Nineteen

2K 91 12
                                    

*Anisa POV*

Setelah tragedi yang terjadi semalam, aku lebih memilih untuk terjaga semalaman daripada harus tidur dengan perasaan was-was.

Yap.

Tentu saja tragedi yang terjadi antaraku dan Rizky akan terus terngiang-ngiang di kepala. Bagaimana tidak? Seorang Rizky Nazar, malam tadi Mencumbuku.

Catat!

Men-cum-bu.

Astaga, jangankan untuk melakukan hal semacam itu. Melihat seorang pria shirtless secara Live saja baru terjadi pada Rizky dan Papaku. Anggaplah papa tidak termasuk hitungan, itu tandanya Rizky adalah pria pertama yang shirtless dalam hidupku. Anggaplah aku kolot dan ketinggalan jaman, bahkan selama 22 Tahun, hanya tercatat 2 Mantan pacar dalam kisah percintaanku. Dan selama itu pula aku tidak-pernah melakukan kontak fisik yang sampai melewati batas, hanya sekedar pegangan tangan, berpelukan, atau cium pipi dan kening, itu wajar kan?

Firstkiss yang Rizky lakukan tentu tidak termasuk hitungan, karena jelas-jelas dia melakukannya tanpa ada hubungan diantara kami. Jadi tidak termasuk daftar bukan?

And For the FIRST TIME,

Tadi malam, lagi-lagi Rizky adalah pria pertama yang mencumbuku. Tolong Garis bawahi pernyataan itu. Bahkan aku sendiri bingung, kenapa Rizky selalu menjadi yang pertama. Dari firstkiss, dan bahkan sekarang flirting?

Bisa dipastikan 2 Kejadian itu akan tersimpan rapi dalam otakku, bagaimanapun juga pengalaman pertama akan selalu membekas bukan? Seberapa keras usaha untuk melupakan, tetap saja yang pertama akan selalu berkesan.

Harus ku akui, pengalaman pertama ini sangat berkesan. Bahkan aku tak ada perasaan marah sama sekali dengan Rizky, lagipula untuk apa Marah? Justru seharusnya Rizky melakukan hal yang lebih daripada itu.

Kenapa aku berkata begitu?

Tentu dalam sebuah pernikahan, sudah Hak dan Kewajiban Rizky untuk melakukan hal yang seharusnya, you know what i mean, Right?

Tapi jangan harap aku akan memberikannya dengan cuma-Cuma, meskipun kini aku berstatus Istrinya. Aku akan dengan ikhlas memberikan haknya, jika memang nantinya kami saling mencintai. Katakan aku egois, tapi aku tak ingin ada pernikahan yang ke-2, atau bahkan ke-3 dan seterusnya, maka dari itu aku akan memberikannya jika kelak kami saling mencintai dan tetap mempertahankan pernikahan ini.

Maka dengan segala cara, aku akan terus berusaha memertahankan pernikahan ini. Walaupun aku tau, ada Michelle dibelakang ini semua, tapi sudah kewajibanku untuk memertahankan apa yang sudah menjadi milikku kan?

Apapun yang terjadi nantinya, setidaknya aku sudah mencoba.

***

Kini aku dan Rizky dalam perjalanan menuju Rumah orangtua Rizky, sejak bangun tidur memang Rizky dan aku belum melakukan percakapan sama sekali. Dan alhasil keheningan itu berlanjut sampai di dalam mobil sekarang ini.

Mungkin dia juga merasa bersalah karena kejadian semalam, ya sebenarnya aku menyetaknya untuk tidur sendirian karena aku akan makin salah tingkah jika didekatnya. Makannya aku memilih untuk diam di sofa.

Lagipula aku sudah lelah menahan ngantuk sejak semalaman, daripada harus berdebat lagi pagi ini. Lebih baik aku diam juga kan? Toh Rizky juga gak mencoba untuk buka percakapan. Males amat kalo aku harus bahas kejadian semalam.

Aku yang tadinya berniat untuk memejamkan mata, malah jadi bangun lagi karena Rizky yang memanggilku.

"Nanti depan Papa mama tolong bersikap biasa aja ya, gue takut kalo nanti kita ketauan lagi ribut" Aku menoleh dengan dahi berkerut.

unexpected loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang