"Sebenarnya aku ingin menyampaikan ini padamu, Ka...ups, Jalal. Ayah dan Ibuku kemarin sudah mengatakan ini padaku. Mungkin mereka akan mengatakan ini juga padamu tapi sebaiknya aku sampaikan saja sekarang mengingat akan kegalauanmu itu. Ayah dan Ibu sudah tidak mementingkan soal itu lagi, Jalal. Mereka menyerahkan semuanya ke tanganmu. Kalau kau tak bahagia dengan keputusanmu kemarin, kau bisa mengabaikanya. Pilihlah jalan hidupmu sendiri. Kalau kau bahagia dengan hidupmu yang sekarang, kami tidak akan keberatan. Kami sadar keinginan kami itu benar benar mengorbankan kebahagiaanmu. Ayah dan ibu takkan mempermasalahkan semua itu lagi Jalal," jelas Seira membuat mata Jalal terbelalak kaget.

"Benarkah itu, Seir?" Tanya Jalal mencoba meyakinkan.

"Iya Jalal. Itu benar. Kalau kau serius dengan Jodha, berjuanglah. Tak usah kau memikirkan lagi soal hal itu. Kebahagiaan itu tidak bisa diukur dengan uang, Jalal. Semoga kau berhasil. Rintangan terberat kalian hanyalah tinggal tunangannya Jodha. Walaupun aku tak menyukai si artis sombong itu, tapi setidaknya dia adalah wanita yang kau cintai. Jadi apapun keputusanmu, kami akan selalu mendukungmu," ucap Seira membuat beban yang terasa berat di punggung Jalal kini seakan lepas begitu saja.

"Terima kasih, Seir. Akhirnya jalanku sudah semakin terbuka lebar," sahut Jalal dengan wajah yang begitu berbinar sambil menggenggam tangan Seira.

"Good luck, bro. Semoga berhasil," ucap Seira kemudian merekapun memutuskn untuk pergi makan malam bersama.

*********************

Hubungan Jodha dan Jalal semakin lama semakin dekat. Walau dengan susah payah menghindar dari pengawasan Sujamal yang semakin hari semakin ketat, mereka masih saja sempat saling berkomunikasi entah lewat pembicaraan langsung atau melalui proses syuting mereka. Mereka lebih memilih bersikap mesra saat sedang beradegan syuting agar Sujamal tidak mencurigai mereka.

Sampai saat ini pun Jalal belum juga mengambil langkah lebih jauh dalam hubungan mereka. Jodha yang selalu saja menunda nunda keinginan Jalal untuk bicara yang sebenarnya tentang hubungan mereka pada Sujamal semakin hari semakin membuat Jalal gerah hingga dua minggu sebelum rencana pernikahan Jodha dan Sujamal, ia pun sudah tidak dapat menahan kesabarannya lagi.

"Aku tak bisa jalan denganmu hari ini, Jalal. Aku dan Sujamal ada janji dengan desainer undangan pernikahan kami," ucap Jodha lirih disela sela break syuting mereka.

"Apa? Undangan?" Ucap Jalal nampak terkejut.

"I.. iya Jalal. Dua minggu lagi.....,"

"Ayo kita pergi!" Ucap Jalal bangkit dari duduknya dan menarik pergelangan tangan Jodha.

"Pergi? Tapi kemana?" Tanya Jodha nampak bingung melihat sikap Jalal.

"Kita harus menemui Sujamal sekarang," ucap Jalal dengan ekspresi yang dingin.

"Tapi untuk apa, Jalal?" Bantah Jodha mencoba melepaskan cengkraman tangan Jalal di pergelangan tangannya.

"Menjelaskan hubungan kita tentunya! Kau pikir untuk apa lagi? Aku tidak akan membiarkanmu menikah dengannya!" Ucap Jalal tegas dan tanpa basa basi lagi ia pun menyeret lengan Jodha dan membawanya masuk kedalam mobil tanpa dihiraukanya lagi tatapan beberapa pasang mata yang seakan bertanya tanya tentang apa yang terjadi diantara mereka.

Sepanjang perjalanan Jodha dan Jalal hanya saling terdiam tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Melihat sorot mata Jalal yang penuh dengan emosi, Jodha pun memutuskan memilih untuk diam dan memasrahkan nasibnya hanya kepada sang Kuasa. Ia benar benar dilema diantara cintanya kepada Jalal dan juga pernikahan yang tak diinginkannya dengan Sujamal.

"Jalal, apa kau benar benar yakin dengan ini?" Tanya Jodha lagi. Kini mereka berdua sudah melangkah masuk kedalam apartemen tempat tinggal Sujamal.

"Aku sangat yakin, Jo. Pria posesif itu takkan pernah bisa menikahimu!" Jawab Jalal sambil masih menggandeng tangan Jodha dengan eratnya.

"Aku takut, Jalal," ucapan Jodha yang lirih dan bergetar membuat Jalal menghentikan langkahnya seketika.

Dengan cepat ia mendekatkan tubuhnya kearah Jodha dan langsung menangkup kedua pipi Jodha dengan lembut," tenanglah cantik. Ada aku bersamamu. Biar aku yang akan bicara pada Sujamal dan menjelaskan semuanya. Kau hanya perlu berada di sisiku, menemaniku. Itu saja sudah cukup. Takkan kubiarkan Sujamal berani menyentuh dan menyakitimu lagi. Tidak akan," ucap Jalal mencoba menenangkan Jodha dengan mengecup pipi Jodha penuh kelembutan.

"Aku percaya padamu, Jalal," jawab Jodha kemudian menggenggam tangan Jalal dan merekapun kembali melangkah bersama menuju apartemen Sujamal.

Jarak antara keberadaan mereka dan pintu apartemen Sujamal sudah semakin dekat ketika mereka melihat pintu apartemen Sujamal sedikit terbuka dan terdengar suara sedikit gaduh disana.

"Kau tidak bisa menikah dengannya!" Ucap samar samar seorang wanita didalam sana.

"Tentu saja bisa! Gugurkan anak itu sekarang!" sahut Sujamal membalas teriakan sang wanita.

"Aku tidak akan menggugurkannya. Ini anak kita! Darah daging kita! Kau harus menikahiku atau aku akan membeberkannya pada Jodha dan juga pada publik!" Ucap sang wanita terdengar mengancam.

"Kau takkan bisa mengancamku, b*t*h! Usia kandunganmu baru menginjak dua minggu. Masih mudah untuk menggugurkannya! Cepat kau gugurkan atau......,"

"Sujamal!! Ankita!!!"

Next

The Princess ActWhere stories live. Discover now