Good

1.5K 156 0
                                    

I'm the one you wake up think about.

***

"Caitlin" suara itu membuatku menjadi bersemangat ketika aku merasa lesu karena ujianku tidak terlalu mulus. Suara Justin. Suara yang aku tunggu-tunggu hampir 2 minggu ini.

"Hey" air mataku mulai turun karena aku merasa bahagia sekali Justin akhirnya mau berbicara denganku. Aku duduk di bangku taman dan hatiku rasanya tak karuan karena aku takut apa yang akan Justin bicarakan sebentar lagi.

"Um.. apa kabarmu, babe? It's been a while since.. our last talk." Terdengan Justin menghela nafas.

"I'm fine Justin. I really missed you already. Happy birthday. I wish i could see you right now" bibirku bergetar ketika mengatakan 'happy birthday'.

"Sekarang kau ke bandara. Kau akan terbang ke LA 30 menit lagi." Justin menutup telepon dan aku masih terdiam di bangku ini. 30 menit lagi? Aku langsung bergegas mencari taksi.

"Caitlin, kau mau kemana?" Kulihat Theo memanggilku. Aku tak menghiraukannya dan langsung masuk taksi dan menyuruh supir untuk menuju ke bandara.

-

"Hey" kata itu yang bisa kuucapkan ketika aku melihatnya berdiri didepan pintu rumahnya ketika aku baru sampai. Sudah lama sekali aku tak melihatnya.

Aku berlari kearahnya dan memelukknya erat. Aku menangis dipelukannya. Justin mengusah rambutku lalu mencium keningku. Setelah itu Justin mengajakku masuk.

"We need to talk. And we'll talk now." kata Justin ketika aku duduk di kasurnya yang empuk ini. Hatiku menjadi tidak enak seperti ini. Takut akan terjadi sesuatu yang tidak aku inginkan.

"First. I wanna say sorry because ignoring you for almost 2 weeks. Second, thank you so much for the video you made. It means everything to me. Third, i'm sorry for not invited you to the party because i don't want you to see what i did there. I smoked, i drunk. I'm truly messed up. And the last, am i really on your top list? For sure?" Aku hanya diam menatap wajahnya. Jadi itu semua alasannya. Lega sekali telah mendengarnya.

"No, you're number 2. After college." kataku lalu memeluknya dengan sangat erat. Senang sekali aku akhirnya berbaikan kembali dengannya. Aku memandang wajahnya begitupun Justin. Aku mulai mendekatkan wajahku ke wajahnya dengan menjinjit. Dia tinggi sekali.

Lalu aku menempelkan bibirku ke bibirnya. Aku menciumnya.

"Baiklah sekarang masih jam 2 siang. Nanti jam 5 kau sudah dijadwalkan akan pulang kembali ke Seattle. Bagaimana kalau kita makan siang?" Justin bertanya dan aku mengangguk lalu kamipun pergi.

-

Saat kami sampai ke restoran, sudah ada beberapa wartawan yang memfoto kami dan menghujani kami berbagai pertanyaan. Aku hanya diam mengikuti langkah Justin kedalam restoran.

Sesampainya didalam, aku dan Justin memilih meja sudut yang tidak banyak dipilih orang. Kami pun duduk lalu memesan makanan.

"Kenapa kau ini senang sekali melakukan segala hal secara tiba-tiba? Bisa saja aku tadi masih dikelas, atau aku sedang ada ujian." Aku mengerutkan dahiku sambil menatap matanya.

"Aku sudah tahu selama 2 minggu ini kau ada ujian tengah semester dan dilakukan pada pagi hari bukan? Jadi sudah pasti siangnya kau tidak ada kegiatan kan?" Dia menaikkan alisnya tanda kehebatannya mengetahui jadwalku. Tapi darimana dia bisa tahu? Oh dia itu seorang Justin Bieber. Pasti dia punya mata-mata.

Pesanan kamipun akhirnya datang.

"Mulai tanggal 9 nanti, aku akan memulai tur konser ku. Di mulai dari Seattle." Katanya.

"Aku sudah tahu Justin. Kau pasti memulainya dari Seattle karena berharap aku akan menontonnya? Absolutely no." terlihat muka Justin menjadi cemberut karena mendengar perkataanku tadi.

"Ayolah, jangan cemberut seperti itu. Kalau begitu.." aku mengambil kentang dari piring nya dan dia langsung tersadar dan merebutnya kembali. Pelit sekali lelaki ini.

Senang sekali bisa mendengar tawanya yang lepas ini.

------

(Finished) ChangedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang