29 - Tell

2.5K 275 31
                                    


Ariana POV

Gue berjalan berdampingan dengan Justin menyusuri jalan ini dengan diam. Ngga ada yang berani untuk membuka topik pembicaraan dan gue pun ngga berminat. Gue menunduk menatap langkah kaki gue dan Justin. Gue harus berjalan lebih cepat untuk bisa menyetarai langkah lebar Justin. Justin pun menghentikan langkahnya yang membuat gue mendongak. Dia memberi sinyal untuk gue memasuki sebuah kafe kecil. Gue hanya menurut. Setelah duduk dan memesan minuman, suasana masih hening.

"Jadi..."ujar Justin menggantung. Gue mengangkat kedua alis gue.

"Lo pengen gue cerita tentang apa?"tanya gue.

"Gue-"

"Ariana?"

Gue dan Justin menoleh ke sumber suara yang memanggil nama gue. Gue mendengus melihat sosok yang sama sekali tidak ingin gue temui ini. Gue ngga tahu kenapa tapi Justin tampak menatap tajam Jai, dan Jai tampak kaget melihat gue bersama Justin.

"Berapa kali gue perlu bilangin ke lo?"ujar Justin dengan rahang terkatup. Gue belum pernah melihat Justin marah. Tapi kenapa Justin terlihat benar-benar marah ke Jai? Mereka bahkan belum pernah bertemu. Jai hanya membeku mendengar ucapan tajam Justin.

"Gue nanya sama lo. Lo perlu berapa kali gue ingetin?"tanya Justin tajam.

"Gue cuma-"

"Minta maaf ke Ari?"tanya Justin mengangkat sebelah alisnya.

"Iya."ujar Jai dengan segenap keberaniannya. Gue semakin bingung. Apa ada sesuatu yang gue lewatkan yang terjadi di antara mereka?

Justin tertawa hambar, "Gue ngga punya kata-kata buat pengecut kaya lo. Lo ninggalin orang yang sayang sama lo demi menjaga popularitas lo?"ujar Justin tajam. Gue yakin nyali Jai langsung menciut mendengar ucapan tajam Justin. Tapi... darimana Justin tahu semua ini?

"Gue ngga mau mengundang keributan yang membuat pengunjung lain ngga nyaman disini, dan lo pasti ngga mau pulang dengan wajah pengecut lo itu dengan luka-luka. Jadi, lebih baik lo pergi dari sini sekarang juga."ujar Justin. Jai menatap gue dan berusaha untuk mengucapkan sesuatu ke gue.

"Lo ngga pantas buat ngomong sama Ari. Pergi."ujar Justin tegas. Jai hanya menunduk dan pergi menjauh. Gue bersyukur akhirnya Jai pergi, tapi semakin banyak pertanyaan yang bermunculan di kepala gue.

Gue menatap Justin bingung, "Lo tau darimana?"tanya gue. Apa Jai yang menceritakan itu? Tapi kayanya ngga mungkin. Justin menghembuskan nafas perlahan.

"Di club. Waktu ngerayain gue balikan sama Hailey. Gue mau ngehampirin lo, tapi lo lagi ngobrol sama Jai. Gue urungkan niat gue, tapi gue berusaha mendengar percakapan kalian. Karena gue tahu lo ngga akan pernah mau cerita ke gue."ujar Justin menatap tepat di mata gue.

"Jadi... yang waktu itu ngehajar Jai-"

"Itu gue."ujar Justin. Gue terdiam, berarti Justin udah tau semuanya. Masa terkelam di hidup gue.

"Apa lo mau cerita tentang semuanya ke gue? Tentang Dad lo? Tentang... Frankie?"ujar Justin dengan mata berharap.

"Kenapa gue harus cerita ke lo?"

"Supaya gue bisa lebih mengerti lo."

"Kenapa lo harus mengerti tentang gue?"

"Supaya gue bisa lindungin lo."

Gue tersenyum masam, "Gue ngga butuh perlindungan dari lo"ujar gue miris. Justin berusaha menggenggam tangan gue tapi gue menarik kedua tangan gue ke bawah meja. Gue harus ingat dia punya pacar. Gue ngga mau menambah masalah di hidup gue ini. Justin menatap gue frustasi.

Text ➡ j.b & a.gWhere stories live. Discover now