Bagaimana keadaannya? Terakhir kali yang diketahuinya adalah ketika mengikuti Neva turun dari mobil Alex. Tidak ada satu katapun yang terlontar dari mereka—kemudian Neva berjalan lesu menuju apartemennya dengan wajah tertunduk sedih.

Dengan cepat Rosa menutup pintu apartemennya—ia berlari membawa kotak makanan yang dikepitnya tanpa memperdulikan wanita cerewet yang masih berdiri mengharapkan kotak makanan itu.

Berkali-kali Rosa mengetuk dan menekan bel pintu apartemen Neva, namun tidak ada satupun langkah kaki ataupun suaranya terdengar. Rosa memejamkan kedua mata, menempelkan telinganya di pintu, dan mendengar suara-suara yang muncul dari dalam sana.

Dia baik-baik saja...kau sedang duduk di salah satu sisi jendela. Termangu memikirkan Alex. Kau sedang berusaha mengingat kejadian sebelum kecelakaan dan mengingat memorimu bersamanya.

Rosa mendesah lega. Setidaknya ia baik-baik saja didalam sana.

Tiba-tiba rasa sakit di dadanya muncul lagi. Syukurnya, rasa sakit itu hanya sebentar. Rosa kembali ke dalam apartemennya setelah beberapa menit yang lalu bersandar di pintu Neva karena menahan sakit di dadanya.

***

"Tante!!!"

Rosa terpekik kaget. Tubuhnya seakan ingin jatuh kebelakang saat tubuh kecil itu memeluknya begitu kuat.

"Astaga!"

"Tante, tante, ayo kita masuk. Kami sedang membuat kue untuk Papa."

Kami?

Sabine membawa Rosa ke dapur. Bau kue yang sangat lezat sudah tercium ketika Rosa masuk ke dalam. Perutnya langsung mengeluarkan suara aneh. Rasa lapar begitu menyiksanya. Ia menyesal karena tidak melahap roti yang diberikan Neva.

Pandangan Rosa tertuju pada seorang wanita bertubuh tinggi yang sedang mengaduk adonan kue. Rambut putihya begitu tampak disela-sela rambut hitamnya yang mendominasi.

"Oh," Eleanor mengelap tangannya dengan serbet, lalu mendekati Rosa. "Kau pasti Rosa, kan?" sahutnya.

"Iya mémé. Ini tante Rosa. Dia juga suka dengan cerita peri."

Eleanor begitu kaget melihat cucunya memeluk pinggang Rosa dengan senyum yang menghiasi wajahnya. Ini sangat aneh. Tidak biasanya seorang pengasuh seperti Rosa bisa bertahan dengan segala tingkah cucunya.

Eleanor tersenyum ramah, "Aku Eleanor. Neneknya Sabine. Mantan Ibu mertua Max." ujarnya sambil mengulurkan tangan.

Rosa menjabat tangan Eleanor yang begitu hangat menyapanya. Rosa terdiam kaku. Wanita tua itu memeluk Rosa sambil menepuk-nepuk pelan punggungnya. "Kau cantik, baik, dan menyukai anak kecil. Terima kasih. Kau satu-satunya pengasuh yang mampu membuat Sabine lebih tenang."

Rosa tersanjung mendengar pujian dari Eleanor. "Anda terlalu berlebihan memuji saya. Seharusnya, saya yang berterima kasih karena sudah diberikan pekerjaan ini. Saya sangat bersyukur sekali. Sungguh."

Eleanor tertawa pelan sambil mengelus kedua lengan Rosa.

Kini, rasa bersyukur itu bertambah satu tingkat, karena wanita itu—ia hampir menjadi wanita sempurna. Ini pertama kalinya ia bisa menyentuh tepung, butter, telur, baking powder dan benda-benda asing yang tertata di dapur.

Kelak, jika ia menikah, ia akan membuat masakan lezat untuk suami dan anak-anaknya setiap hari.

Rosa begitu semangat mengolesi buttercream untuk adonan kue yang dibuatnya bersama Sabine. Mereka membuat Macaron.
Meringue puff bewarna-warni yang diisi dengan buttercream, selai atau ganache. Dan hasil buatannya sangat lezat.

ROSANGELYNZWhere stories live. Discover now