[17] SWEET TWINS

6.9K 615 43
                                    

Ternyata perasaan menyebalkan itu tidak meleset. Kemarin, terselip perasaan tidak enak dirasakan Naruto sebelum tidur. Ia bahkan berulang kali mengganti posisi agar dapat tidur dengan nyenyak. Hingga akhirnya pagi tiba di sekolah, baru mengambil satu langkah dari pagar, ia mendapatkan pukulan dari Sasuke.

Tidak ada celah untuk menghindar, hanya bisa menerima apa yang diberikan. Sial memang, alasan konyol yang dia terima karena menawari saudara kembar pemuda itu pulang bersama. Sepertinya mulai sekarang, ia harus menjinakkan induk ayam lebih dulu.

"Kau, berhentilah tertawa," Kiba tidak mengindahkan, justru tertawa lebih keras. Melihat hal itu, Naruto menghela napas. Tangan kanannya masih mengusap lembut rahangnya. "Sial! Dia benar-benar mengerikan dan memberi jarak terus terang agar aku tidak berdekatan dengan adiknya."

"Sister complex, begitukah?"

Benar, istilah itu lebih tepat disebut untuk Sasuke. Pemuda itu terlalu berlebihan agar kasih sayang adik ̶ ̶ atau saudara kembarnya tidak dapat dibagikan.

Kiba memperhatikan pemuda pirang itu. Ini pertama kalinya ia menemukan temannya cukup terus terang. Sebelum itu, Naruto juga terus terang pada seorang gadis. Tahu bahwa gadis yang ia suka menyukai sahabatnya, pemuda itu memutuskan untuk mengambil langkah mundur. Tetapi, rasa suka itu justru berbeda.

"Kau sungguh menyukai Hinata?" mereka berhenti di tengah koridor yang sepi, kedua pemuda itu saling melempar pandangan. Naruto mengedipkan mata ̶ ̶ berpikir keras ketika melihat ekspresi tidak biasa dari temannya. Kiba tersenyum simpul, tahu bahwa apa yang tengah dipikirkan pemuda itu. "Bukan seperti itu maksudku," katanya. "Aku tidak menyukai Hinata, jangan berpikir kalau aku merebutnya darimu."

Tebakan itu benar, Naruto menghela napas ̶ ̶ merasa lega bahwa pikiran buruknya tidak terjadi. Kiba tergelak, bahkan refleks memberikan pukulan.

"Dulu, kau terlalu terus terang pada Sakura. Sekarang, kau diam-diam memendam perasaan pada gadis lain. Aku bertanya-tanya, kau sungguh menyukainya?"

Ia bergeming, memandang datar ke depan. Dalam keheningan ini, Naruto bisa merasakan jantungnya berdebar tidak karuan ̶ ̶ lebih cepat dari hitungan detik jarum jam. "Aku pikir itu tidak perlu diungkit," Kiba tersentak saat melihat perubahan ekspresi ̶ ̶ terlihat tenang dengan senyuman tipis. "Sakura menyukai Sasuke, kami pernah menjalin hubungan karena dia ingin mencari keuntungan dariku. Di sisi lain dia ingin melihat, apakah Sasuke cemburu atau tidak. Meskipun itu hubungan palsu, terkadang aku terhanyut di dalamnya. Lalu tanpa sadar, ada tunas yang tumbuh. Tetapi, kalau perasaan itu bertambah besar, itu tidak baik bagiku."

Telinga itu mendengarkan dengan baik. Sedangkan mata Kiba selalu menemukan perubahan ekspresi tiap menit. Ini pertama kalinya ia mendengar curahan hati Naruto. "Lalu ... perasaanmu dengan Hinata, bagaimana? Kali ini, kau benar-benar serius, 'kan?"

Naruto tergelak, degupan jantung itu semakin tidak karuan. Kepalanya terhantam oleh beberapa kenangan kebersamaan di dalam perpustakaan.

"Melihatmu hampir setiap hari ke perpustakaan, sepertinya itu sudah jelas."

"Apa? Kau ̶ ̶"

Kiba menarik bibir itu agar berhenti berbicara. "Tentu saja bodoh, tidak ada yang tidak tahu dengan sikap yang kau tunjukkan itu. Mataku selalu menangkap dirimu sedang berduaan dengan gadis itu di perpustakaan. Kau yang tidak pernah meninggalkan jejak di perpustakaan, lalu semakin banyak meninggalkan jejak di dalam sana. Ternyata kau sedang melakukan pendekatan."

"Hei ̶ ̶" pemuda itu kembali menyela namun dihalangi Kiba dengan meletakkan jari telunjuk di depan bibir agar Naruto diam.

"Tidak perlu berdalih lagi ... tidak akan ada celah untukmu berbohong."

Sweet TwinsWhere stories live. Discover now