22 - Someone

2.9K 292 13
                                    

Ariana POV

"Jai..."

Tubuh gue membeku melihat senyuman miringnya.

"Gue ngga nyangka bisa ketemu lo disini, Ari."

"I don't know you. Excuse me."ujar gue berlari kecil melewati kerumunan orang yang sedang menari dengan mabuk.

Gue melipat tangan gue berharap tangan gue berhenti bergetar. Gue keluar dengan terburu-buru. Sekumpulan memori kembali terputar di kepala gue.

"I will never hurt you."

Gue memegang kedua sisi kepala gue dengan kedua tangan gue.

"Please make it stop..."lirih gue.

Mikey, yang datang entah darimana, menghampiri gue, "Ariana, are you okay?"

"You should save him!"

"Make it stop..."lirih gue mengabaikan Mikey dan berjalan ke tepi jalan raya.

"Lo mau pulang?"

"G-Gue pulang duluan."lirik gue memeluk diri gue sendiri menatap kosong ke jalan raya.

"Gue bisa antar lo duluan."tawar Mikey.

"Gue lagi pengen sendiri, please."lirih gue mengeratkan jaket gue.

Gue bisa melihat Mikey mengangguk samar, "Are you sure you're okay?"

Gue mengangguk cepat. Mikey menatap ragu, tapi akhirnya dia meninggalkan gue. Gue mengulurkan tangan gue begitu melihat sebuah taksi. Gue buru-buru menaikinya dan memberikan tujuan gue. Gue meremas tangan gue sampai buku-buku jari gue memutih. Tangan gue masih bergetar hebat.

Sesampainya di arena, gue memberikan uang ke supir taksi, dan berlari ke dalam bus. Gue membuka kasur lipat gue dan menyadari kalau masih ada selimut Justin disana. Gue mengambil selimut itu, melipatnya, dan mengembalikannya ke kamar Justin. Gue butuh sesuatu untuk mengalihkan pikiran gue.

Tidur.

Gue melepas sepatu gue dan membaringkan tubuh gue di kasur lipat ini. Gue menutup paksa mata gue untuk tidur.

***

"Frankie!"

"Ini semua salah lo, Ari!"

"Lihat apa yang telah kamu perbuat, Ariana!"


Gue terbangun dengan keringat dingin membasahi wajah gue. Gue berusaha mengatur nafas dan detak jantung gue. Mata gue menatap selimut yang menutupi tubuh gue. Kepala gue menoleh ke kiri dan mendapati Justin, yang duduk di sofa sebelah kasur, menatap gue.

"Lo mimpi apa?"tanya Justin dengan kening berkerut. Gue bisa melihat dari wajahnya kalau dia baru bangun juga.

"Bukan apa-apa."

"Ngga mungkin. Ini jam 5 pagi dan lo udah mengigau sejak 10 menit yang lalu. Mimpi buruk macam apa yang bisa buat lo se-takut itu?"ujar Justin memiringkan kepalanya.

"Itu bukan apa-apa. Sekarang jelasin ke gue kenapa selimut lo ada di gue lagi?"tanya gue.

Justin mengusap wajahnya dan menguap, "Gue pulang jam 1 subuh dan gue ngelihat lo, tidur, keringet dingin, dan badan lo benar-benar panas."

Text ➡ j.b & a.gWo Geschichten leben. Entdecke jetzt