Almost Missing -2-

227 24 1
                                    

Pagi cerah di ibu kota Jakarta. Aelke siap bekerja hari ini. Di bayangannya, akan ada banyak pelanggan hari ini dan itu adalah kebahagiaan untuknya.

'Hidup ramai adalah kebahagiaan. Sepi cukup di dalam rantai kegelapan malam. Tidak ada lagi sepi, kita bersenang!' gumam Aelke di dalam hatinya sambil memoles sedikit blush on di wajahnya yang tidak memakai bedak sedikitpun.

Aelke keluar dari apartemennya dan mengunci pintu, ia sudah mengenakan seragam restoran seperti biasanya.

Lift terbuka, Aelke langsung memasukinya dan seorang pemuda ikut masuk di dalamnya.

"Tunggu, lo bukannya pelayan cafe kemaren?" Aelke menoleh, dan mendapati sosok Morgan sudah berdiri di sampingnya. Hanya ada mereka berdua dalam lift.

"Iya..." jawab Aelke singkat, lalu menatap ke depan.

"Kenalin, gue Morgan..." ujar Morgan mengulurkan tangan kanannya dengan maksud mengajak Aelke berkenalan. Aelke menoleh dan tersenyum tipis, lalu menyambut uluran tangan Morgan.

"Aelke..." jawab Aelke yang langsung melepaskan uluran tangannya lagi.

"Aelke? Nama yang unik..." gumam Morgan mengangguk-angguk sendiri. Aelke hanya diam sambil melirik arloji di tangannya.

"Lo tinggal di apatermen sini?" tanya Morgan.

"Iya." singkat Aelke.

"Udah lama?" tanya Morgan lagi.

"Udah."

"Dari kapan?"

"Lupa."

"Masih kuliah?"

"Enggak."

Morgan mendengus kesal, Aelke orang yang irit bicara, atau memang hanya kepada Morgan dia seperti itu?

Pintu lift terbuka, tanpa bicara apapun lagi pada Morgan, Aelke langsung melangkahkan kakinya keluar dari lift dan Morgan juga ikut keluar.

***

Rangga sedang asik menekan tuts-tuts keyboardnya. Bukan sedang bekerja seperti biasa, dia malah asik online dijam kerja.

"Bule, ternyata pelayan kemaren 1 tempat apartemen sama gue..." ujar Morgan menoleh pada Rangga dan meninggalkan pekerjaannya sebentar. Kursi kerjanya memang bersebelahan dengan Rangga.

"Serius, lo?" tanya Rangga langsung membolakan matanya.

"Iya. Cuma beda berapa kamar, terus satu lantai sama gue. Masa dia ngomong sama gue irit banget!" ucap Morgan.

"Irit gimana?" tanya Rangga mengangkat sebelah alisnya.

"Kalo gue tanya, dia cuma jawab, iya, enggak, lupa, gitu..." Morgan mengikuti gaya bicara Aelke tadi pagi. Rangga langsung menggeleng.

"Enggak, ah! Dia gak begitu sama gue mah, seru anaknya. Makannya gue naksir." ujar Rangga.

"Masa, sih? Gak percaya gue..." Morgan.

"Nanti, gue buktiin."

***

Rafaell duduk manis di salah satu kursi restoran yang nampak ramai. Seorang pelayan mendekatinya dan seperti biasa, menawarkan menu makanan yang bisa dipesan.

"Tumben banget kak Rafa mesen disini, biasanya langsung nyelonong aja ke tempat Clara." ujar pelayan yang setelah itu memberikan buku menu di atas meja Rafaell.

"Lagi pengen dilayanin. Siapin mie hot plate sama durian juice. Terus, jangan lupa level pedesnya 5 ya. Terus, yang bawa-in pesenan gue musti Clara. Terus, kalo si Ael yang sipit itu marah-marah gak usah didenger. Pokoknya, gue mau Clara yang anter, titik!" cerocos Rafaell. Pelayan di hadapannya terlihat kebingungan.

Almost MissingМесто, где живут истории. Откройте их для себя