Part 18

40.8K 3K 97
                                    

A/n : Balik ke Devany dan Om Nick ya. Biar cepat selesai dan lanjut ke seri anak-anaknya.

★•••★

Devany menggigit bibir bawahnya saat seseorang meneleponnya. Ia melirik Nick yang masih tidur dengan lelapnya, lalu Devany memungut pakaian mereka lalu membawanya ke kamar mandi.

Devany membersihkan dirinya lebih dulu dan memakai pakaiannya. Setelah selesai, ia kembali ke kamar dan menyisir rambutnya. Lalu ia mendekat pada Nick.

"Maaf, aku tinggal sebentar...." desah Devany dengan pelan, ia mengecup kening suaminya itu lalu meraih tasnya tanpa membawa ponselnya.

"Kenapa dia ingin bertemu, dan kenapa dia ada di sini; Lombok, padahal harusnya dia ada di Jakarta," sungut Devany sambil berjalan menuju pintu keluar.

Ia masuk ke dalam mobil yang sudah menunggunya lalu setelah itu, mobil itu melaju menuju sebuah cafe. Tidak ada pembicaraan yang mereka lakukan. Suasana mobil itu hening, Devany juga tidak berniat membuka suaranya.

Setelah sampai, Devany langsung turun tanpa menunggu orang yang di dalam mobil. Ia masuk ke dalam cafe itu, lalu duduk di dekat jendela kaca besar.

"Ada apa kamu ingin bertemu?" tanya Devany pelan setelah orang itu duduk di depannya.

Tidak ada jawaban, hanya helaan napas yang Devany dengar.

"Hans, apa sesuatu terjadi?" tanya Devany lagi. Hans tidak menjawab. Ia hanya menatap Devany sendu.

"Katakan sesuatu, Hans!" kata Devany lagi tidak sabaran.

"Istriku meminta cerai, Van," jawab Hans singkat membuat Devany terlonjak kaget.

"Cerai? Bagaimana bisa? Kalian kan sudah punya anak, Hans!" Hans menggeleng.

"Ternyata aku salah mengenalnya, ternyata dia tidak sepolos itu saat dulu. Aku bukan ayah biologis dari anak kami," jelas Hans lagi.

"Tapi kenapa dia yang meminta cerai?" tanya Devany penasaran sekaligus bingung.

Hans mengangkat bahunya pelan, "aku tidak bisa mengatakannya, Van!" desah Hans pelan.

"Apa kamu selingkuh?" Hans menggeleng.

"Apa kamu tidak bisa memberikan keturunan padanya?" Hans menggeleng lagi membuat Devany berpikir sejenak.

"Hans, apa kamu tidak mencintai istrimu? Atau kamu mempunyai wanita yang kamu cintai?" Hans tidak menjawab dan itu menjawab pertanyaan Devany.

"Hans, seharusnya kamu dulu tidak menikahinya kalau tidak mencintai dia," ucap Devany menatap Hans dengan iba.

"Aku pikir aku bisa, Van. Ternyata tidak. Aku sudah mencoba, tapi tetap tidak bisa!" gumam Hans frustrasi.

"Jadi intinya sebelum mengenalmu, dia sudah hamil?" Hans mengangguk.

"Dan kamu tahu sejak kapan kalau anak kalian itu bukan anak kandungmu?" tanya Devany lagi. Sungguh, ia tidak menyangka kalau Hans mempunyai kisah yang rumit.

"Dia yang mengatakan padaku beberapa bulan yang lalu. Aku merasa malu padamu, Van...." desis Hans pelan.

"Kenapa merasa malu? Kita kan tetap sahabat meski sudah lama tidak saling berbicara dan bertemu. Jadi ayah biologis putrimu siapa?" tanya Devany. Ada banyak pertanyaan di kepalanya dan ia mati penasaran dengan semuanya.

Perfect FamilyWhere stories live. Discover now