[3] SWEET TWINS

9.7K 853 17
                                    

Sasuke membawa sang adik sejauh mungkin, sampai merasa tidak ada satu orang pun yang mengikutinya. Sungguh nasib buruk menimpa, kehidupan di sekolah yang selalu dipuja anak perempuan merupakan suatu hal yang tidak menyenangkan. Sebab, selalu banyak orang yang tertarik tentang kehidupan atau pun bahkan kebiasaan yang dilakukan.

Dan kini datang sang adik, yang merupakan saudara kembar. Tidak ada yang tahu mengenai hubungan mereka sebenarnya. Berpikir bahwa orang-orang akan mulai menjauh, sebab mereka akan menganggap kalau dia memiliki kekasih. Tetapi sepertinya semesta memang tidak mengizinkan rencana berjalan lancar. Justru situasi ini membuat Sasuke sulit berpikir.

"Sudah aku katakan untuk tidak terus terang seperti itu," dia melepas pergelangan tangan Hinata. Muram durja berganti, namun ia memilih untuk tidak mengindahkan. Wajah melas di sana terkadang mampu membuat hati sedikit luluh. Niat ingin meledak namun tertahan oleh sebuah batu. "Baiklah," Sasuke menghela napas, memilih mengalah. "Apa yang membuatmu datang untuk menemuiku?"

Sekali-sekali mengedar pandangan sekitar, siapa tahu teman-temannya masih menguntit mereka. Tetapi sama sekali tidak ada satu pun yang mencurigakan.

"Ini," nada suara terdengar lirih. Hinata memberikan buku sejarah, Sasuke tersentak lalu menerima buku itu. "Buku itu masuk ke dalam tasku," karena hanya kakaknya yang suka menyusun buku pelajaran sesuai dengan jadwal yang diberikan. "Mungkin itu terselip, jadi aku memutuskan untuk mengembalikannya." jelasnya.

Pemuda itu bergeming, memandang bergantian. Salah telah mengira, ternyata ada maksud lain yang dilakukan sang adik. Padahal ia sudah terlanjur kesal. Namun tidak ada respons apa pun yang diterima melainkan wajah tengah semringah di depan. Sasuke menghela napas, membalas senyuman itu.

"Kau tidak perlu sampai mengatur buku pelajaran sesuai jadwal. Aku tahu apa yang harus aku lakukan." saat itu matahari masuk melalui celah jendela, kelopak mata Hinata refleks turun. Tetapi tangan saudara kembarnya itu melindunginya.

"Aku akan mengantarmu sampai ke kelas." kata Sasuke. Ia menuntun sang adik, matanya juga masih mengedar sekitar. Namun kali ini dia menangkap seseorang yang ia kenal. Kesal berganti namun ia tidak bisa menunjukkan begitu saja. Pada akhirnya ia memilih mengabaikan, meskipun merasa tidak nyaman.

"Apa kau baik-baik saja?" Hinata merasakan perasaan tidak nyaman. Namun Sasuke menggeleng kepalanya dan kembali menarik adiknya.

Kiba menghela napas. Ia tersengal-sengal karena hampir sepuluh menit mulut dan hidung dibekap kuat oleh Naruto."Sialan!" dia mengumpat, merapikan seragam sembari keluar dari tempat persembunyian. "Aku bisa mati kalau kau terus membekapku seperti itu."

"Mau bagaimana lagi," Naruto menggaruk belakang kepalanya. Tidak ada pilihan lain selain bersembunyi, mengingat bagaimana sahabatnya itu cukup peka terhadap sekitar. "Kau tahu. 'kan bagaimana menyebalkannya dia."

Mereka memandangi punggung yang mulai menjauh. "Mengingat bagaimana dia memiliki penggemar cukup fanatik, apa dia tidak memikirkan sesuatu yang mungkin akan terjadi pada gadis itu?" Kiba mengangguk setuju, tidak dapat disanggah memang.

"Entah apa yang ada di dalam kepala anak perempuan. Bagiku Sasuke merupakan orang paling menyebalkan yang pernah aku temui."

"Di sini kalian," Shikamaru datang dari arah belakang. Mengikuti arah pandang mereka. "Oh, gadis itu."

"Kau tahu sesuatu?" tanya Sakura.

Pemuda itu bergeming, cukup malas menjelaskan. "Sasuke memberitahu padaku kalau gadis itu memiliki penyakit langka, xeroderma dan fotofobia. Dengan kata lain sangat sensitif bila terkena sinar matahari."

Sekarang Ino mengerti kenapa gadis itu memiliki kulit lebih putih dibandingkan dengan perempuan lainnya. Ia hanya mendengar pembicaraan dari teman-teman sekitar yang saat ini sibuk mencari informasi mengenai gadis tersebut. "Aku tidak peduli dengan penyakitnya, aku hanya peduli tentang hubungan mereka sekarang."

Sweet TwinsWhere stories live. Discover now