[15] SWEET TWINS

6.8K 613 17
                                    

"Aku akan menjemputmu nanti, pastikan kau tepat waktu berada di luar." Hinata mengangguk setelah turun dari mobil. Membungkuk memberi salam pada pamannya.

Pria itu mengamati, muram durja itu tidak pernah berubah selama mereka di dalam mobil. "Apa begitu berat, menjalani hari di sekolah tanpa kakakmu?" Orochimaru menurunkan kaca mobil agar melihat lebih jelas. "Anak kembar memang sulit terpisahkan ya ...."

Gadis itu tersentak kecil, helaan napas terdengar begitu berat. "Ya, aku merasa aneh karena kakak tidak ada di sini."

"Karena kalian sudah lama bersama. Ambil ini," ia memberikan satu kota susu pada gadis itu. "Membangun mood di pagi hari merupakan hal yang penting. Semoga itu bisa membantumu."

"Terimakasih, Paman."

Hinata menunggu sampai mobil itu tidak lagi terlihat. Mengedar pandangan sekitar, merasa kesepian di tengah keramaian. Orang-orang terlihat bahagia menyambut pagi hari bersama teman mereka. Ia hanya bisa memandang susu kotak di tangan, kakaknya selalu memberikan susu kotak pisang padanya.

"Oh, susu pisang! Kau benar-benar menyukainya?" pemuda pirang itu terlihat antusias, wajah tengah semringah tidak dapat dibohongi. Kehadirannya tiba-tiba mampu membuat Hinata tersentak.

"Ya," gugup menyelimuti, berdalih terbawa suasana demi menutupi mood yang buruk di pagi hari. "Kakakku selalu memberikan ini." katanya.

Naruto memandang perubahan ekspresi di depan mata. Terlihat tengah terlarut dalam menyelami suatu hal. Tengah mengedar pandangan, tersentak akan sesuatu. Sasuke tidak ada di sekitar gadis tersebut. Mustahil memang mendapati pemuda itu, terhitung dua hari berada di rumah sakit.

"Rasanya sedikit aneh karena tidak mendapati saudara kembar di sekitarku," kembali memandang susu kotak ditangan, lalu memilih memasukkan ke dalam tas. "Beberapa menit lagi bel akan berbunyi, kita akan telat jika berdiri di sini." Hinata tergelak, namun terdengar hambar di telinga Naruto.

Pemuda itu tampak berpikir, mengedar pandangan sekitar ̶ ̶ mencari sesuatu untuk memperbaiki suasana gadis di depannya. Ia bergerak dengan lembut untuk mengambil sesuatu yang baru saja dilihat dari seseorang. "Ambil ini, makanan manis dapat memperbaiki suasana hatimu."

Hinata tersentak, kali ini dia mendapat sebuah permen cokelat dari pemuda pirang itu. Ia memandang bergantian beberapa kali, belum sempat mengucapkan terimakasih, Naruto sudah berlari menyusul seseorang.

"Dari mana dia mendapatkan permen ini?"

◊◊◊◊

Semua yang ada di dalam tas itu ia keluarkan. Menghamburkan semua buku, pensil yang telah disusun rapi. Sekarang berserakan menyapu lantai. Sakura menghindar saat hampir menginjak peda.

"Kenapa kau mengeluarkan semua barang-barangmu, Kiba?" ia memandang, acuh tak acuh pemuda itu untuk menanggapi. Kiba benar-benar sibuk mencari sesuatu di sana.

"Aku bersumpah menaruh satu permen di dalam tas. Dan sekarang benda itu hilang," mendesah kecewa, berulang kali memeriksa sampai isi di dalam tas kosong hanya akan sia-sia. Kiba tidak bisa menghadapi pelajaran pertama tanpa permen tersebut, guru akan mengawasinya karena selalu tertidur. Ia mengambil duduk, menjatuhkan muka ke atas meja. "Sial! Penghapus itu pasti mengenai kepalaku lagi."

"Heh?" Ino bermuram durja, memandang tanpa minat pada pemuda itu. "Kau selalu ceroboh dalam berbagai hal. Siapa tahu tertinggal di rumah."

"Aku sudah memeriksa sebanyak sepuluh kali. Kau pikir aku sebodoh itu, hah?"

Sakura melerai mereka, dua orang yang selalu keras kepala dan tidak mau mengalah dalam menghardik. Suasana kelas akan bertambah suram jika mendengarkan mereka mengoceh tanpa henti. "Berhenti, ini masih pagi!"

Sweet TwinsDonde viven las historias. Descúbrelo ahora