Part 6

31.2K 1.3K 16
                                    

Aku tak percaya apa yang sedang terjadi. Aku tak tahu ini salah siapa tapi, aku tak suka dengan ini.

Paparazi sialan itu sedang bersembunyi di balik mobil Ryan yang terparkir di depan Baby Store dan sekarang sedang berlari masuk ke dalam mobil mereka. Sekarang rasanya aku ingin menangis. Seumur hidup aku berusaha menghindari ini, membenci setiap kilatan kamera yang dulu mengejarku. Dan kupikir aku telah berhasil menghindarinya tapi sekarang, aku benar-benar merasa terhina.

"Hei, kenapa?" suara Ryan terdengar dari balik pundakku. Tangannya menyentuh pundakku lembut, aku langsung menepisnya.

"Ini semua gara-gara kau! Sudah kubilang tinggalkan aku sendiri dan urusilah pekerjaanmu!" aku berteriak kesal, masih memungunginya. Aku benar-benar merasa dihina.

"Ya ampun, aku kan hanya ingin menemanimu dan memastikan kalau kau baik-baik saja didalam sana" suaranya terdengar putus asa.

"Oh, setelah ini akan tersebar kalau kau sudah punya istri serta anak dan semuanya akan baik-baik saja" aku berbalik memandangnya, dia mengerutkan keningnya.

"Kau bercanda kan?" tanyanya. Aku menggeleng lesu.

"Aku tidak bercanda. Sekarang aku mau kau membetulkan kesalahpahaman itu sebelum tersiar. Aku tidak mau Mom tahu dan terkena serangan jantung"

"Aku tak yakin bagaimana tapi, aku akan minta tolong agensiku" katanya. Aku merasa sedikit lega, tapi tetap saja, aku merasa terluka akan ingatan masa lalu.

"Tapi, itu kan hanya Paparazi. Kau bisa menjelaskan pada ibumu baik-baik dan dia pasti menge---"

"Dia tidak akan mengerti! Kau tidak tahu betapa dia ingin--" aku berhenti. Sialan, aku nyaris mengatakannya.

"Lupakan. Aku akan membeli kereta bayi karena yang satunya kau tinggalkan. Pergilah ke tempat kerja, aku akan naik taksi" pintaku padanya. Awalnya dia sempat membuka mulutnya untuk berkomentar, kemudian menutupnya lagi.

"Oke, kau tahu rumahku kan?" aku mengangguk sebagai jawaban.

Ryan berjalan ke arah mobilnya, memandangku cemas. Kemudian aku memelototinya, barulah dia masuk ke mobilnya dengan panik.

Aku nyaris saja menangis dan mengatakan tentang masa laluku padanya. Kurasa aku harus belajar cara menutup mulutku disaat panik.

Setelah menunggu selama 3 menit untuk taksi, aku akhirnya bisa menghela napas lega karena setidaknya, Ryan bersedia menyelesaikan masalah ini. Kupikir itu juga tidak bagus untuknya. Maksudku, karirnya pasti akan hancur. Kami akan sama-sama dirugikan.

Oke sekarang, mau kemana aku tadi?

***

Seharian ini aku berjalan-jalan dengan Darrel yang sangat manis. Dia membantuku melupakan segala permasalahanku hari ini. Yah, walaupun aku belum nengerti setiap kata yang dikeluarkannya.

Sekarang kami sedang berada di taman yang penuh dengan bunga-bunga yang sedang mekar, karena sedang musim semi. Kuharap Darrel tidak benar-benar menyukai bunga. Dia sedari tadi memainkan bunga matahari yang kuberikan padanya. Beberapa kali aku menarik tangannya karena dia nyaris memasukkan bunga itu ke mulutnya.

Dia juga sudah mendapatkan kereta baru, berwarna biru yang dilengkapi dengan beberapa stiker pororo di pinggirnya, membuatnya nampak imut.

Bukankah hari ini terasa sempurna. Well tidak. Hal buruknya adalah aku menginap ke rumah Ryan, laki-laki yang baru saja kukenal kemarin. Lalu, aku juga tidak tahu dimana tepatnya keberadaan Mom-nya Darrel. Kemudian, aku juga tertangkap paparazi dan dikira istri Ryan. Intinya, hidupku sudah habis.

Found The Baby & YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang