Part 12

881 48 5
                                    


Neva mengatur napas sebelum menghadapi masalah besar. Berurusan dengan Thomas akan sangat rumit dan menjengkelkan bagi semua perempuan yang bekerja dengannya.

Dan kini, untuk pertama kalinya, ia akan menelan segala tuduhan dari pria emosional itu. Ia mempercepat langkah sambil merangkai kata-kata yang harus dikatakannya nanti.

Langkahnya terhenti. Neva langsung mengambil ponsel dari tasnya. Shh! Seingatku aku sudah menyimpannya. Dia mendesis. Neva terus mencari nomor teman anehnya itu di kontak ponselnya.

Dapat! Ternyata aku hanya menyimpannya tanpa mengetik nama dia.

"Halo?"

"Hei, pulanglah. Jangan menungguku. Tiba-tiba aku ada urusan mendadak."

"Kau sudah pulang?"

"Mm...hmm. Kau dimana sekarang?"

"Aku sedang bersama seseorang."

"Ah...kau sudah bertemu dengannya, ya? Ingat, kau harus mendapatkan pekerjaan itu."

"Emm...aku harus pergi. Akan kuceritakan padamu nanti."

Neva mendesah lega. Cepat-cepat ia memasukkan ponselnya, lalu bergegas ke toilet. Ia mengganti seluruh pakaiannya dengan pakaian yang super ketat dan sangat terbuka untuk di pakai di musim dingin. Ia merapikan lipstiknya dengan telunjuknya, menyemprotkan parfum di pergelangan tangannya, dan memasang rambut palsunya yang cerah.

"Neva!"

Neva menoleh dan terkejut saat teman kerjanya sudah berada dibelakangnya. "Oh! Ada apa Re?"

"Kau kenapa tidak bekerja semalam? Kau tahu, si Thomas gila itu marah-marah karena dia kehilangan pelanggan setianya." katanya yang terlihat khawatir. "Kau lebih baik jangan pernah menunjukkan dirimu lagi dihadapannya."

Neva mengangkat kedua alisnya, "Aku bisa mengatasinya," ia memandangi Thomas sedang duduk diantara dua wanita seksi sambil tersenyum puas. "Dia tidak mungkin melepaskanku. Baginya, aku ini pencetak uang." gumamnya.

Sebenarnya, apa yang dibilang Rene tentang menghilang selama-lamanya dari Thomas adalah hal yang sejak dulu diinginkannya. Rasanya, ia lelah sekali. Bahkan untuk sepuluh tahun yang akan datang, bekerja menjadi wanita penghibur belum cukup untuk melunasi hutang-hutang Ayahnya. Satu-satunya alasan ia bertahan sampai sekarang adalah Ayahnya. Ia ingin bertemu dengan Ayahnya. Ia ingin semua ingatan tentang dirinya kembali.

"Apakah ada pelanggan untukku?"

"KAU!" Thomas mendekatinya, kemudian dia mengerjapkan mata ke arahnya, dengan tatapan tajam seolah-olah ingin menerkamnya pada detik itu juga. "Gara-gara kau—berapa uang yang kubuang percuma semalam, huh?!"

"Kau berlebihan sekali. Seharusnya, kau bersyukur aku mau mengangkat telponmu tadi. Baru sehari saja, kau sudah cerewet sekali!" Ia mencondongkan wajahnya lebih dekat dengan pria itu. "Ditambah lagi, kau tidak akan berani menendangku darisini."

Neva bisa merasakan emosi yang tertahan dari pria itu. Dia tahu dari mulut Thomas yang mengatup tegang dan dari kegelapan di mata pria itu mengenai ucapannya barusan. Thomas tidak akan pernah membuang mesin pencetak uangnya.

Ia sempat mendengar pria itu tertawa getir sebelum ia meletakkan bokong anehnya di sofa. Itu artinya, Thomas memang tidak bisa berbuat macam-macam dengannya.

Neva meneguk koktail dengan sekali tegukan penuh. Ia menyandarkan kepalanya di sofa, mencoba menenangkan pikirannya yang sedang kacau tentang pria bernama Alex. Namun, semuanya terusik ketika Thomas duduk bersisian dengannya.

ROSANGELYNZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang