Twelve

1.8K 116 10
                                    

Anisa POV

Aku melangkahkan kaki menuju area kolam renang Hotel. Dengan setelan kebaya yang masih terbalut rapih di tubuhku, tentu saja para pengunjung lainnya memandangku aneh. Mungkin saja mereka kira aku calon pengantin yang berusaha kabur dan nyasar ke kolam renang.

Biarkan saja, toh aku gak perduli.

Segala fikiran negatif kini bergentayangan dalam otakku. Perasaan yang tak karuan ini kian menyiksaku. Betapa mirisnya aku saat ini, bahkan rasanya aku ingin menertawakan diriku sendiri.

Belum genap 1 jam aku berstatus istri orang, tapi kenyataannya kini Suamiku entah hilang kemana dan sibuk dengan kekasihnya. Aku menghabiskan waktu yang cukup lama untuk makeup, berpakaian kebaya seperti ini, dan bahkan merasakan gugup setengah mati, tapi bahkan tak ada satu pun yang Rizky lontarkan untukku. Jangankan berharap untuk mendengar pujian darinya, mendengar satu cercaan darinya saja setidaknya bisa membuatku merasa dihargai.

Memang ini konsekuensi yang akan ku hadapi mengingat perjanjian konyol yang kami buat sebelum pernikahan ini terjadi. Meskipun aku tahu hari ini adalah hari terberat bagi Rizky dan michelle, tapi setidaknya tak adakah secuil kebahagiaan untukku hari ini?

Entahlah.

Pernikahan adalah hari yang begitu membahagiakan bagi pasangan yang saling mencintai, tapi mungkin itu tak berlaku untukku. Liat saja aku sekarang, menjauh dari riuhnya kebahagiaan keluarga atas pernikahanku dan Rizky. Melihat senyum dan kebahagiaan keluarga dan orang-orang di sekitarku adalah tujuan utamaku, mana mungkin aku tega memperlihatkan kesedihanku di saat mereka justru berbahagia untukku.

Aku tertawa merutuki kebodohanku atas pernikahan ini, tanpa terasa airmata justru mengalir deras di pipiku. Entah apa yang aku rasakan saat ini, tapi airmataku tak henti-hentinya mengalir. Bukan pujian yang aku harap Rizky lontarkan, tapi sikapnya yang seolah sangat tak perduli kian membuatku kecewa.

"Dicariin daritadi, taunya disini toh" suara cempreng Inez mengejutkanku.

"Astaga anisa, lo nangis? Kenapa lagi sih nis?" Inez yang terkejut tanpa basa-basi memelukku erat.

Bukannya tangisku mereda, justru isakan tangisku kian pecah. Aku tau pasti inez khawatir sekaligus bingung dengan kelakuanku. Inez tetap diam dan membiarkanku menangis sepuas-puasnya, sampai akhirnya tangisku perlahan-lahan mereda, inez melepas pelukannya.

"Udah bisa cerita sekarang?" Aku menganggukan kepala.

"Gue bingung nez.."

"Bingung kenapa?"

"Ya bingung, kenapa gue gadapet kesempatan buat bahagia. Semenjak perjodohan ini, kayanya gue gapernah ngerasa seneng sama sekali. Lo tau nez, gue fikir meskipun gue terpaksa ngejalanin ini semua, hari ini gue bakal ngerasain bahagianya orang nikah. Bisa ngerasain momen spesial di hidup lo. Tapi sayangnya itu gak berlaku buat gue" jelasku pada Inez

"Anisa sayang denger ya, ini tuh hari bahagia di hidup lo. Ya meskipun kalian gak saling mencintai dan sebenernya gak menginginkan pernikahan ini. Tapi lo gak boleh sedih dong nis, emang lo mau merusak kebahagian orang-orang di dalem sana?" Aku menggelengkan kepalaku, inez pun tersenyum.

"Lo itu orang terkuat yang gue kenal nis, lo gapernah perduli sama perasaan lo sendiri dan lo selalu mikirin perasaan oranglain. Dan karena itu gue sayang banget sama sahabat gue yang satu ini. Gue yakin suatu saat kak Rizky bakal nyesel karena sia-siain kebaikan lo, biarpun sekarang dia gaperduli sama lo tapikan ada gue, bokap nyokap lo, bokap nyokap Rizky, dan masih banyak orang lainnya yang perduli sama lo. Apa lo masih mau sedih-sedihan kaya gini, sedangkan kita semua berbahagia buat lo" jelas Inez padaku.

unexpected loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang