Heartbreaker

1.4K 121 1
                                    

What i hope you understand is despite of all the imperfections of who i am, i still wanna be your man.

***

"Fuck off, kid." Aku melempar bantal ke Christian. Entah kena atau tidak, aku tidak peduli. Aku menutup seluruh tubuhku dengan selimut. Namun lelaki ini menarik selimutku sehingga terpaksa aku bangun.

"Apa maumu?" Aku membentaknya. Namun dia hanya tersenyum. Aneh.

"Kau kedatangan tamu." Aku langsung berdiri saat mendengarnya. Apa dia mempermainkanku?

Christian keluar dari kamarku dan seseorang masuk. Pria itu. Pria yang masih ada didalam pikiranku. Sedetikpun tidak hilang.

"Hey. Sorry to woke you up. I need to talk to you." Mukanya terlihat lesu. Ada apa dengannya? Aku begitu khawatir melihat dia yang seperti ini. Aku mengajaknya duduk dikasurku yang berantakan ini.

"Talk to me. I'll listen." Aku menatap matanya lekat. Aku menggenggam tangannya.

"We ... we didn't make it, Cait." Apanya yang tidak berhasil? Aku berpikir keras dalam hal ini. Konsernya? Atau apa? Ah hubungan mereka.

"I'm so sorry to hear that, Justin." Aku memeluknya. Kudengar nafasnya naik turn dengan cepat.

"Dia sungguh keterlaluan. Dia selingkuh didepan mukaku." Aku hanya terdiam mendengarnya. Sama seperti yang kau lakukan dulu, Justin.

"Aku tidak menyangka hal ini akan terjadi. Padahal kami baru sebentar menjalani hubungan ini. I was such a fool to let her broke down my walls." Justin menghela nafas yang panjang. Aku hanya bisa mengelus punggungnya lembut.

"Kau harus tetap melanjutkan hidup. Dengan atau tanpa dia." Kulihat dia tersenyum. Senyuman yang sama persis ketika dia mendengar bahwa aku diterima di Universitasku dulu.

"So ..." Justin berdiri dan merogoh sesuatu di saku kiri celananya. Dia mengeluarkan cincin. Sepertinya aku kenal. Lalu Justin berlutut, "Apa kau mau mempertimbangkan untuk kembali denganku?"

Aku langsung berdiri dari kasur. "What the fuck, Justin Drew Bieber? You just broke up with your ex-girlfriend, and now you ask me to get back with you, again? Seriously? Are you losing your mind?" Aku berjalan menjauhinya.

"Please list-"

"No, you need to listen to me. I know ... i know everybody in this world changed. Including you and me. But you've changed much, Justin. Are you thinking i'm such a whore, so you can ask me out easily? That's what you think right now, Isn't it?" Justin hanya terdiam mendengarku berteriak. Kurasa ibu, ayah dan Christian mendengarnya.

"No Caitlin. It's not like that. I know i was wrong at the first. I let my first love gone. I let you down. I'm so sorry. I thought you cheated on me with Theo. So I was just thinking Selena would make me happy at that time. But i can't still forget you, Cait. I still love you. What we did at the hotel, was real. I will always love you no matter what. Even thought we're just friends. I don't know." Justin meneteskan air matanya. Aku masih tidak bergeming.

Aku tetap berdiri disudut, sedangkan Justin berada di dekat kasurku. Aku mengelap air mataku yang tidak mau berhenti karena mendengar pengakuannya. Dia berpikir aku selingkuh dengan Theo. Yanh benar saja, Justin.

"I can't. I can't, Justin. We can't go back together anymore. I have no feeling for you." Fuck, Caitlin. Kau masih memiliki perasaan untuknya.

"I respect your decision." Justin menghapus air mata yang masih menempel di pipinya. "But i hope you'll reconcider about this, babe."

Justin membuka pintu kamarku dan keluar tanpa menutupnya kembali. Aku membanting pintu dan menguncinya. Lalu aku masuk kekamar mandi.

Aku menatap kaca wastafel yang menampilkan mukaku yang basah karena air mata. Mataku sembab. Rambutku berantakan. Kenapa semua ini menjadi begitu sulit.

------

(Finished) ChangedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang