[16] SWEET TWINS

6.7K 602 24
                                    

Suara dari arah pintu mengalihkan perhatian Sasuke. Ia bergeming memandang pamannya di sana. Terhitung cukup lama mereka tidak bertemu, selalu memiliki alasan untuk menghindar ̶ ̶ selama memiliki celah untuk berdalih. Muram durja berganti, enggan membalas senyuman. Orochimaru tidak mengindahkan, lalu memilih mengambil duduk pada sofa.

"Aku bertemu anak itu di koridor, lalu dia memintaku untuk memberi jeda sedikit," dia mengambil apel yang telah dikupas lebih dahulu, mencicipi sedikit, lalu kepala menengadah menatap langit-langit kamar. "Oh, aku mengenal baik ayahnya. Dia benar-benar akan pergi dari Tokyo. Kau terlihat tidak sedih sama sekali."

Orochimaru menghela napas, durja di depan terlihat mengelas belas kasihan. Namun sayang, keponakannya itu sama sekali tidak mengindahkan ̶ ̶ acuh tak acuh pada apa yang tengah ia lakukan.

"Omong-omong ... kau boleh pulang hari ini. Aku sudah mengurus administrasi pada dokter."

Sasuke tersentak, mengalihkan muka menatap lawan bicara. Sudut bibir itu terangkat, bohong kalau ia tidak senang. Terhitung tiga hari membuat bokongnya kebas di kasur. Dokter tidak memberi izin padanya untuk keluar. Namun bila dipikir kembali, bukan dokter yang tidak memberi izin padanya, namun pamannya ̶ ̶ Orochimaru yang sengaja melakukan hal tersebut.

"Hampir sepuluh botol infus diganti, 'kan? Itu karena kau tidak memiliki tenaga apa pun. Aku juga menambah beberapa cairan agar kondisi tubuhmu kembali normal," Orochimaru tersenyum saat melihat ekspresi tidak biasa. "Tidak perlu syok seperti itu, hanya cairan penambah stamina. Lagi pula aku tidak tertarik untuk menjadikanmu kelinci percobaan. Ya ... meskipun aku mau, pasti menyenangkan kalau anak kembar sebagai bahan percobaan tahun ini."

Pemuda itu menggeram kesal, pamannya selalu membahas hal-hal omong kosong seperti ini. Orochimaru sangat gila akan berbagai percobaan yang dilakukan olehnya. Bekerja sama dengan negara China, tahun lalu mereka melakukan percobaan kloning pada salah satu hewan.

"Itu tidak lucu Paman," katanya, muram durja tidak pernah lepas memandang. "Lagi pula ..." kini mata berubah teduh memandang. "Terimakasih karena selama ini kau selalu peduli padaku."

Pria itu melirik dari ujung mata. Sangat lucu ketika mendengar pemuda itu mengucapkan kata terimakasih. Sebab selama ini, Sasuke memiliki ego yang tinggi untuk mengatakan hal itu padanya. "Itu sudah kewajibanku menjaga kalian. Melihatmu seperti ini membuat hatiku sedikit berdebar. Manis sekali saat kau mengalahkan egomu untuk pamanmu ini."

"Aku tarik kata-kataku!"

"Ah ... kau tidak pandai berbohong."

◊◊◊◊

"Hinata!"

Gadis itu tersentak saat bahunya baru saja ditepuk oleh seseorang. Itu Sakura, gadis musim semi yang selama ini banyak membantunya di sekolah. "Kau mau pulang? Bagaimana kalau aku menemanimu?" dia memberi tawaran, berharap diterima.

"Tidak perlu," kata Hinata. "Aku sudah berjanji pada pamanku, dia akan marah kalau aku tidak tepat waktu." tentu tidak ingin mengecewakan, bagaimanapun pamannya sudah meluangkan waktu untuk tidak memasuki laboratorium selama beberapa minggu ke depan untuk mereka.

"Dan ya ... hari ini, kakakku akan pulang ke apartemen." wajah itu semringah, Sakura merasa silau karena melihat bunga-bunga di sekeliling wajah gadis di depannya.

"Ah ... aku benar-benar senang dia baik-baik saja." dia juga tidak bisa menyembunyikan wajah tengah merona di depan Hinata.

"Apa kau bersungguh-sungguh mencintai kakakku?" pertanyaan itu refleks membuat Sakura terperangah. Ia mengalihkan muka untuk menutupi perasaannya,jantung berdebar tidak karuan, rona merah semakin menyelimuti seluruh wajah.

Sweet TwinsOn viuen les histories. Descobreix ara