Part 25

42.7K 3.1K 83
                                    

Devany masuk ke dalam kamar Jack untuk melihat keadaan anak sulungnya itu, karena seharian ini Jack mengurung dirinya di kamar. Bahkan ia tidak pergi ke kantor dan juga melalaikan perkerjaannya sejak dua hari terakhir ini.

Devany mendekat pada Jack yang sedang berbaring meringkuk sembari menatap ponselnya dengan lekat.

Ia duduk di tepi ranjang, menyentuh kening Jack dengan punggung tangannya.

Jack menyimpan ponselnya, ia mengangkat kepalanya kemudian meletakkan kepalanya di paha sang ibu.

"Apa kamu sedang sakit?" tanya Devany sangat lembut, ia mengelus kepala Jack.

Jack diam tidak menjawab, ia menenggelamkan wajahnya di perut Devany dan memeluk pinggang sang ibu dengan erat.

"Jack, kamu kenapa, Nak? Seharian mengurung diri di kamar, bahkan kamu belum makan sejak pagi tadi. Cerita pada Mama, Nak...." kata Devany dengan sedih.

"Ma, apa Mama pernah merasakan patah hati?" tanya Jack membuat Devany terkesip. Ia menghentikan pergerakan tangannya di kepala Jack, berpikir sejenak untuk menjawab pertanyaan putranya itu.

"Tentu saja pernah, Nak...." jawab Devany singkat.

"Patah hati karena apa, Ma?" tanya Jack dengan pelan.

"Karena Oma kamu, Nak. Dulu, sejak Mama masih kecil, Mama selalu ditinggal. Bahkan sampai Mama SMA, Oma kamu terlalu sibuk dengan pekerjaannya sampai dia mengabaikan Mama bahkan menitipkan Mama pada Papamu dulu," jeda sebentar, Jack mendengarkan Devany dengan baik-baik.

"Oma lebih mementingkan pekerjaannya, bahkan saat Mama mengajak mereka liburan, Oma marah besar pada Mama. Saat itu, Mama masih terlalu kecil, tapi sudah merasakan sakit hati," Devany tersenyum tipis dengan matanya yang berkaca-kaca mengenang masa lalunya.

"Mama pasti kesepian dan juga sedih," gumam Jack, Devany mengangguk. Ia menepuk punggung Jack dan memperlakukan Jack layaknya anak kecil.

"Lalu, bagaimana saat bersama Papa?" tanya Jack penuh minat.

Devany mengusap sudut matanya, ingatannya kembali pada masa itu. Masa di mana dlia pertama kali bertemu dan tinggal berdua dengan Nick.

"Nak, kamu tahu bagaimana dulu Papamu, Papa orang yang seperti apa di saat masih muda juga sudah kamu ketahui, Mama sudah pernah menceritakan hal itu padamu. Tapi Mama memang pernah patah hati karena Papa," Devany terkekeh pelan, ia mengusap air matanya.

"Siapa yang membuat kamu patah hati, hemm?" tanya Devany tersenyum kecil.

Jack menghela napasnya pelan, ia memejamkan matanya. Membiarkan Devany menunggu jawaban darinya.

"Apa gadis itu adalah Mine?" tanya Devany tepat sasaran membuat Jack mendongak, ia menatap Devany dengan sedih. Kemudian ia menenggelamkan wajahnya lagi di perut Devany.

"Iya, Ma. Kenapa Mama bisa tahu? Mama kan bukan paranormal," Devany tertawa pelan lalu ia menatap Jack dengan serius.

"Matamu menjawab semuanya, Nak. Kamu terlalu mudah di tebak, tapi sayang ... Jason tidak menyadari hal itu karena dia sedang berbunga-bunga. Seharusnya kamu tidak menyukai gadis yang sudah menjadi hak milik orang lain, Nak. Apa lagi, itu milik adikmu sendiri...." Jack berdeham pelan, ia menggigit bibir bawahnya dengan pelan.

"Aku tahu, Ma. Tapi aku benar-benar menyukai Mine bahkan aku sangat mencintainya!" kata Jack dengan frustrasi.

"Cinta atau obsesi?" tanya Devany membuat Jack semakin frustrasi.

"Cinta, Mama ... aku tidak mungkin seperti ini kalau perasaanku pada Mine hanya sebatas obsesi!" Devany mengangguk mengerti. Ia menghela napasnya pelan.

Perfect FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang