PART 26

913 62 27
                                    

Mereka bilang, Paris adalah kota cinta yang penuh cahaya dan paling romantis di dunia. Tidak peduli dimanapun kaki ini dipijakkan, kau akan menemukan sisi romantis di setiap sudut kota Pierre Auguste Renoire itu. Bangunan-bangunan, seni-seni, Eiffeel tower, hingga jalan setapak pun menjadi decak kagum oleh semua orang di dunia ini.

Begitupun Rosa. Paris telah merenggut hatinya. Tempat yang memberi sejuta memori baginya. Terkagum-kagum pada literatur yang begitu romantis. Carles Rousseau yang merupakan pencipta cerita Cinderella danSleeping Beauty adalah salah satu idolanya. Cerita-cerita seperti itulah yang telah membuat harapannya tergantung begitu tinggi hingga mimpi itu dengan perlahannya menghilang dari pengawasannya.

Berpegangan tangan dengan pujaan hati, mengabadikan setiap momen bersamanya, makan malam romantis, menaiki kapal menyusuri sungai seine sambil berpelukan, melihat lima juta lampu menyala dari menara eiffel, dan merasakan jari manisnya disematkan sebuah cincin di depan menara yang penuh jutaan cahaya adalah mimpinya.

Hingga sebuah kalimat 'pergilah' dari seorang pria bernama Max terucap, saat itulah angan-angannya pudar. Mimpi-mimpi itu memang sudah pudar sejak awal sampai saat kalimat itu terucap—mimpi-mimpi itu pun semakin pudar hingga peri itu sulit untuk merasakannya lagi.

Langkahnya gontai. Kedua kakinya seakan mati rasa saat menuruni satu-satu anak tangga yang meliuk panjang. Kedua matanya membengkak. Tenggorokannya sangat kering. Dan rasa mual masih bergejolak. Dia benar-benar tidak tahan saat harus mencium aroma Chocolate Whipped Cream datang kearahnya.

Neva memandanginya dari lantai bawah. Ekspresinya begitu sedih. Tatapannya seakan memohon untuk tetap tinggal. Wanita itu berdiri dekat perapian yang digantungi kaus-kaus kaki natal dan pernak-pernik lainnya. Kedua tangannya dilipat dan sangat siap untuk mendengar penjelasan berikutnya dari Rosa.

Namun, sebelum itu terjadi, sosok wanita berwajah seri datang dari pintu dapur diikuti dengan gadis kecil dengan rambut terkucir menghampirinya.

Wajahnya tertunduk saat Ruth dan Sabine menghampirinya dengan piring berisikan kue yang berbentuk seperti potongan kayu. Warnanya coklat, dengan serat-serat kayu di sekujur batangnya. Sejenak, ia pernah melihat kue itu dalam buku resep. Kue yang ditaburi oleh gula halus untuk memberikan kesan salju yang turun ketika bulan Desember, adalah kue yang menjadi salah satu daftar antreannya tuk diberikan pada Max. Saat ia menjadi istrinya kelak. Tapi, itu dulu.

"Hey, Merry Christmas!" Senyuman bercampur rasa senang terpancar di wajah tuanya. Ruth menyodorkan sepotong kue ke arahnya. "Rosa, cobalah ini!" Serunya semangat.

"Ini kue buatan Sabine juga lho. Ayo coba tante!" Balas gadis berpakaian ala disney itu.

Pandangannya belum lepas dari sepotong kue yang disodorkan Ruth. Ia berusaha menutupi perasaan sedihnya pagi itu. Dengan susah payah dan tidak ingin membuat mereka curiga, Rosa mengambil kue itu dengan senyum yang terpaksa. Ia mengunyahnya perlahan-lahan, merasakan setiap tekstur yang ada pada kue itu. Tidak peduli dengan rasa mual yang semakin bergejolak, ia harus menelannya, dan segera pergi dari rumah itu.

Rosa memberanikan diri menatap gadis kecil itu. Matanya terasa perih melihat wajah lucunya yang memerah tersenyum kearahnya. Dan tidak tahu kapan itu terjadi, air matanya sudah menetes diikuti dengan isak tangisnya. Rosa terkulai lemas di tangga. Ia menjatuhkan dirinya dan duduk diantara anak tangga itu. Wanita itu menekuk lututnya kemudian menangis disana. Dia terus terisak sampai tidak memperdulikan makanan yang masih belum ditelannya.

"Tante...kenapa menangis?" Sabine menarik-narik ujung baju milik Ruth. "Bagaimana ini? Kue kita tidak enak." Ucapnya polos.

Ruth hanya terdiam. Ia tahu pasti sebab wanita itu menangis bukan karna kue buatannya—melainkan ada sesuatu yang sedang terjadi. Dan wanita itu akhirnya menyadari pasti saat ia melihat koper besar disampingnya. Masalah besar antara Max dan Rosa pasti tidak bisa diselesaikan dengan baik-baik, Pikirnya.

ROSANGELYNZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang