Part 21

722 54 4
                                    


Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sesuatu yang menyeramkan itu kini berubah menjadi sesuatu yang begitu indah. Sesuatu yang selama ini menjadi kerinduan terdalam bagi Rosa. Langit malam yang sangat indah menyelimuti tempat tinggalnya. Gugusan bintang-bintang bertebaran dilangit dengan bentuk yang sangat cantik dan cerah. Gemericik air terdengar nyaring dan syahdu. Suara-suara berisik dari balik dedaunan menggelitik telinga nya, namun suara itu sama sekali tidak mengganggunya. Suara itulah yang menjadi penanda bahwa dia kini benar-benar berada di rumahnya. Rumah para peri.

Sentuhan tangan itu seperti kapas halus dan begitu lembut menyentuh telapak tangannya. Sentuhan yang sudah lama tak dirasakannya lagi semenjak dirinya tinggal di bumi.

Abrianna menampakkan wajahnya yang berseri dan sayapnya yang begitu terang. Ibu peri itu menarik tangan Rosa hingga tubuhnya terangkat. Tangan hangatnya itu menyentuh pipi Rosa yang langsung memerah dengan sentuhannya.

Pikiranku meliar, bertanya-tanya kenapa aku ada disini. "Bagaimana bisa aku berada disini Abrianna?" Mimik wajahnya begitu cemas. "Aku harus pulang sekarang."

Abrianna mencondongkan tubuh ke sisi Rosa. "Ini rumahmu yang sebenarnya, Rosa."

" Aku masih punya waktu dua bulan lagi—" Gertak Rosa. "—Dan aku sangat yakin dengan itu. Apa kau lupa? "

Tidak. Tidak akan ada yang lupa.

Rasa bersalah bercampur sedih seketika melanda Abrianna. Rosa tidak harus merasakan semua ini. Ibu peri itu benar-benar takut sekarang. Takut akan Rosa yang begitu ingin mewujudkan impiannya hingga dia tidak bisa mengendalikan dirinya. Seperti saat ini, Abrianna mengamati Rosa yang sama sekali tidak ingin menyerah setelah apa yang dirasakannya tadi.

Rasa sakit itu tidak mengalahkannya sama sekali.

Dahi Rosa mengernyit melihat Abrianna menyunggingkan senyum tipisnya, dan malah membawanya berjalan-jalan mengitari taman bunga. Entah apa yang ingin disampaikannya sekarang. Abrianna membawa Rosa mengelilingi negeri para perti itu. Ibu peri itu mencengkram tangannya begitu erat—seakan dia tidak ingin membiarkan Rosa kembali ke bumi.

Rosa mencoba melepaskan cengkraman tangannya. "Sebenarnya kau mau bawa aku kemana?" Katanya kesal.ia berkata

"Aku mencabut semua hukuman yang kuberikan padamu, jadi kau tidak perlu kembali ke bumi." Tukasnya lembut.

Rasa syok dari kata-katanya yang tak dimengerti memerlukan beberapa saat untuk dicerna, tapi begitu selesai, Rosa bergerak jauh dari Abrianna.

"Kau tidak bisa seperti itu!" Matanya berkilat. "Aku bahkan belum membuat wanita itu bahagia, aku bahkan belum menemukan arti cinta, dan—" Suara Rosa tercekat emosi saat ingin mengatakan kalimat terakhirnya. Susah payah Rosa mengucapkannya dengan nada yang begitu lirih. "Aku bahkan belum mendengar pria itu menyatakan perasaannya."

ROSANGELYNZWhere stories live. Discover now