"Besok? Secepat itu? Memangnya kita akan menikah kapan?" Tanya Jodha menatap serius kearah Jalal.

"Kita akan menikah minggu depan," jawab Jalal.

"What? No! Terlalu cepat, Jalal. Kita bahkan kesini untuk melakukan syuting bukan untuk menikah dan bulan madu. Bagaimana kita bisa mempersiapkan semuanya dalam waktu seminggu!" Ucap Jodha begitu shock mendengar keputusan Jalal.

"It's no problem, love! Pak sutradara dan yang lainnya bahkan sudah tahu dengan rencanaku ini. Seira dan orangtuanya yang akan membantu kita melakukan semua persiapan pernikahan kita," jelas Jalal mencoba meyakinkan Jodha.

"Jadi yang lainnya sudah tahu rencanamu ini?" Tanya Jodha heran.

"Yap!" Jawab Jalal.

"Termasuk Hana dan Resy?" Lanjut Jodha.

"I... iya...," jawab Jalal sambil mengusap tengkuknya.

"Oh my God! Bahkan merekapun bersekongkol denganmu. Kau benar benar keterlaluan, Jalal!" Ucap Jodha kesal dan memasang tampang yang cemberut.

"Jangan marah ya, sayang. Nanti senyum gulalinya hilang," rayu Jalal sambil mengusap usap kedua pipi Jodha dengan tangannya.

"Mamaku belum tahu tentang rencanamu ini," kali ini Jodha menemukan alasan yang tepat untuk menunda pernikahan mereka.

"Siapa bilang? Lihat ini!" Ucap Jalal sambil menyerahkan ponselnya yang berisi video ibunya Jodha yang sedang berkata bahwa beliau merestui hubungan Jalal dan Jodha serta akan menyusul mereka pergi ke Bali dua hari lagi. Seketika Jodha terperangah hingga ia hanya bisa menutup mulutnya yang menganga karena terkejut.

"Jalal, sampai seperti ini kau mempersiapkannya? Aku.....," Jodha tak dapat lagi melanjutkan kata katanya. Ia hanya bisa menghambur ke pelukan Jalal dan menangis di dadanya.

"Kumohon jangan menangis, sayang. Please..... aku tak bisa memberikanmu yang lebih dari ini. Tapi aku janji setelah kita menikah nanti hanya akan ada kebahagiaan yang akan meliputi rumah tangga kita hingga kau takkan sempat untuk menangis lagi," ucapan Jalal benar benar membuat Jodha sangat terharu.

"Aku tidak butuh yang lebih dari ini, Jalal. Karena aku tak pernah bahagia berada dalam kemewahan tanpa adanya cinta didalamnya. Aku mencintaimu, aku mencintai kesederhanaanmu, aku mencintai kejahilanmu dan aku mencintai semua yang ada di dirimu. Aku percaya kau takkan membuatku menangis lagi," ucap Jodha sambil memainkan kancing kemeja Jalal dengan suara yang dibuatnya sedikit manja.

"Mengapa kau percaya padaku, sayang?" Tanya Jalal sambil mengecup pucuk kepala Jodha.

"Karena tadi kau sudah berjanji," jawab Jodha santai.

"Tapi sepertinya saat malam pertama kita nanti, kau pasti akan menangis, sayang," goda Jalal yang belum dipahami oleh Jodha.

"Maksudnya?" Tanya Jodha mengernyitkan dahinya.

"Ya, saat malam pertama nanti kau pasti akan menangis saat aku.....,"

"Stop!! Stop!! Stop!! Aku mengerti arah pembicaraanmu sekarang. Belum apa apa kau sudah membahas hal seperti itu. Malu ah!" Jawab Jodha memotong ucapan Jalal.

"Kita bahkan pernah khilaf hampir melakukannya waktu itu, Jo," goda Jalal semakin membuat Jodha malu sekaligus kesal.

"Jalal!!!! Balik sana kekamarmu, sekarang! Aku mau istirahat," Jodha langsung merebahkan tubuhnya diatas kasur dan menarik selimut hingga sebatas dadanya.

"Masih kangen, sayang. Bentar lagi ya. Mau aku nyanyiin kayak di restaurant tadi biar bisa tidur?" Rayu Jalal sambil membelai rambut Jodha.

"No! Sekarang balik kekamarmu atau aku gak mau kita nikah minggu depan!" Ancam Jodha membuat Jalal langsung bangkit berdiri dan panik.

The Princess ActWhere stories live. Discover now