Aku memutar kedua bola mataku. Aku yakin pasti Aiden tidak hanya ingin bicara tentang kerja kelompok kami.

"Baiklah jika kau memaksa." aku beranjak dari tempat duduk ku.

"Sampai ketemu nanti, Case." ujarku sambil melambaikan tangan padanya.

Kami pergi ke dalam ruangan biologi yang sekarang kosong. Aiden mengunci pintunya saat aku masuk ke dalam.

Aku menghadap ke salah satu jendela. Mengembuskan napas dan berbalik.

"Jadi kerja kelompok apa yang ingin kau bicarakan di ruangan yang di kunci?" aku melipat tanganku di dada dan berusaha acuh.

Aiden mengusap-usap tengkuknya. "Tidak. Ini bukan tentang kerja kelompok." dia mendeham. "Ini tentang kita."

"Aku hanya, entahlah, mungkin aku sedikit terkejut oleh semua ini. Dan aku yakin kau juga tidak ingin menjadi seperti ini. Aku hanya ingin bilang bahwa tidak apa-apa. Maksudku, aku tidak peduli dengan kutukan sialan itu atau apapun itu. Kurasa itu tetap tidak mempengaruhi ku," paparnya.

Aku tidak terkejut bahwa inilah alasan Aiden menjaga jarak denganku. Aku tahu bahwa Aiden memang membutuhkan waktu untuk memahami ini semua. Lagipula aku juga tidak pernah menduga bahwa ini semua ini terjadi.

Maksudku ini pertama kalinya aku memberitahukan ke seseorang tentang diriku yang sebenarnya. Dan aku masih terkejut juga bahwa akhirnya aku bicara jujur tentang apa diriku sebenarnya pada orang lain.

"Entahlah," jawabku, datar. "Aku juga belum bisa memahami diriku sebenarnya, kadang. Aku juga bingung apa yang harus kulakukan selanjutnya. Tapi hidup tetap berlanjut dan aku tetap hidup. Jadi ini semua pasti berlalu begitu saja."

Aiden tidak berjengit.

Aku bisa merasakan bahwa ada hawa dingin yang merasukiku.

"Baiklah. Aku mengerti. Tak apa."

Aku tetap berdiri mematung ketika Aiden membanting pintu menutup.

--------------------

"Jadi apa yang cowok itu katakan padamu?" tanya Cassie padaku sesaat setelah aku keluar dari ruangan biologi.

"Aiden namanya."

"Ya! Aiden. Apa yang dia katakan? Apakah dia mengungkapkan perasaannya padamu?" ujar Cassie sambil merapikan tatanan rambutnya.

Aku memutar kedua bola mataku. Merasa tidak percaya terhadap apa yang Cassie katakan barusan.

"Kau pasti bercanda," ujarku.

"Tidak."

"Jangan kekanak-kanakan."

Cassie diam di tempat sehingga aku berjalan mendahului nya. "Hei kenapa kau berhenti, Cassie?" aku berhenti berjalan.

"Entahlah. Kukira cowok itu benar-benar menyukaimu." Cassie terlihat sedang berpikir.

"Mungkin anggapan mu salah. Lagipula aku tidak peduli akan hal itu."

Aku bingung akan sikap Aiden yang berubah-ubah. Kadang dia membuat diriku bingung akan perilaku nya.

"Kau yakin?" Cassie melirik ku dengan tatapan tak percaya.

"Ya," sanggahku. "Ada apa denganmu?"

Cassie menyipitkan matanya sedikit ke arahku. "Kau terlihat ragu untuk mengatakan itu, ya?"

"Mengatakan apa?" jawabku bingung.

"Bahwa kau juga suka padanya?"

Ohh aku benar-benar memutar kedua bola mataku dengan berlebihan ketika mendengar perkataan Cassie.

Immortal SoulWhere stories live. Discover now