Almost Missing -3-

198 25 0
                                    

"Semua pintu masuk, punya pintu keluar."

***

Senin pagi di sebuah perusahaan, Jakarta.

Morgan meletakkan pensilnya sembarangan. Gambar gedung belum selesai, padahal tugasnya sudah hampir deadline. Morgan adalah lulusan arsitektur. Dia senang menggambar dan mendesain sebuah bangunan. Ia bekerja di salah satu perusahaan besar bersama Rangga.

"Gan, lesu amat!" ujar Rangga sambil meletakkan secangkir kopi di meja kerja Morgan. Morgan mendesah kesal, dan menggulung kertas besar yang baru memperlihatkan sketsa bangunan modern.

"Gak semangat. Lo udah selesai?" tanya Morgan, Rangga mengangguk dan menyeruput kopinya.

"Caisya kemaren nyariin lo, lo kenapa sama dia?" tanya Rangga yang menarik kursi lalu duduk di samping Morgan.

"Gue udah putus sama dia. Ngapain dia nyariin gue lagi." jawab Morgan malas.

"Hah? Udah putus aja. Perasaan baru kemaren lo jadian." Rangga.

"Abis dia manja banget. Manjanya alay. Gue males kali!" ujar Morgan.

"Haha, lagian, cewek genit kayak dia lo pacarin."

"Gue kira pan dia kagak segitunya." Morgan meletakkan alat-alat menggambarnya ke tempatnya.

"Lunch di Artistic Food, yuk, siang ini..." ajak Rangga berusaha membuat Morgan tidak lesu. Morgan menggeleng.

"Kenapa? Perasaan lo bilang itu resto keren gila..." Rangga.

"Aelke enggak ada." jawab Morgan. Rangga langsung menaruh cangkir kopinya dan menatap Morgan sarkastik.

"Aelke gak ada, terus lo gamau kesana? Jangan bilang lo naksir dia...!" sergah Rangga bersedekap dada.

"Gue emang naksir dari awal. Dia beda. Dan gue suka. Terus, lo juga naksir. Kita bersaing sehat, deh. Deal?" cerocos Morgan sampai Rangga melongo mendengarnya.

"Bersaing sehat kata lo? Ogah! Gue pan naksir dia duluan." ujar Rangga keukeuh, Morgan mendelik kesal.

"Gue naksirnya sama dia. Mau gimana?" tanya Morgan dengan wajah polosnya, Rangga menggeleng keras.

"Buat masalah Aelke. Kita bukan temen, Gan." ujar Rangga terlihat serius, Morgan jadi kikuk sendiri.

"Woi! Ribut aja pagi-pagi. Lagi cuci gudang, tuh! Serbu yuk!" ujar seorang gadis yang bekerja disana. Dia lumayan dekat dengan Morgan dan Rangga, namanya Ulfi.

"Serius, lo? Ah musti gece, nih!" ujar Rangga langsung ikut berlari bersama Ulfi. Sebagai pekerja keras dan harus bisa bertahan dengan kejamnya ibu kota. Morgan ikut bangkit dan melangkah santai menuju gudang penyimpanan. Pasti lumayan banyak barang-barang layak pakai disana.

***

Morgan, Rangga dan Ulfi sedang makan siang di restoran Artistic Food. Makanan yang mereka bertiga pesan kali ini khas Indonesia. Morgan memesan opor ayam. Rangga udang bumbu cobek, dan Ulfi memesan pepes ikan gurame.

"Gan, makanan lo dianggurin mulu, mending buat gue!" ucap Ulfi sambil asik memakan guramenya memakai tangan. Rangga sudah belepotan bumbu cobek di tangan kanannya mencomot ayam di piring Morgan.

"Makan dah, gue gak nafsu." ujar Morgan mendorong piringnya, dengan cepat, Rangga dan Ulfi berebut opor ayam Morgan.

"Aelke lagi liburan kali, Gan. Lo ampe galau begitu." ujar Rangga, Morgan bergeming.

"Tau... Sapa tau tu cewek lagi liburan bareng pacarnya. Lo gak usah ngarep, Gan." timpal Ulfi.

"Gue juga naksir dia tapi biasa aja." Rangga memanasi. Morgan menghela nafasnya.

Almost MissingWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu