Almost Missing -11-

143 20 1
                                    


Malam terus beranjak. Aelke termenung dengan sisa isak tangis yang memilukan di dalam sebuah tenda. Morgan terlihat buruk di hadapannya. Matanya terpejam dan belum sadarkan diri. Tangan kirinya patah dan sudah digift dua bilah kayu dengan kain putih membalut tangannya.

"Dia akan baik-baik saja. Kau harus tenang." ujar seorang pemuda bertubuh kekar dan lumayan gembul menenangkan Aelke. Namanya Ilham.

Saat Aelke menangis tak tahu harus bagaimana menemukan Morgan. Ada dua orang pemuda merupakan gabungan tim pecinta alam melintas dan terkejut melihat Aelke. Keduanya mencari Morgan dan menyusuri jurang sampai akhirnya menemukan Morgan dengan keadaan mengenaskan. Kepalanya berdarah-darah. Bekas cakaran monyet memenuhi beberapa bagian tubuhnya dan tangan kirinya patah ringan.

Karena malam sudah tiba, kedua pemuda tersebut yang bernama Ilham dan Reza membawa Morgan dan menyelamatkannya lalu mendirikan sebuah tenda untuk bermalam. Aelke tergugu sejak melihat Morgan. Ia merasa bersalah pada dirinya sendiri. Meski dirinya juga sempat jadi korban keganasan monyet terkutuk itu.

"Kapan dia sadar...?" tanya Aelke parau dan takut Morgan tidak selamat. Beberapa bagian di tangan Aelke sudah diperban oleh Ilham.

"Secepatnya. Doakan saja. Kau lebih baik istirahat." ucap pemuda yang bernama Reza. Aelke menggeleng.

"Aku tak akan istirahat sebelum dia sadarkan diri." ujar Aelke mengelus tangan Morgan yang tidak luka.

"Istirahat, esok dia pasti tersenyum menatapmu. Dia pasti kekasih yang baik. Yang menolongmu sampai dia sendiri jadi seperti ini." ucap Ilham sambil merapatkan jaketnya. Udara sangat dingin, Aelke pun memakai jaket Reza.

"Dia bukan kekasihku." ujar Aelke menggeleng polos.

"Lalu?" tanya Reza penasaran.

"Dia temanku..." jawab Aelke.

"Kalian cocoknya jadi sepasang kekasih..." timpal Reza. Aelke tersenyum mendengarnya.

"Masa, sih? Ah, apa ujung hutan ini masih jauh dari sini?" tanya Aelke.

"Tidak, sudah dekat. Sekitar 200 meter..." jawab Ilham. Ia menyuguhkan air teh hangat yang dimasaknya kepada Aelke dan Aelke menyesapnya. Setelah teh habis, Aelke mendekati Morgan dan menatapnya. Ia mengelus punggung tangan Morgan lalu berujar "Lo harus baik-baik, ya. Level 5 harus udah sembuh!"

"Mau kemana?" tanya Reza bangkit menyusul Aelke yang melangkah begitu saja keluar tenda.

"Aku mau keluar hutan..." jawab Aelke mantap tak peduli hutan gelap dan udara sangat dingin. Reza membolakan matanya.

"Mau apa? Kau akan meninggalkan temanmu itu?" tanya Reza.

"Iya. Aku keluar hutan demi dia. Mau antar?" tanya Aelke. Reza makin aneh.

"Demi dia? Aneh sekali..."

"Mau antar aku tidak?"

"Okelah, ayo!"

***

Hutan gelap dengan suara-suara gauman serigala menambah senyap kegelapan malam. Aelke memeluki tubuhnya menggigil. Reza berjalan di samping Aelke dengan lampion kecil yang menerangi langkah mereka. Reza bilang, jaraknya memang tidak jauh lagi. Tapi, landai jalanan hutan yang menjadikan jarak terasa jauh karena berliku-liku dan lembab. 
Bersama Reza, Aelke sedikit banyak bisa mengenal hutan. Reza dan Ilham memang sudah pengalaman menjelajah hutan. Dan mereka berdua banyak menyimpan cerita suka duka selama menjelajah. Salah satunya, pernah hampir tamat seperti Morgan, lawannya adalah serigala dan singa.

"Masih jauh?" tanya Aelke kedinginan. Reza mengangkat lampionnya dan melihat jalan setapak di depan.

"Sebentar lagi. Apa yang akan kau lakukan di luar hutan?" tanya Reza, Aelke menatap cahaya rembulan di atas sana.

Almost MissingWhere stories live. Discover now