[7] SWEET TWINS

7.9K 803 35
                                    

Hal yang paling menyebalkan ketika dalam pembagian tugas adalah tugas kelompok. Guru bernama Hatake Kakashi itu pertama kalinya memberikan tugas kelompok kepada muridnya. Ini merupakan hal yang sangat langka. Selama pria itu menjadi seorang guru, pria itu acuh tak acuh pada tugas.

Hiruk-pikuk mulai terdengar, Hatake mengedar pandangan pada setiap detik ekspresi murid yang berubah di dalam kelas. Pasti memiliki untung dan kerugian dalam mengerjakan tugas kelompok. Dan yang paling membebankan adalah murid pintar di kelas yang selama ini sulit bersosialisasi.

Selama hiruk-pikuk masih terdengar, ia memilih untuk menulis nama kelompok di papan tulis. Saat tulisan hiragana terakhir, Hatake sengaja membuat suara dari sana, agar seluruh murid memperhatikan dirinya. "Silahkan lihat sendiri nama pembagian kelompok," katanya, lalu mengambil buku dan meletakkan di samping bahu. "Kalau begitu, aku permisi."

"Kelompok yang bagus," salah satu murid menyenggol lengan Kiba. Ia mendengar beberapa dari mereka menganggap bahwa ini tidak adil. Kelompok itu terlalu sempurna. "Sama saja jika dua biang ada di sana."

Naruto dan Kiba memukul kepala lelaki itu. Suara tergelak mendominasi ruangan, setidaknya tidak ada lagi dari mereka yang salah paham saat anggota osis di satu kelompok yang sama.

Shikamaru sebagai ketua kelompok merasa terbebani dengan anggotanya, salah satunya adalah Inuzuka Kiba dan Naruto Uzumaki. Muram durja tidak pernah lepas memandang kedua orang itu, sementara mereka membuang tawa hambar. "Aku tidak ingin kita berkumpul atau pergi bersama menyelesaikan tugas."

Pemuda itu melirik kembali, dua orang yang sulit diberikan kepercayaan mengenai tugas berada di satu kelompok dengannya. Ada Sasuke ̶ ̶ satu-satunya pemuda yang bisa diharapkan. "Cara terbaik adalah membagi dua kelompok," jari-jarinya mengetuk pinggiran meja. "Ini dilakukan untuk memisahkan dua orang. Naruto, Sasuke, Sakura ̶ ̶ kalian berada di kelompok yang sama. Sisanya bersamaku."

"Oh. Wow," Sakura menahan sakit ketika Ino baru saja menginjak kakinya. "Itu hal bagus, aku juga memikirkan untuk memisahkan Naruto dan Kiba. Aku tidak ingin nilaiku hancur gara-gara mereka!" ia memberi tatapan peringatan, sementara dua pemuda itu tidak mengindahkan sama sekali. Tahu bahwa bagaimana isi kepala gadis pirang, yang mana telah dibumbui dengan janji manis dari orang tua.

Selesai dengan apa yang ingin dikatakan, Shikamaru memilih keluar kelas. Beberapa murid melakukan hal sama, ini yang paling menyenangkan saat Hatake mengajar ̶ ̶ kelas selesai lebih dulu dari jadwal yang telah ditentukan.

Naruto menatap bergantian ke arah dua orang yang tersisa di kelas. Benar-benar canggung, ia tersentak dengan muram durja dari gadis musim semi di sana. Matanya memandang ke arah tas kertas. Tidak asing dengan isi di dalamnya. "Apa itu jaket milik Sasuke?"

Sakura tersentak, meremas kuat tas kertas di tangannya. "Jika dia tidak ingin menerima, cukup lempar itu tepat di wajahnya."

Kesal bukan main, amarah memuncak kian meledak. Gadis musim semi itu memberi pukulan tepat di kepala, Naruto hanya bisa menahan sakit. Lama-lama ia tidak suka dengan kekerasan yang selalu didapat. "Sial," gumamnya ̶ ̶ takut terdengar. "Sepertinya terjadi sesuatu di antara kalian berdua."

Muram durja berganti, tidak perlu dijawab ia sudah paham. Sasuke terkadang sulit ditebak, Naruto bahkan mengakui hal itu. Ia memandang punggung yang mulai menjauh, menatap bergantian ke arah dua orang di sana.

"Bukan sesuatu yang penting." gumam gadis itu.

◊◊◊◊

Entah bagaimana bisa seperti ini, Naruto menahan kegugupan dalam diri. Mengingat kembali bagaimana dirinya tanpa merasa bersalah mengajak dua orang itu untuk mengerjakan tugas di rumahnya. Ini lebih canggung dari apa yang dipikirkan. Sibuk dengan tugas masing-masing, bahkan tidak pantas disebut sebagai kerja kelompok.

Sweet TwinsWhere stories live. Discover now