Hold Me

1.8K 173 2
                                    

Love me like you love me, like there's nothing left to lose.

***

"Aku kekamar dulu, Justin. Aku mau mandi." Aku berlari meninggalkan Justin yang baru turun dari mobil.

Aku membuka pintu kamarku. Aku melihat sesuatu bungkusan di atas kasurku. Aku langsung menghampiri bungkusan itu dan membukanya.

Whatttttt?????? Sepatu yang aku inginkan tadi. Oh My God!

"JUSTINNN!!! I LOVE YOU THANK YOU SO MUCH" aku berteriak dari kamarku dan Justin hanya tertawa mendengarku teriak kegirangan.

"Lihat bagus tidak?" Aku memakai sepatu baruku dan menunjukkannya kepada Justin. Tampangnya tidak bisa digambarkan.

"Wow, truly cool!" Aku sangat tahu jawaban ini saat dia ingin mengejekku aku. Aku tidak peduli jawabannya dan berlari ke kamar lagi untuk menyimpan sepatu lucu ini.

"Babe, aku lapar. Bagaimana kalau kita masak? Atau kita pesan makanan?" Dia bertanya ketika aku sudah keluar lagi kamar.

"Baiklah kita masak saja. Ada apa di kulkas?" Aku berjalan ke arah kulkas lalu membukanya. Sudah penuh lagi? Cepat sekali. Perasaanku baru semalam aku membuka kulkas yang hampir kosong ini.

"Bagaimana kalau kita masak ikan?" Justin memberikan ide yang cemerlang. Sudah lama aku tidak makan ikan.

-

"Masakanmu enak juga." Aku berkomentar ketika mencicipi masakan Justin.

Justin hanya tersenyum lalu melanjutkan makan.

"Oh iya by the way salah satu temanmu menolongku ketika jariku luka" kataku sambil menunjukkan jariku.

"Siapa?" Dia terlihat penasaran sekali. Atau mungkin cemburu?

"Aku tidak tahu siapa namanya. Dia telat datang ke pestamu. Dia memakai kaos v-neck biru, jeans hitam, rambutnya tidak rapi, aku tidak tahu lagi" Selagi aku menjelaskan, Justin sibuk bersama handphonenya. Sepertinya dia mencari sesuatu.

"Apa ini orangnya?" Justin menunjukkan sebuah foto laki-laki yang sama persis dengan yang semalam. Aku mengangguk.

"Oh dia Matthew. Apa kalian bertukar nomor telepon?" Ya Tuhan Justin, aku tidak segenit itu.

"Untuk apa aku bertukar nomor telepon dengannya? Oh, asal kau tau, dia memegang tanganku saat jariku luka. Tangannya lembut sekali" kataku sambil mengedipkan mata. Justin terlihat kesal. Ini yang paling kusuka darinya. Tingkat kecemburuannya sudah level 100.

"Baiklah sudah selesai makannya kan? Aku duluan" Justin meninggalkanku di meja makan sendiri. Hah? Dia menyuruhku membersihkan meja ini? Atau dia marah?

Terpaksa aku membersihkan meja makan dan mencuci piring bekas kami makan. Pembantu rumah tangga Justin hanya berada dirumah dari pukul 6 pagi sampai 3 sore. Sekarang sudah pukul 5 sore. Sial sekali aku.

Setelah selesai, aku mengelap tanganku ke bajuku lalu mencari Justin. Aku tahu ini kebiasaan terburukku.

Aku menemukannya sedang duduk dipinggir kolam renang. Sepertinya dia benar marah padaku.

"Hey" aku menyapanya lalu duduk disebelahnya. Tidak ada jawaban darinya.

Aku menarik tangannya dan menggenggamnya. "Tanganmu lebih lembut darinya. Aku lebih suka tanganmu darinya. Tangannya kosong" aku menunjuk tatonya.

Kulihat dia tersenyum saja. Dia membalas genggamanku erat. Aku membalas genggamannya lagi dengan kencang. Alhasil tanganku jadi sakit. Tapi aku tahan saja.

"Aku tak menyangka bisa bertahan selama ini denganmu. Aku sangat menyayangimu" Justin mencium ujung keningku. Lalu aku bersandar di pundaknya.

"I love you, too." Aku memejamkan mataku. Nyaman sekali bisa berada didekat Justin. Dan aku sangat bersyukur kami masih bersama sampai saat ini. Sudah hampir 6 tahun.

------

(Finished) ChangedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang