Seventeen

1.8K 96 6
                                    

*Rizky POV*

Resepsi pernikahan yang melelahkan ini akhirnya selesai juga. Bagaimana tidak? Tamu undangan yang banyak dan di dominasi oleh kolega bisnis 2 Perusahaan Besar, milik keluargaku dan Anisa. Bisa dibayangkan bagaimana kondisi badanku saat ini.

Remuk.

Begitu selesai mengantar Rangga dan Inez, aku memutuskan untuk kembali menuju kamar yang sudah disediakan oleh kedua orangtuaku. Sepanjang jalan menuju kamar aku tertawa sendiri Mengingat begitu antusiasnya orangtuaku dan Anisa yang memberikan kami kamar pengantin. Mungkin mereka fikir, dengan membiarkan malam ini kami bisa leluasa berduaan tanpa di ganggu, Aku dan Anisa akan menghabiskan malam pertama kami, If-you-know-what-i-mean.

PASTINYA TIDAK AKAN TERJADI!

Jangankan untuk makeout, mungkin Anisa akan lebih dulu mengumpat,mencaci,atau bahkan menangis sebelum aku macam-macam dengannya. Tiap kali keisenganku untuk menciumnya saja, bisa dipastikan tubuhnya menegang dan dia diam saja.

Ya, tentu semua juga tau. Kalau dia Penurut.

Setibanya di depan kamar, langsung saja aku bergegas masuk. Begitu knop pintu terbuka, ternyata tidak dikunci, mungkin dia lupa? Entahlah.

"Anisa?" aku memanggil-manggil namanya tapi tak kunjung mendapat balasan. Apa mungkin dia keluar? Tapi kenapa pintunya tidak di kunci?

Kembali kulangkahkan kaki menuju ruangan utama, Gaun yang dikenakannya tadi sudah bertengger manis di Kingsize bed kami. Aku masih mengedarkan pandangan sambil terus memanggil namanya, tapi dia tak kunjung menampakan wajahnya. Ku tajamkan pendengaranku, begitu mendapati seseorang bersenandung kecil diikuti dengan bunyi shower setelahnya.

DIA MANDI?!

YA TUHAN..

Bisa-bisanya dia dengan tenang mandi di dalam sana dengan keadaan pintu kamar yang tidak dikunci? Apa dia gila?! Bagaimana kalau ada orang lain yang sembarangan masuk? Dia ini memang selalu ceroboh.

Daripada memikirkan kecerobohannya itu, lebih baik aku istirahat sebentar sambil menunggunya keluar dari kamar mandi. Satu persatu kubuka jas, vest, dan kemeja yang masih terbalut rapi di badanku, menyisakan tshirt putih polos. Kurebahkan tubuh pada sofa di sudut ruangan, dan perlahan-lahan ku pejamkan mataku sekedar untuk istirahat sebentar.

Belum 5 Menit mata ini terlelap, suara decitan pintu yang terbuka kembali membuatku tersadar. Anisa masih bersenandung kecil dan sepertinya belum menyadari kehadiranku disini. Ku perhatikan tampilannya dari bawah sampai atas yang...

Errr, menggoda.

Kalau saja aku tidak memiliki pasangan, dengan senang hati aku akan menerkamnya saat ini juga. Ha ha ha. Bagaimana tidak tergoda, bisa dibayangkan mendapatkan suguhan pemandangan indah yang menampilkan seorang wanita, hanya dengan balutan bathrobe dan handuk yang menyampirkan rambut basahnya yang masih menetes-netes.

Aku ini Pria Dewasa, NORMAL.

Yang tentunya semua pria manapun akan berfikiran sama dengan situasi semacam ini.

Tanpa sadar aku masih ternganga memandanginya dengan segala piktor yang tiba-tiba menyerang otakku. Bahkan sang objek pengamatan pun masih dengan tenangnya belum menyadari kalau ada orang lain dalam ruangan ini.

"Badan kamu bagus juga?" tanyaku tepat dibelakangnya.

Anisa masih tetap diam membeku tak bergeming dengan pertanyaanku. Mungkin dia fikir ada pria asing yang tiba-tiba masuk ke dalam kamarnya karena lupa mengunci pintu. HAHAHA rasakan kau, akan ku jahili.

Ku rengkuh tubuhnya dari belakang dan kuhembuskan nafas tepat di tengkuknya. Sesuai dengan perkiraanku, dia mati kutu diam seperti beku! HAHAHAH inilah yang selalu aku tunggu-tunggu tiap kali menjailinya.

"Ampun, om, mas, kak, dek, jangan macem-macemin saya. Sa...saya baru nikah hari ini, gimana nasib suami saya nanti.." dia meringis tergagap-gagap ketakutan mengucapkannya sambil mengeratkan bathrobenya itu.

"HAHAHAHAHA" tawaku menggelegar begitu saja mendapati ucapannya itu. Tanganku masih bertengger manis pada pinggangnya.

"KYAAAAA, JADI LO NGERJAIN GUE?!" tanyanya sambil menyentakkan tanganku.

Dan aku masih tertawa menggelegar melihat ekspresinya yang terkejut dan setengah kesal. Anisa masih diam ditempatnya tak bergeming menatapku yang masih tertawa puas.

"Gak lucu!" ucapnya dengan nafas tersengal-sengal.

Aku masih tertawa terbahak-bahak, sedangkan Anisa masih diam ditempatnya memandangku dengan tatapan lasernya. Perlahan-lahan ku redakan tawaku sambil mengatur nafas.

"Ets, itu mata santai aja dong ngeliatinnya. Nanti Suami kesayanganmu ini takut loh.."ejekku sambil mencolek dagunya sekilas.

Dia mendenguskan nafasnya kesal. Bibirnya masih saja mengerucut sebal menatapku. Ya tuhan! Menggemaskan sekali tingkahnya ini. Rasanya ingin ku terjang habis bibir merahnya itu.

"Iya..Iya maaf deh. Lagian salah lo sendiri kan, kenapa juga sih ceroboh bisa-bisanya lupa kunci pintu kamar? Apalagi lo mandi. Gaabis fikir deh gue!" Aku mendaratkan pantat duduk disisi ranjang, sedangkan dia masih berdiri menatapku.

"Ya maaf, namanya juga lupa" Ujarnya sambil duduk tepat disebelahku.

APA?? LUPA?

ASTAGA! Dengan santainya dia mengatakan kalo dia lupa?

For God sake, tabahkanlah hambamu ini..

"Anisa! Coba bayangin, kalo yang masuk ke kamar ini bukan gue? Bisa aja ada Om-om ganjen, atau Pria mesum yang salah kamar. Terus lo diterjang abis, nah gimana?" cecarku sambil menggoncang bahunya pelan.

Dia bergidik ngeri sambil menggeleng-gelengkan kepalanya, mungkin dia sedang membayangkan perkataanku. "Amit-amit Yaallah, jangan sampe!"

"Nah tuh, serem kan. Emang lo mau menghabiskan malam pertama bukan sama suami tampan lo ini, hah?" Anisa menggeleng mantap yang justru membuatku terkekeh. Bagus! Lampu hijau ternyata.

Dirasa mendapat lampu hijau dari ucapannya, aku berdiri dan langsung menarik lengannya. "Ayo"

Dia masih duduk dan tak bergeming dari tempatnya, alis mengerut menjadi satu, seolah-olah bertanya 'Kemana?' Aku jadi bingung sama dia, kenapa jadi bodoh gini sih?

"Katanya mau menghabiskan malam pertama dengan suami tampan lo ini?" tanyaku.

Tiba-tiba sebuah jitakan mendarat tepat dikepalaku. "Bukan itu maksudnya!!" Dan lagi, Anisa kembali mencak-mencak dengan pernyataanku ini.

Kan dia sendiri yang bilang, kenapa jadi aku yang dimarahin sih? Emang aku salah ngomong apa?

"MANDI!!!" sebuah teriakan lolos dari bibir manisnya, dan sukses mendaratkan sebuah handuk tepat di mukaku.

Astaga, wanita ini..

Benar-benar membuatku stres! Andai saja bibir manisnya itu tidak mengeluarkan lengkingan suara yang membuat telingaku hampir pecah, dengan senang hati akan ku lumat habis biar dia tidak bisa bersuara.

***

ALOHA!

Mohon maaf ya baru sempet update ceritanya lagi nih hehehe, soalnya wifi rumahku lagi bermasalah kemaren. Alhasil harus nyolong wifi deh hehehehe.  Oh, ya! Kayanya setelah ini ada beberapa part yang akan aku private lagi ya, soalnya ya gitu deh. Pasti kalian ngerti hehehe.

SETELAH INI ADA YANG SERU LOH HAHAHAHA HAYO PENASARAN GAK??

well anyway, dont forget to Vote, Comment and stay tune!

with Love,

-Author<3

unexpected loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang