Almost Missing -6-

158 21 1
                                    

"Lari.....!!!"

***

Rembulan beranjak makin tinggi. Malam yang larut, Aelke tidak bisa memejamkan matanya gelisah. Esok adalah pernikahan putri Monica dengan pangeran Bisma. Dia dan Morgan belum juga menemukan bagaimana cara keluar dari Perjalanan mereka.

Tok, tok!

Aelke menoleh, jendela kamarnya diketuk dari luar.

"Aelke, ini gue!"

Aelke berjalan mendekati jendela dan ragu-ragu membukanya karena tadi, suara Morgan terdengar meski pelan.

"Lo manjat apa gimana?" tanya Aelke terkejut melihat Morgan yang langsung lompat masuk ke dalam kamar megahnya.

"Manjat pake ilmunya Spiderman, keren, pan? Keringetan gue! Lama lo bukanya..." gerutu Morgan langsung menghempaskan tubuhnya di atas ranjang empuk yang Aelke tempati. Aelke duduk di sisi ranjang.

"Gimana? Gue pengen pulaaang... Rafaell entar nyariin. Restorannya gimana..." ujar Aelke memelas, Morgan duduk dan menatap Aelke.

"Lo enak, restoran punya bokap. Lah gue? Kerja di perusahaan, terus kejebak disini. Kita sama-sama malang, kali..." timpal Morgan memangku dagunya.

"Ya tapi, gimana bisa keluar? Satu tempat aja belom kelar. Mana besok acara pernikahannya, mati gue!" Aelke jadi panik sendiri.

"Gak bakal kejadian itu nikahan sama pangeran yang gak lebih ganteng dari gue. Gue ada tugas buat lo!" ujar Morgan tiba-tiba serius, Aelke langsung menyimak.

"Tugas apa?" tanyanya.

"Pangeran Bisma itu cuma manfaatin lo doang buat dapet kekuasaan..." Morgan.

"Kata siapa?"

"Gue denger langsung tadi omongan dia lagi ngobrol serius sama juru bicara raja Ludwig. Kayanya mereka sekongkol. Gue dengernya pas di mau pulang ke Istananya."

"Terus, gue musti ngapain?" tanya Aelke.

"Sini, gue bisikin!"

***

Suara musik klasik menggaum. Rakyat Jerman sudah berkumpul memadati Istana dari benteng yang membentang untuk melihat pernikahan akbar putri Monica Ludwig dengan pangeran Bisma Lavato. Aelke menuruni anak tangga dengan gaun yang sangat indah. Ia memegangi kalung pemberian ratu Ludwig dan mahkota indah terpatri rapi di atas kepalanya.

Aelke melihat Morgan berdiri di deretan pekerja Istana lain yang membungkuk memberi hormat saat ia, raja dan ratu turun  berjalan menuju altar untuk melakukan pernikahan.

"Putri Monica Ludwig sudah tiba. Pernikahan akan segera dimulai." ujar seorang protokol di atas stage altar. Semua orang duduk tenang, sedangkan Aelke berusaha mati-matian menenangkan hatinya. Morgan terlihat sudah duduk di balik piano klasik dan mengedipkan matanya pada Aelke. Aelke menghembuskan nafas berat, pangeran Bisma sudah berada di hadapannya tersenyum manis.

"Kalung kebesaran milik kerajaan, akan diberikan dengan hormat kepada pangeran Bisma sebelum acara pernikahan dimulai. Sebagai tanda penyerahan dan penyatuan kekuasaan dua kerajaan." protokol memberi arahan, Aelke menggenggam kalungnya dan menolak untuk menyerahkan kalung kepada pangeran Bisma.

"Ada apa?" tanya pangeran Bisma heran.

"Sebelum acara dimulai, aku punya kejutan untukmu, pangeran..." ucap Aelke tersenyum licik. Semua orang yang berada disana melihat Aelke heran. Aelke dibantu dua orang selir Istana berjalan menuju stage dan langsung memegang speaker. Morgan siap-siap disana.

"Ijinkan aku memberi kejutan kepada calon suamiku, pangeran Bisma..." ujar Aelke membungkukkan badannya.

Perlahan, nada-nada indah mengalun, jari lentik Morgan dengan lihai menekan tuts-tuts piano. Untuk bisa mendapat kepercayaan bermain musik, Morgan dan Aelke harus susah payah meminta semua itu kepada sang raja.

Almost MissingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang