Part 3

5.7K 434 11
                                    

Karya:'Deandra Raditha Putri'
@dean_raditha

***MSG***

Sebenarnya tadi (namakamu) sudah mencoba membuat penawaran dengan Pak Iqbaal. (namakamu) memohon supaya dia tidak usah mengenakan karton itu, tetapi Pak Iqbaal malah mengamcamnya.

"Kalau kamu tidak mau memakai karton itu, saya masih punya karton lain. Saya bisa menuliskan 'SAYA TIDAK AKAN MEMARAHI GURU SAYA HANYA UNTUK PELAMPIASAN KARENA SEDANG PMS', jadi terserah kamu mau pilih yang mana."(namakamu) masih bisa mengingat dengan jelas perkataan Pak Iqbaal, perkataan yang membuatnya ingin menghantamkan kepalanya ke tembok agar amnesia dan dapat melupakan kejadian memalukan ini.

"Saya tidak akan memanjat pagar lagi untuk membolos? Bhuahahaha! Obel, sejak kapan lo suka manjat pager?" tawa dan ejekan Aldi membuat telinga (namakamu) panas.

Kebetulan sekarang Aldi sedang jam pelajaran olahraga, teman-teman sekelasnya asyik bermain basket di lapangan, sementara Aldi lebih memilih menghampiri (namakamu) yang sedang berdiri menjalani hukuman dari Pak Iqbaal.

Aldi langsung tertawa lepas begitu sampai dihadapan (namakamu). Ia sama sekali tidak memperdulikan muka garang yang (namakamu) tunjukan.Karena tertawa terlalu keras sudut mata Aldi sampai mengeluarkan air mata, perutnya juga sampai sakit. Menertawakan kesialan (namakamu) adalah salah satu hobi Aldi.

"Seneng banget sih lo liat temennya menderita?" cibir (namakamu), dia mulai mengusap keringat yang membasahi pelipisnya. Aldi menghentikan tawanya dan mengangkat sebelah alisnya tinggi-tinggi.

"Eh, kok lo bisa dihukum gara-gara bolos sih? Bukannya tadi waktu gue ngajak berangkat bareng lo malah molor," mata sipit Aldi menyipit tajam.(namakamu) mendengus, Aldi tipikal cowok kepo, dia akan terus menanyai (namakamu) sampai mendapatkan jawaban. Tapi sekarang (namakamu) malas untuk menceritakan ke-ja-di-an me-ma-lu-kan yang menimpanya.
Hanya dengan mengingatnya saja membuat (namakamu) ingin mengubur dirinya hidup-hidup saking malunya.

"(namakamu) Mawardi, lo belum jawab pertanyaan gue," Aldi bersidekap di depan dada, ia masih menunggu jawaban (namakamu).
(namakamu) berdecak, "Mending lo balik ke temen-temen lo sono, lo lagi pelajaran olahraga 'kan?" Aldi memutar bola matanya, "jangan ngerecokin gue, Al!" (namakamu) mengerucutkan bibirnya, tangannya mendorong tubuh Aldi menjauh.

"Obel, jawab pertanyaan gue dulu. Habis itu gue pergi, janji deh."

"Al," (namakamu) merengek. Please, kejadian itu begitu memalukan untuk diceritakan.

"Ya udah," akhirnya Aldi luluh juga, sebenarnya ia masih penasaran, "gue cabut dulu. Selamat menjalani hukuman Obel~" Aldi mengacak rambut (namakamu) sebelum berlari meninggalkan (namakamu) yang memekik kesal.

***MSG***

Begitu bel istirahat pertama berbunyi, (namakamu) segera melepas karton yang menggantung di lehernya kasar. Meremasnya lalu membuangnya ke tong sampah yang ada di pinggir lapangan.
Mengambil tasnya yang tergeletak . (namakamu) berjalan cepat ke kantin. Cacing-cacing di perutnya sudah meronta, meminta jatah. Tadi pagi (namakamu) tidak sempat sarapan -karena terburu-buru berangkat ke sekolah- dan energinya sudah terkuras habis karena harus menjalani hukuman dari guru menyebalkan -(namakamu) sudah memasukan Pak Iqbaal ke daftar guru ter-menyebal-kan versinya- yang membuatnya malu setengah mati.

"Andai aja Pak Bambang beluganti profesi jadi tukang es cendol. Udah gue santet tuh guru," (namakamu) mengerutu sepanjang koridor.
Untung saja Pak Bambang sudah ganti profesi menjadi tukan es cendol. Seandainya saja dia masih menjadi dukun santet, mungkin besok Royal High School -nama SMA tempat (namakamu) sekolah- kedatangan guru matematika baru, karena guru matematikanya ada yang meninggal secara misterius.

My Sweety Girl ×IDRWhere stories live. Discover now