Keterkejutan menghampirinya, namun ia tetap menatap foto itu. Foto yang diambil sekitar sepuluh tahun yang lalu. Disana terlihat dirinya menduduki kursi, dikelilingi empat pangeran mulai dari Chanho, Chanyeol, Kai, dan Sehun. Mereka berempat berdiri berhimpit dibelakangnya, berpakaian resmi sementara dirinya menggunakan gaun senada. Tak lupa di kedua ujung, Kris dan Suho kecil juga ikut berpose sebagai tanda penghargaan.

Seohyun bertanya-tanya mengapa foto itu masih terpajang di dinding. Ia menoleh ke kanan dan menyadari foto ini masih tidak berubah tempat. Foto ini terletak diantara tembok kamar Sehun dan kamar lamanya. Seohyun kembali berfokus ke sosok yang selama ini masih begitu melekat di hatinya; Chanyeol.

Seohyun menyadari betapa suram ekspresi laki-laki itu ketika dia datang. Entah itu karena ia kembali setelah pergi tanpa penjelasan atau karena ia kembali sebagai mempelai kakaknya. Seohyun mendengar bahwa Chanho, selain menikahi dirinya, juga akan menikahi seorang laki-laki dengan alasan pribadi. Seohyun tidak begitu memperdulikan anak itu, karena ia yakin istana akan memilih calon mempelai yang sepadan untuk Chanho.

Meninggalkan Chanyeol sama sekali bukan pilihannya. Bahkan sampai minggu lalu, ia masih tidak tahu kalau dirinya akan kembali ditarik ke istana. Alih-alih untuk kembali bersama Chanyeol, ia diarahkan menuju Chanho. Ia tidak begitu merasa keberatan dengan keputusan ini, karena pada awalnya menikah memang belum direncanakannya. Selama di London, selain menjalani kuliah, ia juga tetap menerima edukasi untuk menjadi anggota kerajaan. Sekarang ia tahu alasannya.

Wanita sebaya Chanho dan Chanyeol itu mendesah pelan. Masih melekatkan matanya pada Chanyeol. Ia akan menikahi kakaknya, yang mempunyai wajah sama persis dengan laki-laki yang ia cintai. Sejujurnya Seohyun merasa sedikit janggal, tapi ia mengenal Chanho sama baiknya seperti ia mengenal Chanyeol. Jika dipikir, alasan ia jatuh cinta pada Chanyeol adalah karena Chanho terlalu... baik. Ia akan baik, karena memang seharusnya begitu. Yang membuatnya tertarik pada Chanyeol adalah karena anak itu bersikeras untuk menuruti kemauan dirinya sendiri, meski terkadang ia dihukum karena sifatnya. Chanyeol memiliki kekurangan, dan kekurangan itulah yang secara ajaib membuatnya mudah didambakan.

"Sudah lama sekali, ya?"

Sebuah tangan tersampir pelan di bahunya, ia menoleh mendapati senyum kecil Chanho yang menenangkan. Seperti senyum Chanyeol. "Kami yang meminta agar lukisan ini tetap dipajang. Karena kami tidak mau kau sepenuhnya lenyap dari istana. Kuharap ini membuktikan kalau perasaan kami padamu tidak pernah berubah, Seohyun-ah."

Seohyun menghela nafas, namun membalas senyum Chanho. "Kita semua sudah tumbuh terlalu banyak, tanpa aku disini." Ia mengangkat jarinya dan mengarahkannya pada Chanyeol. "Apa kabar anak itu?"

Tangan Chanho menghilang dari bahunya. "Baik. Layaknya... Park Chanyeol."

"Apa dia masih suka melawan Yang Mulia?"

"Apa kabur dari istana termasuk melawan Yang Mulia?"

Seohyun terkekeh.

"Kalau iya, maka jawabannya masih. Ia baru saja kabur, sekitar empat hari lalu."

Seohyun tertawa, tidak terkejut. Chanho ikut tertawa kecil, sebelum keduanya hanyut dalam keheningan yang nyaman.

"Seohyun-ah,"

"Hm?"

"Apa kau bersedia kembali karena Chanyeol?"

"..." Seohyun berkedip. "Mungkin."

"Sejujurnya, kami tidak pernah membicarakanmu. Sudah lama sekali sejak namamu tersebut disini. Maka dari itu kami semua hampir terjungkal ketika kau datang. Maksudku... kami belum bersiap. Terutama dia. Aku tahu masa lalu kalian..." Chanho terhenti, "adalah kesalahanku."

[ChanBaek] Half BeatWhere stories live. Discover now