[2] SWEET TWINS

11.8K 929 29
                                    

Cuaca hari ini terasa begitu panas, pula menyengat sampai ke kulit. Kiba berjalan linglung ke arah kursi, mengedar pandangan sekitar. Anak perempuan di kelasnya begitu sibuk mengolesi wajah mereka dengan tabir surya. Sungguh merasa risi ketika mata memandang mereka yang begitu terus terang. Tanpa takut, pula lupa bahwa di kelas ini banyak anggota osis yang kapan saja bisa melakukan pemeriksaan mendadak, karena membawa barang seperti itu.

"Apa kalian tidak berniat untuk melakukan pemeriksaan? Kesempatan ini mereka ambil untuk merias wajah."

Shikamaru menguap, begitu malas untuk mengindahkan. Memang hal baik dan sedikit menghibur jika mereka mengadakan pemeriksaan mendadak. Namun, saat mata memandang ke arah seseorang, ia memilih berdecak lidah sembari membuang muka.

"Kau yakin?" tanyanya, Kiba mengikuti arah pandang ketua osis. "Ino pasti akan memberontak, tidak terima karena dia juga membawa alat perias."

Kiba mengangguk setuju, "Benar," serupa halnya tidak ingin mendapat masalah yang merepotkan. Belum lagi suara hardikan yang begitu mengganggu di telinga. Cuaca sudah panas, lalu mendengar mereka melemparkan umpatan hanya akan menambah rasa sakit di kepala. "Lupakan!"

Kelopak mata begitu lelah, namun perasaan letih itu hilang saat seorang gadis memukul meja mereka. Kiba, merupakan orang pertama tersentak bahkan sampai jatuh ke belakang. "Sial, apa yang kau inginkan?"

Ia menelan ludah susah payah, salah mengucapkan kata yang tidak tepat pada gadis musim semi itu ̶ ̶ Haruno Sakura. "Jika kau butuh bantuan, tidak perlu sampai mengganggu jantungku," sedikit kesal nada suara itu terdengar. Kiba berdiri merapikan pakaiannya, juga merapikan kembali kursinya.

"Apa kau tau di mana Sasuke?"

"Oh, ada ..." mendadak linglung, sekarang dia benar-benar merasa lupa dengan kehadiran seseorang. Pantas saja cuaca terasa lebih panas, karena pangeran dingin tidak ada di ruangan.

"Apa yang terjadi?" Naruto ikut menimbrung, lelaki itu baru datang kembali dengan membawa tiga buah kotak susu cokelat.

"Tidak heran jika cuaca terasa lebih panas di dalam ruangan ini ̶ ̶"

"Kau mempersulit pertanyaanku," sanggah Sakura. Tidak kalah kesal karena merasa dipersulit. "Katakan saja, di mana dia berada sekarang?"

"Ya, itu masalahnya," kata Kiba. "Dia tidak kembali setelah menarik salah satu anak perempuan keluar dari barisan." ia tergelak, namun tidak kuat. Justru sikap yang diperlihatkan malah membuat gadis di depannya mengernyit bingung.

"Perempuan?"

"Kau mungkin tidak tahu ini, tingkahnya sedikit aneh saat menatap salah barisan salah satu anak perempuan," Naruto mengangguk setuju, dia membuka kotak susu kedua untuk diminum. "Mengatakan pada kami kalau gadis itu sebentar lagi akan pingsan. Aku sendiri tidak tahu kalau ada seorang gadis yang akan pingsan. Padahal mereka berada di luar lapangan, mungkin dia sudah memperhatikan gadis itu cukup lama." jelas Kiba.

Tidak lama pemuda itu tergelak ketika mengingat sesuatu. "Sungguh aneh," katanya. "Padahal kemarin jelas-jelas ada anak perempuan jatuh tepat di depan matanya. Namun dia memilih mengabaikan."

Mereka berdua menatap pemuda itu tergelak. Shikamaru dan Naruto saling bertukar pandangan, terlalu terbawa situasi sehingga lupa ada seseorang yang telah menghancurkan mood gadis itu. Mereka tahu bahwa Kiba bukanlah tipe orang yang cukup menyadari dengan cepat, karena dari itu Naruto memilih memberikan peringatan dengan menyenggol lengan di sana. Dan itu mampu membuat Kiba berhenti tergelak, lalu memandang dengan tatapan bersalah.

Muram durja berganti, terlihat begitu jelas tanpa ingin bertanya bagaimana keadaan di sana.

Suara dari arah pintu mengalihkan perhatian mereka. Itu Sasuke, orang yang sedang mereka ceritakan muncul sekarang. Berjalan tanpa mengindahkan tatapan teman-temannya. Mereka semua bertanya-tanya, apa yang membuat pemuda itu ingin pulang cepat sekarang? Sasuke bahkan memasukkan semua bukunya ke dalam tas.

Sweet TwinsOnde as histórias ganham vida. Descobre agora