Part 16

47.8K 2.9K 262
                                    

Malam semakin larut, Leonyca sama sekali tidak bisa tidur. Tadi setelah mengobrol sebentar dengan Nick, Devany dan juga Leonard, Leonyca kembali ke kamarnya lebih dulu karena ia mengantuk. Tapi setelah di kamar, ia hanya terus berguling-guling lantaran tidak bisa tidur.

"Sial, padahal besok dan beberapa minggu libur panjang, harusnya tidak apa-apa kalau Ony tidak tidur," gumam Leonyca dengan gemas. Ia menggigit bantal gulingnya dengan gemas juga.

"Tapi Ony kan harus tidur, agar besok tidak kesiangan. Ony juga ingin ikut mengantar Mama dan Papa ke bandara, awas saja kalau Abang tidak membangunkan Ony!" gerutunya sambil mengambil posisi duduk.

Ia meraih ponselnya, meremasnya dengan kuat, "dasar, Matt bodoh!" cibirnya karena Matt belum menelepon. Leonyca kembali berbaring sambil menatap ponselnya, berharap Matt akan menelepon.

Sementara di sana, Matt juga sama seperti Leonyca. Ia juga tidak bisa tidur, ia lebih memilih berdiri di balkon kamarnya.

"Tidak bisa seperti ini!" gumam Matt pelan. Ia kembali masuk ke kamarnya, menutup pintu penghubung itu lalu meraih kunci mobilnya.

Dengan gerakan pelan, Matt membuka pintu kamarnya dengan hati-hati agar tidak membangunkan Lory.

Setelah sudah lolos keluar dari kamar, Matt melangkah pelan melewati ruang tengah dan saat sudah dekat dengan pintu, Matt menghentikan langkahnya dan menggeram kesal saat mendengar suara sang ibu.

"Kamu pikir kamu akan ke mana, Matt? Jangan ke mana-mana, Matt! Jangan membantah Mama!" ucap Lory dengan ketus. Matt menghela napasnya jengah, kemudian ia kembali ke kamarnya, melewati Lory tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

Matt membanting pintu kamarnya kuat sehingga terdengar nyaring di apartemen yang sepi.

Lory menatap pintu kamar Matt dengan sedih.

"Maaf ... Matt, kalau Mama tidak tegas padamu dan Ony, Mama takut kalian terjerat dalam perasaan yang semakin dalam. Seharusnya bukan Ony yang kamu suka, itu tidak bisa, Matt. Akan ada banyak orang yang akan menentang hubungan kalian nantinya. Mama hanya ingin yang terbaik untuk kamu dan Ony. Bukan bermaksud melarangmu, tapi jangan Ony karena kalian tidak bisa bersatu," Lory menitikkan air matanya, lalu kembali ke kamar di sebelah kamar Matt.

Mungkin Nick dan Devany belum menyadari perasaan Matt dan Ony karena mereka berdua memang kurang peka, tapi Lory tahu. Ia terlalu peka dengan perasaan Matt. Dari cara Matt menatap Leonyca itu sudah terlihat jelas bahwa Matt tidak sekedar sayang pada Leonyca sebatas om dan ponakan, tapi Matt selalu menatap Leonyca penuh cinta dan Leonyca sama sekali tidak menyadari hal itu.

Lory mengusap pelan wajahnya sementara Matt bergerak gelisah di kamarnya.

Matt mengepalkan kedua tangannya, entah kenapa kekesalannya semakin bertambah malam ini.

"Jadi harus bagaimana?" pekiknya tertahan sembari menarik rambutnya frustrasi.

Seakan teringat sesuatu, Matt kembali mengerang frustrasi,
"Sial! Buku Ony tinggal di kamar Lee!" Matt membuang bantalnya ke lantai dengan kesal.

"Ony, apa yang harus aku lakukan?" Matt kembali menarik rambutnya frustrasi, wajahnya memerah karena menahan emosi. Sebelumnya Matt belum pernah menunjukkan emosinya karena ia selalu bisa mengontrolnya dengan baik, tapi kali ini ia benar-benar emosi dan kesal.

Matt memejamkan matanya sejenak, demi menenangkan pikirannya. Lalu setelah tenang, Matt kembali keluar dari kamarnya. Tidak memperdulikan Lory yang akan marah nanti padanya.

★•••★

Leonyca mengerucutkan bibirnya karena tidak ada telepon dari Matt.
Ia turun dari tempat tidur, memasukkan ponselnya ke saku piyama tidurnya. Leonyca menguncir rambutnya, lalu keluar dari kamar.

Perfect FamilyWhere stories live. Discover now