Again.

2K 181 1
                                    

We don't talk anymore like we used to do.

***

Hari ini Justin akan mengadakan pesta kecil di ruangan pribadi miliknya. Dia sudah meminta ijin kepadaku dan orang tuanya. Sebenarnya aku enggan sekali mengijinkannya untuk mengadakan pesta yang sangat tidak penting. Tapi apa daya, ini hidupnya. Dan inipun rumahnya. Dia bisa sesuka hati melakukan apapun dirumahnya.

Sedari tadi Justin sibuk dengan handphonenya. Sibuk menelpon teman-temannya untuk datang. Perkataanku tidak didengarnya sama sekali.

"Justin" aku mulai memanggilnya lagi. Tidak ada jawaban.

"Hey!" Nadaku mulai meninggi. Namun tetap tidak ada tanggapan darinya. Dia sibuk bertexting ria dengan teman-temannya yang tidak aku kenal dan tidak pernah dia kenalkan.

Aku langsung berlari ke kamarku dan mengunci pintu. Kudengar Justin meneriakkan namaku dan langkah kakinya ke arah kamarku.

"Cait, i'm sorry. Sorry i was texting with my friends Cait. I'm sorry i'm not listening you" suara itu berada didepan pintu kamarku. Namun aku tidak menghiraukannya. Aku merebahkan tubuhku kekasur, memasang headset, dan memainkan lagu dari Adele.

-

Aku membuka mataku. Kenapa kamarku gelap sekali? Ah pasti ini sudah malam. Aku langsung bangun dan menyalakan lampu kamarku. Sudah pukul 8 malam.

Kudengar dari dalam kamar suara berisik dari luar. Oh itu pasti teman-teman Justin. Acaranya dimulai jam 10. Jadi mereka pasti duduk-duduk dulu di bawah sini.

"Cait. Ayo buka pintunya. We need to talk" suaranya mengagetkanku yang sedang menguping. Aku tetap tidak menghiraukannya dan kembali duduk dikasur.

"Please, Caitlin." Suaranya benar-bebar serius. Tapi aku tetap diam saja.

"Okay if you don't want to talk" sepertinya Justin menjauh dari pintu kamarku. Aku mulai menguping lagi.

"Yo man, whats hatnin?" Aku mendengar temannya bertanya kepada Justin, sepertinya.

"Dia marah padaku. Ini sunggung membuatku frustasi" ah yang benar Justin?

"Yo Bizzle, you don't need to worry about that. Let's have fun up there. Tidak usah dipikirkan gadis seperti itu" what the hell? Memangnya aku gadis seperti apa? Aku rasa ini hal yang wajar dimana pacarnya marah karena tidak dipedulikan.

Jelas saja Justin makin hari berubah. Lingkungan barunya yang membuat dia seperti ini. Urgh, menyebalkan sekali.

-

Keadaan diluar sudah sepi, karena ini sudah pukul 11. Sepertinya pacarku sedang asik berpesta ria dengan teman-temannya.

Aku membuka kunci pintu kamarku dan keluar mengendap-endap. Sepertinya tindakanku ini bodoh sekali karena tidak ada siapapun dilantai ini.

Aku melaju cepat ke meja makan dan mencari makanan. Ya Tuhan, tidak ada makanan sama sekali dimeja. Terpaksa aku harus masak. Aku membuka kulkas dan menemukan ayam, asparagus dan kentang. Baiklah aku akan memasak.

Aku memotong bawang bombay dan mengupas kulit kentang untuk direbus. Aku menyetel lagu dari Charlie Puth. Aku mulai menyanyi sambil mengupas kulit kentang.

"Hey pestanya dilantai atas bukan?" Fck. Seseorang mengagetkanku dan aku refleks loncat. Aduh, jariku tergores pisau dan darahnya menetes banyak.

"Hey i'm sorry. Aku tidak tahu kalau aku mengagetkanmu. Dimana kotak P3K?" Aku hanya menunjuk ke arah sebelah kulkas dan laki-laki itu langsung mengambil kotak.

Aku membersihkan lukaku terlebih dahulu, lalu dia memberi obat dan memplester tanganku. Kulihat tadi mukanya cemas sekali saat tau jariku berdarah.

"Terima kasih sudah menbantuku. By the way pestanya di lantai atas" dia langsung beranjak dari kursi.

"You're welcome. Maaf aku mengagetkanmu" lalu dia berjalan ke tangga.

Aku masih melanjutkan acarku yang tertunda tadi, masak. Aku melanjutkan mengupas kentang lalu merebusnya. Aku juga mulai memanggang ayam dan asparagus.

Akhirnya selesai juga. Aku duduk di kursi meja makan dan mulai memakan masakanku. Kulihat sudah pukul setengah 1. Sepertinya pestanya asyik sekali. Sampai-sampai orang disana lupa waktu.

Sebenarnya aku tidak pernah ikut pesta seperti itu. It was such a shame. Tapi aku juga tidak penasaran dengan hal-hal seperti itu. Tidak peduli. Aku tidak mau merusak reputasiku sebagai mahasiswi terbaik di universitasku. Dengan aku ikut berpesta di atas, sudah pasti ada orang jahil yang akan memfotoku sedang mabuk. Lalu foto itu tersebar di internet dan selesai. Hidupku selesai.

------

(Finished) ChangedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang