You're The Reason

1.4K 119 0
                                    

You light me up inside, like the 4th of July.

***

"So ... you guys are officially, again?" Tanya Christian saat esok pagi Justin dan aku keluar dari kamar dan turun ke meja makan. Aku hanya tersenyum sendiri dan kulihat Justin mengangguk malu.

"I heard you screaming so loud. Maybe mom and dad, too." Aku hanya terdiam mendengarnya. Sekeras itukah suaraku semalam? Ya Tuhan, malu sekali aku. Aku menutup mukaku di punggung Justin. Aku tidak tahu lagi kalau sampai ayah dan ibu membicarakan hal ini. Kudengar Justin dan Christian saling tertawa.

"Baiklah aku pulang dulu. See you in ...," Justin melirik jam tangannya. "10 hours, love." Dia mengecup pipiku lalu pulang. Christian hanya memperhatikan perilaku kami. Aku tersenyum lalu naik ke lantai atas. Christian mengikutiku dari belakang.

"What did you two do last night?" Christian langsung bertanya tanpa basa-basi saat sudah sampai dikamarku lagi. Aku menujukkan tampang 'yang benar saja?' padanya. Dia tidak menggubris dan tetap menunggu jawaban dariku.

"No ... just ... you know ... our thing. Okay? Let's talk about anything else." Aku menjadi salah tingkah dan beranjak dari kasur untuk mengambil buku. Aku melirik Christian yang tersenyum sendiri. Entah karena mendengar ceritaku atau karena hal lain.

"Jadi, ini sudah 1 bulan 2 minggu kau menganggur. Sebentar lagi kau akan bekerja, kak." Tampang Christian dibuat sedih. Aku hanya memutar bola mataku. "Tapi aku serius soal ini. Kau jangan sampai berpisah lagi dengan Justin. Aku tidak mau dengar kalian ribut, merenggang, atau bahkan sampai putus. Tolong dengar perkataanku ini."

Aku mengangguk mantap. Aku memeluk Christian lalu mengusirnya. Aku melihat jam dinding dan aku masih punya 8 jam lagi.

-

Tin ... tin ...

Suara klakson mobil menyuruhku untuk turun dan segera menghampirinya. Dengan terpaksa aku membawa lipstikku karena aku belum sempat memakainya. Aku berpamitan pada ayah dan ibu. Lalu aku dengan cepat masuk ke dalam mobil yang memanggilku.

"Kau ini lama sekali." Justin mengerutkan dahinya dan aku hanya bisa menyengir. Mobilpun melaju cepat menuju rumah Justin. Sebenarnya dengan jalan kaki pun tidak memakan waktu lama. Tapi karena takut aku kenapa-kenapa, dengan terpaksa aku mengiyakan permintaan Justin. Aku mulai memoles bibirku dengan lipstik berwarna merah jambu yang lembut.

Beberapa menit kemudian kami pun sampai didepan rumah Justin. Sudah ada Pattie, kakek dan nenek Justin yang menunggu didepan pintu. Jantungku mulai berdegup tidak seperti biasanya.

Kami semua duduk dimeja makan yang telah disediakan. Ini yang Justin rencanakan tadi pagi, mengajakku makan malam bersama keluarganya. Hal yang sudah lama tidak kulakukan sejak ... sekitar 6 tahun yang lalu. Aku mendengarkan lelucon yang Justin lontarkan dan kami tertawa bersama.

Setelah selesai, aku diajak masuk ke kamar Justin. "Sudah lama aku tidak masuk ke kamar kecilmu ini." Aku duduk di kasurnya yang rendah. Tidak ada perubahan sejak terakhir aku kesini. Kamarnya yang berukuran ... entah aku tidak bisa menghitungnya, dan kasur kecilnya. Aku tidak tahu apakah dia masih muat tidur disini.

"Kamarku sementara pindah keatas. Kau tahu, badanku membesar dan kasurnya tidak muat lagi." Aku tertawa mendengarnya lalu Justin mengajakku ke kamarnya yang berada di lantai atas.

Aku sampai di kamar yang lebih luas dari kamarnya yang dibawah. Aku mulai mengitari kamarnya. Kulihat beberapa barang miliknya menghiasi kamar ini. Contohnya rentetan jam tangan yang ditaruh di meja, lalu beberapa sepatu yang tersusun rapi di karpet, dan terdapat boneka anjing yang duduk manis di kasurnya. Boneka yang kuberi dulu. Aku tersenyum lalu merebahkan tubuhku untuk mengambil boneka itu.

"You still have this." Aku memegang boneka ini dan Justin ikut tiduran disampingku. Dia memegang tanganku erat.

"I love you, Caitlin." Dia mencium keningku dan aku terpejam. "You're the only reason why i came back to this house. To this city."

------

(Finished) ChangedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang