susu Darrel. Aku sedikit bingung apa aku harus segera memberinya makanan padat? Bukan hanya susu setiap harinya.

Begitu sampai di dapur, aku meraih botol susu yang sudah kuisi dengan bubuknya semalam dan segera mengisinya dengan air hangat dalam teko. Kemudian mengocoknya dengan satu tangan (karena tanganku yang satunya sedang menggendong Darrel) sampai bubuknya larut.

Aku belum melihat Ryan dibawah sini. Biasanya dia akan segera menyeduh kopi atau apa. Apa mungkin dia tertidur kembali? Well, siapa yang peduli. Toh yang akan paling dirugikan dia.

Found The Baby & YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang