50 - Explanation

2.3K 244 50
                                    

Ariana POV

"I'm coming!"seru gue berjalan turun dari kamar gue dengan tergesa-gesa. Gue memegang pegangan di tangga agar tidak jatuh. Tangan gue mengusap mata gue yang masih mengantuk. Tadi malam, setelah makan, gue langsung meminta Kendall buat mengantar gue ke rumah. Bagian kerennya, gue ngga menangis di rumah. Gue hanya diam menonton film sampai jam 2 subuh dan gue bahkan ngga ingat sama sekali film apa yang gue tonton. Gue berjalan dengan gontai ke pintu dan memutar kunci. Gue membuka pintu rumah dan seseorang langsung memeluk gue dengan erat.

"Justin?"ujar gue. Kaki Justin bergerak menutup pintu.

"I miss you."bisik Justin menenggelamkan wajahnya di bahu gue.

"Kamu bahkan baru ketemu aku kemarin."ujar gue membalas pelukan Justin. Justin hanya diam mempererat pelukannya.

"Kamu kenapa, J?"tanya gue khawatir.

"Tentang kemarin... Aku benar-benar minta-"

"Aku ngerti, kok. Ngga perlu minta maaf lagi."ujar gue.

Justin mengangguk kecil, "Aku juga minta maaf karena ganggu kamu pagi-pagi kaya gini."ujarnya.

"It's fine. Kamu pasti belum sarapan, kan? Ayo ke dapur. Mungkin aku bisa bikin pancake atau waffle buat kamu."kata gue. Justin akhirnya melepaskan pelukannya dan mengikuti gue ke dapur. Gue mengambil bahan-bahan yang dibutuhkan sementara Justin duduk manis di meja makan. Gue mulai membuat adonan untuk membuat pancake. Justin menatap gue daritadi dan itu cukup membuat gue tidak nyaman.

"Kamu kenapa sih ngelihatin aku daritadi?"tanya gue mengaduk adonan. Justin menggeleng. Gue memecahkan telur dan memasukkannya ke dalam adonan. Setelah selesai, gue pun menyiapkan wajan teflon. Sepasang tangan memeluk gue dari belakang.

"Justin, kalo kamu meluk aku, pancakenya ngga akan jadi."ujar gue. Justin tidak menjawab perkataan gue. Gue menghembuskan nafas gue perlahan melihat tingkah laku Justin yang aneh hari ini. Gue menuangkan adonan di wajan tersebut walaupun gue agak sulit bergerak karena pelukan Justin. Setelah selesai, gue pun mengambil piring, sirup, dan beberapa buah dan menatanya di piring. Justin masih tetap memeluk gue.

"Just, kamu makan dulu, gih."suruh gue.

"Suapin."pinta Justin.

"Kamu kok manja banget sih hari ini?"ujar gue tersenyum kecil. Justin membalas senyuman gue.

"Ya-ya-yaa?"pinta Justin memanyunkan bibirnya seperti anak kecil. Gue dan Justin duduk di kursi dan gue pun mulai memotong pancake ini. Tangan gue memegang garpu dan menyuapkannya ke mulut Justin.

"Kok asin?"tanya Justin dengan wajah sok keasinan. Gue memutar kedua bola mata gue. Gue ngga akan semudah itu ditipu sama dia.

"Asin apanya! Garam di rumah aku aja lagi habis,"omel gue dan Justin tertawa karena dia sadar kalo dia ketahuan bohong.

"Ew, is that blueberries?"ujar Justin menunjuk buah berry di piring pancake ini. Gue mengangguk.

"I hate it."kata Justin membuat wajah jijik.

"Enak tau, pokoknya harus kamu makan. Ngga mau tau."tuntut gue. Gue mengambil buah berry tersebut dengan garpu dan menyuapkannya ke Justin.

"Nooooooooooooo!"

"Makan!"

"Ngga enak, Ari..."

"Yang suapin siapa?"tanya gue.

"Kamu."

"Yaudah, berarti suka-suka aku dong mau nyuapin apapun. Pokoknya harus kamu makan."ujar gue. Justin membuka mulutnya untuk membantah gue, tapi gue buru-buru memasukkan satu blueberry ke dalam mulutnya.

Text ➡ j.b & a.gTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang