Part 13

17.2K 943 25
                                    

Ryan's Pov

Aku panik begitu melihat Alicia menutup matanya dan badannya langsung melemas. Aku bergegas menangkapnya sebelum jatuh ke tanah. Sialan, semua ini pasti karena aku tidak mendengarkannya.

"Alicia! Sialan, jangan sekarang dong!" aku gelagapan sendiri, bingung harus apa. Sialnya adalah, aku juga harus mendorong keretanya Darrel. Bagaimana aku bisa menggendong Alicia dan mendorong kereta Darrel dalam waktu bersamaan?!

"Biar kubantu" sebuah suara lelaki yang sangat ingin tidak kutemui saat ini menghampiriku. Yah siapa lagi kalau bukan Christ.

Well, aku sangat berterima kasih kalau dia mau membantuku, tapi setelah kusadari dia berniat meraih Alicia, aku langsung segera bergeser sedikit.

"Jangan! Yang satu ini tanggung jawabku. Kau bawa saja bayinya" aku mengangguk kearah kereta Darrel. Christ sempat kebingungan sendiri kemudian mengangguk mengerti.

"Yah, dia juga tanggung jawabku" Christ bergumam sebelum mendorong kereta bayinya. Tanganku sudah gatal ingin segera memukulnya tapi, keadaan saat ini sedang tidak mendukung. Dan lagi, diliput aku sedang memukuli Christ sebelum ke Jepang besok kan gak keren.

Sialan, bagaimana kalau Alicia masih belum sadarkan diri sampai besok?

Kami berjalan menuju mobil yang kuparkir di dekat pintu masuk sambil membawa 'barang' kami masing-masing. Seharusnya Christ bersyukur karena hanya harus mendorong kereta Darrel dibanding menggendong makhluk ini. Tapi, karena sudah cinta mau apa lagi.

"Kuncinya kuselipkan di bawah selimut Darrel" kataku begitu sampai tepat di depan mobil. Christ mengangguk mengerti kemudian menyibakkan selimut Darrel pelan-pelan.

Sekarang aku merasa tolol. Seharusnya aku menuruti saja apa yang Alicia minta. Untung saja aku hanya mengatakan kalau dia pacarku, kalau kubilang ke semua orang kalau dia istriku, mungkin dia sudah sekarat di rumah sakit sekarang.

Setelah menidurkan Alicia di kursi tengah, aku menutup pintunya pelan. Kuharap dia sadar lebih cepat karena aku akan benar-benar kebingungan. Mungkin aku akan mencipratinya dengan air supaya sadar, entahlah.

"Terima kasih" ucapku setulus-tulusnya pada Christ. Aku memang berterima kasih dia mau membantuku, tapi aku sangat tidak senang dengan kenyataan kalau dia kenal Alicia lebih dulu.

"Kembali. Kau tahu kan kalau aku bisa melindungi Alicia dengan tidak mengakuinya sebagai kekasihku di depan umum?" Christ tersenyum mengejek, menylut emosiku. Sialan, sekarang aku merasa menyesal karena telah mengucapkan terima kasih padanya.

"Well, setidaknya aku tidak meninggalkannya begitu saja dengan kata 'teman'" aku menyindirnya balik. Tadi itu sepenuhnya membuatku merasa puas. Kuharap dia mengerti kalau sekarang Alicia sudah menjadi milikku-- kalau dia tidak menamparku saat bangun. Setidaknya dia mengerti kalau Alicia menghindarinya.

"Kurasa itu yang terbaik. Sampai jumpa besok" dia tersenyum miris kemudian berlalu pergi meninggalkan kereta Darrel denganku. Yah, kuharap tidak ada perang dunia ke tiga setelah ini-- antara warga mode dan fashion (kedengarannya sama saja).

Begitu Christ berlalu pergi, aku mengangkat bahuku. Dia sudah tidak penting lagi, sekarang ada urusan yang jauh lebih penting, yaitu memikirkan cara agar Alicia bangun dan memberikan Darrel susu. Omong-omong tentang susu, apa Lica pernah menyusui bayi ini? Maksudku, bayi ini kan masih beberapa bulan bukan?

Setelah melalui perjalanan selama dua jam, aku akhirnya menyadari tantangan selanjutnya. Apakah aku harus mengeluarkan Darrel dulu atau Alicia? Karena aku tidak bisa menggendong mereka disaat bersamaan. Well, mungkin aku harus membawa Darrel masuk duluan. Bukannya Darrel lebih penting atau apa hanya saja, anak ini masih bayi. Bagaimana kalau ada yang menculiknya.

Tapi Alicia juga perempuan. Bagaimana kalau ada lelaki yang lewat kemudian melihat Alicia di dalam mobil, tergeletak lemah dan tak sadarkan diri kemudian menculiknya?

Kau tahu? Persetan. Aku akan membawa bayinya saja dulu. Alicia akan membunuhku kalau bayi sialan pengganggu ini hilang. Psycho Girlfriend is real.

Aku menggendong Darrel, membisikkannya dengan "gara-gara kau aku tidak bisa modus" kemudian membawanya masuk dengan sedikit mengumpat. Bayi itu merepotkan, tapi lucu. Aku sendiri agak sedih karena Alicia lebih mementingkan anak mungil ini dibanding denganku. Kalau aku diculik, dia mungkin akan berlutut dan menyembah syukur.

Setelah aku menidurkan Darrel di keranjangnya, menahan tanganku agar tidak membantingnya dan berlari ke mobil, aku segera menengok ke jendela, memastikan kalau Alicia masih ada disana. Untungnya hanya ada seekor kucing yang berusaha memanjat masuk tapi tidak berhasil.

Aku segera berlari turun begitu selesai menjejalkan dot bayi bergambar kura-kura ke mulut Darrel.

Untungnya, Alicia masih tertidur dengan amannya di dalam mobil. Jadi aku menggendongnya pelan-pelan, menutup pintu mobil dan berjalan masuk ke dalam.

Aku menidurkannya di ranjang kamarku di lantai bawah dan segera menepuk pipinya.

"Alicia, bangun dong. Aku bakal tidur di luar deh malam ini" aku menepuk pipinya pelan tapi dia masih belum sadarkan diri.

Well, aku benar-benar tak punya waktu untuk ini. Satu-satunya cara adalah memakai cara ekstrem seperti yang dilakukan pangeran siapalah itu dari dongeng. Aku yakin kalau setelah itu dia akan menampar pipiku keras tapi, kalau tamparan cinta sih, aku tak peduli.

Aku mendekatkan wajahku perlahan, mencium bibirnya lembut, tanpa napsu, hanya cinta. Dan hasilnya, dia terbangun!

Aku tidak pernah percaya akan dongeng tapi entah mengapa yang kali ini berhasil. Mungkin aku memang cinta sejatinya, kurasa.

"Ryan? Mana Darrel?" suara Alicia yang halus membuai amarahku. Sialan, bayi itu lagi. Kenapa dia tidak bertanya "Ryan? Itu benar kau?", aku sungguh akan tersanjung.

"Aku tidurkan di keranjang tidurnya di atas dengan dot kura-kuranya" aku memutar bola mataku kesal.

"Oh" dia berusaha untuk duduk dan aku membantunya.

"Lica, maaf sekali tentang hari ini. Aku tidak tahu kalau kau akan setakut itu" ucapku langsung, tidak bisa menahannya lagi. Tadinya aku ingin mengucapkannya sambil memberikan beribu bunga tapi, ya sudahlah.

"Tidak perlu minta maaf. Lagipula, aku juga yang memintamu pada awalnya" katanya, suaranya terdengar tulus, membuatku merasa bersalah.

"Tapi akulah yang menekanmu untuk menantang keberanianku. Maaf" aku mengelus pipinya lembut. Dia menahan tanganku dan menurunkannya.

"Dengar, lebih baik kita tidak perlu berhubungan sedekat ini dulu. Aku tahu kita sudah saling berciuman tapi, aku tidak mau. Untuk saat ini, kita tidak perlu sedekat ini. Bersikaplah sebagai teman" aku terdiam, membeku di tempat, dan tak bisa bergerak. Sialan, kenapa dia malah mengucapkan hal semacam itu? Apa artinya ciuman kalau tidak ada hubungan khusus?

"Sampai berapa lama?" tanyaku akhirnya, masih sambil menundukkan kepalaku dan memegang tangan Alicia erat-erat, tak mau melepasnya.

"Entahlah. Mungkin selamanya, dengar. Aku tak bisa jatuh cinta setelah Christian"

Hening.

Well, seharusnya aku mengatakannya dengan bunga.

****
Maaf banget updatenya kemaleman.. Dan janjinya sih panjang tp malah sedikit ini :( bakal aku pastikan bsk update lagi kok. Seharian ini aku khawatir dgn keadaan seorang cowok gila yang mengirimiku kata2 jepang yg gak aku ngerti. Dia gak mau ksh tau artinya alhasil, aku harus cari artinya lewat google dan gak ketemu sama sekali. Biasa, penggemar jepang sampe2 aku gak dilirik *curhatmodeon* *sedihnya* jadi intinya, krn dia aku gak sempet update dan krn dia, aku kena migren. Bye.

(A.L, if you read this, you're a psychopath!)

Found The Baby & YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang