Almost Missing -15-

116 18 0
                                    

Masih di level 6, Istana Kristal.

Aelke terduduk lesu dengan punggung yang menyandar di kepala ranjang. Diam-diam, Aelke memikirkan kejadian saat ia membuka mata, dan Morgan mengecup keningnya.

"Makan dulu, abis itu, kita harus cepet ke level 7." Morgan meraih makanan yang dibawakan Prinsia dan duduk di samping ranjang. Aelke hanya mengangguk lemah.

"Aa... Buka mulutnya..." Morgan sudah siap menyuapi Aelke.

"Gue makan sendiri aja, ya..." pinta Aelke jadi canggung. Morgan menggeleng.

"Disuapin gue harganya mahal. Ini gratisan, gak usah nolak..." Morgan. Aelke ragu-ragu membuka mulutnya dan mengunyah makanan.

'Gue jadi deg-degan gini...' bathin Aelke.

"Peri, kamu kenapa?" Aelke menoleh dan memandangi peri Vina yang terduduk lemas di sampingnya.

"Aku tidak apa-apa..." ucap peri Vina tersenyum.

"Gan, lo kok bisa gak lecet sama sekali? Kok gue yang jadi lemes gini?" tanya Aelke setelah mengunyah makanannya.

"Peri Vina yang bantu, makannya sekarang dia lemes." jelas Morgan.

"Peri, aku harus bales apa? Kamu baik banget..." ujar Aelke mengangkat tubuh kecil peri Vina dan menjadikan telapak tangannya untuk tempat duduk peri Vina.

"Eum, tak usah balas apa-apa. Sore nanti, kita menuju level 7. Oke?"

***

Senja sudah hiasi langit biru. Gradasi warna jingganya sangat indah membentang di langit sang pencipta. Morgan dan Aelke berjalan ke taman luas yang berada di depan Istana.

"Gan, pintunya gak ada. Berlian di gelang gue udah abis, apa kita bisa pulang? Buktinya kita masih disini... Gue takut gak bisa balik..." ujar Aelke berjalan di samping Morgan.

"Gue gak tau, tapi peri Vina kan udah bilang, sore ini kita ke level 7." Morgan.

"Semoga bisa pulang..." Aelke.

"Gak pulang pun gak ape-ape, asal lo disini nemenin gue." Morgan tersenyum dan Aelke malah tertawa melihat ekspresi Morgan.

"Bisa gombal ternyata..."

"Gue gombalnya dari hati, loh..." Morgan nyengir.

"Terus? Gue musti ngapain?" Aelke memasang wajah innocent-nya.

"Musti duduk manis disini!" Morgan menarik tangan Aelke dan memintanya duduk di salah satu bangku taman berukuran 1,5 meter yang terbuat dari besi dengan warna putih terawat.

Aelke duduk tak mengerti, Morgan berjalan menuju beberapa tanaman bunga koleksi kerajaan. Aelke melihat apa yang dilakukan Morgan dan mengernyitkan dahinya.

"Mau apa sih tu anak...?" gumam Aelke heran.

Tak lama, Morgan kembali mendekati Aelke dan langsung memakaikan mahkota yang terbuat dari rangkaian bunga di kepala Aelke dan itu semua, Morgan buat sendirian dalam waktu yang singkat.

"Mahkota buat putri Aelke, bukan putri Anabel... Dari pangeran Morgan Winata." ucap Morgan tersenyum puas melihat Aelke yang level cantiknya mencapai titik full di matanya saat mengenakan mahkota tersebut. Aelke seketika memerah kedua pipinya atas perlakuan Morgan.

"Terima kasih pangeran Morgan Winata..." ujar Aelke yang bangkit dan menyilangkan kedua kakinya lalu sedikit membungkuk dengan rok yang ia singkap ke kanan seolah menghormati Morgan. Morgan terkekeh melihatnya.

"Hei, sudah siap ke level 7?" tanya peri Vina yang tiba-tiba saja sudah duduk manis di bahu Morgan.

"Mana pintunya?" tanya Aelke.

Almost MissingDove le storie prendono vita. Scoprilo ora