Part 6

80.3K 5K 159
                                    

Hans masih saja menatap kosong ke luar jendela, entah apa yang ia pikirkan yang sejak tadi membuat keningnya terus berkerut.

Kepalanya terasa sakit mengingat kembali pertengkarannya dengan istrinya yang tidak menyetujui Hans mendonorkan ginjalnya pada Devany.

"Apa dia sudah bangun?" tanya Hans seperti menyadari kehadiran Nick ke ruang rawatnya.

Hans menoleh dan dugaannya memang benar.
Nick hanya diam tak berniat menjawab pertanyaan Hans.

Nick berdeham pelan, "apa kamu baik-baik saja? Maaf baru menjengukmu," kata Nick akhirnya.

Hans menghela napasnya pelan, "seperti yang kamu lihat, aku baik-baik saja," jawabnya pelan. Ia mengernyit saat mendengar Nick yang mengerang frustrasi.

"Apa Devany sudah siuman?" tanya Hans cemas, Nick menghela napas beratnya.

"Belum, kondisinya sering berubah-ubah tidak stabil dan mengkhawatirkan," ujar Nick pelan, Hans hanya mengangguk pelan. Mengalihkan pandangannya kembali ke jendela.

"Di mana keluargamu?" tanya Nick karena ia memang tidak menemukan siapapun di ruang rawat Hans.

"Mereka pulang sebentar," jawabnya tanpa memandang Nick. Menyembunyikan tatapan khawatirnya untuk Devany.

"Bisa tinggalkan aku sendiri?" Nick mengangguk mendengar usiran halus dari Hans lalu ia meninggalkan ruang rawat Hans.

Nick memasuki kamar Devany, di sana, di sisi kanan dan kiri ranjang, anak-anaknya mengelilingi Devany dengan raut wajah sedih mereka.

Nick mendekat, duduk di tepi ranjang di sebelah Leonyca. Ia juga menatap sedih Devany yang seperti enggan untuk membuka matanya.

Jason menghela napasnya kasar, "hah, aku pikir badai sudah berlalu, ternyata belum...." ujarnya sarkastis membuat Jack dan Leonard mendengus kesal.

"Ini bukan badai, Bang! Tapi ini, ah ...aku tidak tahu...." sergah Leonard sambil mengacak-acak rambutnya.

"Diamlah sebentar," kata Jack kesal sambil menatap tajam kedua adiknya itu.

"Nah, kalau kami diam, nanti kamar ini sepi! Kamu lupa kalau Mama kita suka dengan keramaian?" Jack mendengus semakin kesal.

"Matt, aku tidak memintamu berbicara! Ini situasinya berbeda. Mama sedang sakit, jadi kalian tidak boleh berisik!" pekiknya lantas menatap Nick dengan tatapan memohonnya.

Nick memejamkan matanya, memijit pangkal hidungnya berkali-kali lalu menghela napasnya.

"Apa yang di katakan Jack benar, Nak. Papa saja pusing mendengar kalian yang terus berdebat," kata Nick membuat Jason, Leonard dan Matt menunduk.

"Ony saja yang biasanya paling cerewet, sekarang bisa diam," lanjutnya sambil terkekeh pelan.

"Ony bukannya tidak mau bicara, Pa. Tapi Ony pasti sedang berpikir keras sekarang," ujar Matt menerka karena wajah Leonyca memang sedari tadi serius dan keningnya sering berkerut.

"Diamlah, Matt! Jangan menjadi orang yang sok tahu!" kata Leonyca ketus dan membuang wajahnya dengan angkuh.

"Terserah!" balas Matt tidak mau mengalah membuat Leonyca meringis, ia turun dari ranjang besar itu lalu berlari keluar.

"Matt, hati-hati berbicara padanya," Nick memperingatkan membuat Matt menunduk dalam-dalam lalu Nick menyusul Leonyca keluar.

Leonyca duduk di kursi tunggu sambil menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

Nick mendekat, duduk di sebelah Leonyca. Di raihnya Leonyca ke pangkuannya.

"Sttt, jangan menangis...." kata Nick pelan sambil mengelus punggung Leonyca.

Perfect FamilyWhere stories live. Discover now