-31-

1.3K 101 1
                                    

°Ann°

Kubuka mataku.

Pemandangan pertama yang kulihat adalah warna hijau tua tenda disekelilingku.

Namun, ini bukan tendaku. Tenda ini sedikit lebih besar. Tenda darurat?

Kucoba untuk bangkit duduk.

Namun, rasa sakit langsung menyerang kepalaku.

"Lo udah bangun?", ucap seseorang. Nick.

"Ya", jawabku parau.

"Gue ambilin makanan ya. Lo pasti belom makan dari pagi", ucapnya.

"Oke", jawabku.

Nick pun pergi keluar tenda.

Beberapa saat kemudian, ia kembali sambil membawa satu piring putih dengan sebuah sendok dan makanan diatasnya.

"Sekarang jam berapa?", tanyaku pada Nick setelah ia duduk di kursi disamping tempatku berbaring saat ini.

"Jam 11", jawab Nick.

"Makan malam udah selesai dari tadi kan?", tanyaku.

"Iya", jawab Nick.

"Lo udah makan?", tanyaku.

"Hello! Yang sakit siapa ya?", ucap Nick sambil memutar bola matanya.

"Gue kan nanya", ucapku.

"Hehehe.. Udah kok bawel", ucap Nick sambil mencubit hidung ku.

Astaga! Pasti muka gue sekarang merah.

"Kok lo belom tidur?", tanyaku.

"Gimana gue bisa tidur, kalo gue mikirin lo terus?", ucap Nick.

Dheg. Nick mengkhawatirkanku?

"M-maksudnya?", tanyaku.

"B-banyak nanya deh. Ga kok ga papa", jawab Nick.

"Se-"

"Udah, makan dulu", ucap Nick memotong ucapanku.

Ia pun menyendokkan satu sendok nasi ke mulutku.

Enak.

Entah karena memang rasanya yang enak, atau karena Nick yang menyuapiku?

"Gimana? Enak?", tanya Nick.

"Lo nanya itu, seakan-akan lo yang masak makanan itu", ucapku sambil tersenyum.

"Yee.. Gue kan udah capek-capek ngambilin makanan ini buat lo. Jadi gue mau tau tanggapan lo. Enak ga?"

"Iya. Enak kok"

Selanjutnya, Nick kembali menyuapiku.

Ketika makanan di piring sudah habis, Nick mengambil minuman yang ada diatas meja.

"Nih, minum dulu", ucap Nick sambil berusaha membantu ku untuk duduk.

Setelah minum, Nick kembali menyuruhku untuk tidur.

"Mendingan sekarang lo tidur. Udah malem. Biar besok lo bisa merasa lebih baik", ucap Nick.

Ini yang gue suka dari lo, Nick. Lo perhatian.

"Iya. Makasih ya udah nemenin gue", ucapku.

"Selo aja kali. BTW, lo berat banget, sih", ucap Nick.

"Berat? Lo tadi gendong gue?", tanyaku.

"Ya. Tadi lo pingsan, jadi gue gendong lo turun dari gunung ke sini", ucap Nick.

"Oh hehehe... Emangnya gue seberat itu ya? Jadi ga enak nih gue ngerepotin lo lagi", ucapku.

Ucapanku barusan jujur, berasal dari hatiku.

"Ga berat kok, gue cuma bercanda. Lo udah ngerepotin gue karena ngebuat gue terus-terusan mikirin lo. Lain kali, jangan buat gue khawatir lagi ya", ucap Nick, tulus.

Aku hanya bisa terdiam mendengar ucapan Nick. Tak ada kata yang sanggup terucap.

Benarkah ini Nick?

Kucoba mencari kebohongan di wajah tampannya.

Namun, yang bisa kulihat adalah tatapan kejujuran dan ketulusan di matanya.

"Sekarang lo tidur ya", ucap Nick sambil menyelimutiku dengan selimut yang ada di bawah kakiku.

"Good night, Ann", ucap Nick sambil tersenyum.

Apakah dia sebentar lagi ingin kembali ke tendanya? Secepat itukah waktu berjalan?

"Nick...", panggilku pelan.

"Ya?"

"Jangan kemana-mana. Disini aja, temenin gue", ucapku.

Nick tersenyum.

"Gue disini. Gue ga akan pergi sampe lo nyuruh gue pergi", jawab Nick kemudian menggenggam tanganku.

Jika waktu dapat berhenti saat itu juga, maka aku tak butuh adanya masa depan.

Bukankah itu semua sudah jelas?

Ya. Sudah jelas.

Nick.

Aku menyukaimu.




Pendek amat anjir-_-
Tapi, ceritanya khusus Nick sama Ann *ciecie*
Makasih ya buat yang masih setia baca sampe sekarang😉😊
Makasih buat vomment nya.

31-10-2016

Remember? Where stories live. Discover now