Part 4

964 77 2
                                    

CLAUDIA

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

CLAUDIA

***



Sore itu gelap dan petir bergemuruh. Lalu lintas padat merayap. Banyak pejalan kaki berkeliaran dari bawah sana. Max mencampakkan ponselnya di atas meja. Ia tidak bisa tenang saat Ruth memberitahukan bahwa anaknya kabur dari sekolah, entah untuk keberapa kalinya. Ia ingin pulang saat itu juga, tapi karena suatu keadaan membuatnya harus tinggal.

Claudia sedang duduk di kursi panjang yang tak berlengan. Beberapa kali dia menoleh kearah pria bertampang kusut itu. Dia berusaha agar tidak mengusiknya hari itu. Bahkan, dia mencoba memutar musik klasik agar suasana hati pria itu sedikit ringan. Namun, usahanya sangat konyol dan sia-sia. Pria itu tak memperhatikannya.

Wanita itu bangkit dari kursi dan mendekati Max. "Sabine pasti pulang. Anak kecil senang mencari perhatian."

Max menurunkan pandangannya kearah Claudia. Diamatinya kedua mata itu. Max berusaha mencari ketenangan pada kedua mata Claudia yang indah, tapi dia tak bisa. Pikirannya masih tertuju pada putrinya.

Tiga hari sudah Max berada di apartemen mewah milik Claudia. Tapi, waktu yang jarang mereka dapatkan tidak dipergunakan dengan baik. Max dan Claudia terlalu sibuk dengan urusan masing-masing sehingga lupa dengan status mereka sebagai sepasang kekasih.

Getaran ponsel membuat Claudia menarik tubuhnya dari pria itu. Max langsung meletakkannya di telinga.

"Halo Ruth...Sabine sudah ketemu?"

"..."

"Syukurlah! Tolong berikan ponselnya pada Sabine."

"..."

"Kenapa kau baru menghubungiku ketika ia tertidur. Bilang padanya kalau aku akan segera pulang."

"Lihat? Apa aku bilang, dia pasti pulang." Sahut Claudia saat Max mendesah lega.

Max mengambil beberapa langkah menghampirinya. Ia menarik wanita itu. Dia mendekapnya. Dia melepaskan kelegaannya dalam tubuh hangat wanita itu.

"Lusa aku akan pulang."

Claudia menengadah untuk melihat Max. "Aku akan segera menyusul. Akan kuperkenalkan diriku pada Sabine sebagai calon Ibunya."

Max terkekeh mendengarnya. Mungkin Claudia benar bahwa Sabine sangat membutuhkan perhatian yang lebih darinya. Perhatian dari seorang Ibu, lebih tepatnya.

Keheningan malam menyelimuti mereka.

Wanita itu merangkul leher Max. Ia memandangi mata Max dengan tatapan menggoda. Alunan lagu klasik yang memenuhi apartemen mengajak mereka untuk berdansa. Ini adalah pertemuan mereka yang ketiga kalinya sejak pria itu menerimanya menjadi kekasihnya satu bulan yang lalu. Bagi Max, ini adalah kencan. Tapi, bagi Claudia ini bukanlah kencan. Max tidak mempunyai waktu untuk berkencan layaknya pasangan normal, karena baginya perusahaan adalah segala-galanya. Dan Claudia juga mempunyai prinsip yang sama, yaitu karir dan kepopularitasnya adalah priotas utama.

ROSANGELYNZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang