Almost Missing -4-

185 22 3
                                    


Pria berwajah chiness itu sedang sibuk dengan berkas pemasukan dan pengeluaran restoran.

"Raf, ini nih rekapan pesanan online minggu ini." Clara, gadis itu masuk ke dalam ruangan tempat Rafaell mengelola data-data restoran.

"Meningkat atau menurun?" tanya Rafaell tanpa menoleh, ia masih fokus pada aktifitasnya.

"Stabil. Tapi, lebih banyak pelanggan online yang dateng langsung. Penasaran katanya sama restoran ini." jelas Clara yang duduk di samping Rafaell.

"Oh, bagus, dong!" tukas Rafaell tersenyum dan menyudahi pekerjaannya.

"Udah selesai?" tanya Clara, Rafaell mengangguk. "Jalan, yuk!" ajak Rafaell, Clara mendelik malas. "Ogah, ah! Jangan bawa gue kabur mulu napa. Kerjaan belom selesai!" timpal Clara, Rafaell terkekeh.

"Pekerja yang baik, haha!"

"Iya, lah. Gue kan lo gaji. Masa gue makan gaji buta tanpa kerja. Amit-amit!" Clara.

"Hei, beduaan aja kalian! Ada reporter dari TV tuh, mau wawancara bos sipit!" Aelke menyembulkan wajahnya di ambang pintu ruangan Rafaell.

"Sekate-kate lo manggil gue sipit, sipitan juga elo!" sergah Rafaell tak terima.

"Sipit juga mempesona gue, mah!" timpal Aelke yang langsung melangkah pergi.

"Raf, cepetan wawancara sana..." ujar Clara yang sudah bangkit dan akan kembali bekerja.

"Iya, hayu keluar..." Rafaell ikut berdiri dan hendak melangkah keluar, tapi Clara menahan tangan Rafaell.

"Eh, bentar! Sampe kapan gue jadi pelampiasan lo?" tanya Clara.

"Pan gue uda bilang, jangan ngerasa jadi pelampiasan gue. Anggep aja kita bertemen deket..." jawab Rafaell. Clara tertegun.

"Gue cuma gak yakin..."

"Kenapa?"

"Gak yakin lo bisa lepasin rasa lo sama Aelke... Gimana caranya gue terus nemenin lo sampe lo gak cinta lagi sama adek tiri lo sendiri...?"

"Lo nanyain itu ke gue, jelas gue gak tau..." jawab Rafaell.

"Ah elah, ribet. Lo sih, pake suka sama ade sendiri..."

"Kita pacaran aja, siapa tau nanti gue jatuh cinta beneran sama lo..." ujar Rafaell dengan wajah seperti tanpa dosa sama sekali. Clara membolakan matanya.

"Gila, lo!" tukasnya kesal, Rafaell menjulurkan lidahnya lalu dengan cepat keluar ruangan dan menemui para wartawan.

***

Morgan makin menikmati harinya. Bersebelahan kamar apartemen dengan Aelke gadis yang disukainya seperti anugerah untuknya.

Semakin hari, Aelke semakin bisa beradaptasi dengan Morgan yang selalu mengajukan banyak pertanyaan dengan wajah keponya. Aelke jadi tidak lagi irit bicara di depan Morgan.

Sore sudah hampir habis. Jingga sang senja semakin memerah dengan bentangan biru sang langit yang mulai gelap. Aelke baru selesai menyiram tanaman hias di balkon kamarnya. Di sebelahnya, terlihat Morgan keluar dan menerawang sebuah gambar di kertasnya ke langit senja.

"Gambar apaan, sih?" Aelke bertengger di pagar balkonnya yang mengarah ke balkon kamar Morgan. Morgan menoleh dan menyunggingkan senyuman manisnya.

"Biasa, proyek besar." jawab Morgan nyengir.

"Percaya, deh, yang arsitek mah..." goda Aelke.

"Haha, belum ahli. Tapi gue gak bakal berhenti usaha..." ujar Morgan.

Almost MissingWhere stories live. Discover now