38 - Issue

2.4K 267 45
                                    

Ariana POV

"I'm coming!"seru gue ke Aubree. Gue mengambil tas gue di dalam kamar. Hampir aja ketinggalan. Gue mendengus pelan melihat sekeliling kamar, memastikan kalau tidak ada barang yang tertinggal. Setelah yakin, gue berjalan keluar.

iPhone gue tiba-tiba berdering. Siapa coba yang menelpon gue? Gue masuk lift sambil mengambil iPhone gue dari dalam tas. iPhone gue dimana sih? Saat pintu lift terbuka, gue melangkahkan kaki gue keluar dab akhirnya gue menemukan iPhone tercinta gue. Unknown number. Gue menekan tombol jawab dengan malas.

"Hello?"

"Good evening Ms. Grande."

Gue menatap nomor yang menelepon gue sekali lagi. Jarang banget ada yang manggil gue Ms. Grande. Ini siapa?

"Good evening. Apa saya boleh tahu saya berbicara dengan siapa?"

"My name is Paula Marc. Do you remember me?"

Paula. Who is Paula Marc? Think Ariana, think! Paula... Paula...

"Oh! Anda dari Victoria Secret!"ujar gue.

"Yap. Here's a thing, Ariana. Beberapa orang merekomendasikan anda untuk bekerja pada kami. Well, dari data yang kami temukan sepertinya anda tidak terlalu tertarik dengan pekerjaan tetap. Jadi kami telah menemukan pekerjaan yang sesuai untuk anda. Apakah anda tertarik untuk hal ini?"

Gue menghentikan langkah kaki gue. Wow. Pihak Victoria Secret menelepon gue langsung? Buat kerja?

"Me? Work in Victoria Secret?"

"Yes."

"M-Mengapa anda menawarkan ini pada saya?"

"Okay. First of all, kami tertarik padamu karena kami melihat foto papparazzimu bersama Justin Bieber. Postur tubuhmu bagus and you are famous, honey. But, kami tidak hanya langsung memutuskan dari itu saja, kami menemukan data kalau sebenarnya anda pernah membantu kami dalam beberapa fashion show, right? Ditambah kami punya proyek baru yang sepertinya cocok denganmu. Begitu."

Gue tersenyum dalam diam. Sesuatu hal mengganggu pikiran gue. Bagaimana dengan tour ini? Dan... Bagaimana dengan Justin? Apa gue bisa meninggalkan ini? I mean... Come on! Victoria Secret menawarkan pekerjaan langsung buat gue! Ini mungkin satu-satunya kesempatan emas yang bisa gue dapatkan. Lagipula, dua minggu lagi kontrak gue dengan Scooter akan berakhir, berarti gue harus meninggalkan tour ini. Ditambah, Scooter pasti mau gue menjauh dari Justin. Tapi, how about Justin?

"Ms. Grande?"

Gue tersentak dari lamunan gue, "Yes, Ma'am?"

"Jadi bagaimana? Apa anda tertarik?"

Gue menggigit bibir bawah gue,"Saya sangat tertarik, Ma'am. Tapi saya masih memiliki kontrak kerja yang baru berakhir sekitar dua minggu lagi."

"Perfect! Proyek ini akan dimulai dalam dua minggu. Oke, kami akan mengirimkan detailnya ke email anda."

Gue menggigit bibir bawah gue gugup. Apa keputusan gue benar? I mean... Ugh!

"Umm... Kalau saya berubah pikiran, apa saya bisa mengganti keputusan saya?"

"Sure. Tapi tolong beritahu kami keputusan akhir anda paling lambat seminggu dari sekarang."

"Ok. Thank you very much, Ma'am."

Gue memutuskan sambungan telepon. Gue menghembuskan nafas perlahan, apa keputusan gue benar?

"Telepon dari siapa?"

Gue tersentak dan membalikkan badan gue. Justin berdiri dengan menaruh kedua tangannya di dalam saku.

"Uh... Bukan siapa-siapa. Cuma... Lexie! Iya Lexie,"ujar gue gugup. Gue yakin keputusan gue benar. Gue ngga bisa menurunkan popularitas Justin begitu aja. Semua kru yang bekerja dengan Justin bergantung pada itu, dan gue ngga bisa menghancurkannya. Oke... Dua minggu terakhir bersama Bieber Crew... Bersama Justin.

Text ➡ j.b & a.gWhere stories live. Discover now