Part 2

170K 7.3K 173
                                    

Suara derai tawa bergema di ruangan itu. Tawa yang benar-benar renyah dan lepas seakan tidak ada beban di hidup mereka.

Sementara gadis kecil yang di tertawakan meringis dan merangkak naik kepangkuan sang ayah yang duduk di sofa.

"Papa...." rengeknya sambil memainkan kerah baju ayahnya,Nick. "Lihat, Mama dan Abang menertawakan Ony terus," adunya pada Nick.

Nick hanya terkekeh melihat tingkah Leonyca. "Papa, pokoknya Ony tidak mau satu sekolah dengan Abang!" rengeknya lagi membuat Devany dan ketiga anak lelakinya tertawa.

"Kenapa tidak mau, hmm?" Nick mengelus rambut hitam sebahu Leonyca.

"Ony malu, Pa! Ony di ejek teman-taman karena di ikuti Abang ke mana-mana." Ujarnya sambil menatap Nick sendu membuat pikiran Nick pergi ke hal yang lain. Tatapan sendu Leonyca sama seperti tatapan sendu Devany. Dan wajah Leonyca adalah wajah versi Devany saat kecil. Begitu juga wajah Leonard dalam versi pria.

Leonyca Reyner Reland yang sering di panggil Ony, gadis kecil yang masih berusia 6 tahun yang sudah duduk di bangku sekolah dasar selalu merasa terganggu dengan ketiga saudaranya, di tambah dengan Matt.

"Kalau Ony pindah, nanti tidak ada yang jagain!" Jack mendekati Nick dan Leonyca yang duduk di sofa.

"Tapi, Ony tidak mau kalau Abang selalu ngikutin Ony." Nick menghela napasnya pelan.

"Hei, nanti kalau ada yang ganggu Ony, bagaimana?" tanya Nick lembut kepada putri satu-satunya itu.

Leonyca mengerucutkan bibirnya. "Papa ... mereka bolos jam pelajaran!" pekiknya tak mau mengalah.

"Ony ke toilet juga mereka ikut, meskipun hanya di luar." Suaranya melemah, Leonyca memeluk tubuh besar Nick dan menyandarkan kepalanya di dada Nick membuat Devany menggerutu kesal.

"Mama ke kamar dulu," kata Devany sambil mengerutkan keningnya saat tiba-tiba kram di pinggangnya terasa kembali.

Ia dengan cepat membalikkan tubuhnya dan berlari menjauhi ruang keluarga membuat Nick menurunkan Leonyca dari pangkuannya.

Ia mengikuti Devany yang sudah ada di kamar mereka. Ia tahu, ada yang tidak beres dengan istrinya itu.

Dengan panik, Nick mendekati Devany yang meringkuk di tempat tidur.

Devany menggeleng-gelengkan kepalanya. Wajahnya mendadak pucat.

"Apa yang sakit?" tanya Nick tercekat dan mendudukkan Devany. Lalu di tariknya kepangkuannya. "Pinggangku sakit, kram lagi," Devany meringis sambil tangannya memegangi pinggangnya.

"Kita ke dokter sekarang!" Devany menggeleng. "Tidak! Di laci ada obat!" ujarnya tersendat-sendat.

Nick hendak mengambil obat dan air di atas nakas, tapi tidak jadi karena Jack dan Jason sudah mengambilnya terlebih dahulu.

"Terima kasih, jagoan," Jack dan Jason mengangguk bersamaan dan memberi obat itu kepada Nick.

Nick dengan sigap meminumkannya pada Devany.

Lalu kembali membaringkan tubuh Devany dengan pelan dan lembut.

Mata Devany sayu dan perlahan ia memejamkan matanya.

Nick mengelus wajah yang masih pucat itu. Ia menatap sedih istrinya yang terbaring lemah.

Sementara Jack dan Jason memijat kaki Devany.

"Apa Mama akan baik-baik saja?" tanya Jason sedih. Nick menghela napasnya pelan.

"Iya, Mama akan baik-baik saja, Nak." Ucapnya parau meski ia sendiri tidak yakin dengan ucapannya.

Perfect FamilyHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin