"Hufth! Jadi aktor memang sulit ya. Apa aku balik jadi stuntmant aja ya?" Ucap Jalal langsung dibalas Billy dengan matanya yang melotot.

"Kenapa gak sekalian aja kamu jadi tukang pegang kamera! Sudah syukur bisa jadi aktor malah mau balik jadi stuntmant. Kalo mau jadi stuntmant, bintangin aja film action lagi. Kau bisa jadi aktor sekaligus stuntmant-nya," sahut Billy dongkol.

"Ide bagus! Akan kupikirkan!" Sahut Jalal membuat Billy mendengus kesal.

Billy dan Jalal memutuskan untuk minum kopi bersama sambil masing masing menghapal script untuk take scene berikutnya. Sesekali konsentrasi Jalal sedikit buyar ketika mengingat adegan antara ia dan Jodha saat berciuman tadi. Bibir itu terasa manis dan seperti masih membekas di bibir Jalal hingga ia pun tanpa sadar berkali kali menjilat bibirnya sendiri. Namun tiba tiba saja fokus mereka teralih pada suara gaduh dari ruangan sebelah.

"Ada apa ya, Bill?" Tanya Jalal pada Billy.

"Entahlah! Suara itu berasal dari ruangan Jodha. Ruangan kita dan ruangan Jodha kan bersebelahan," sahut Billi sambil memasang telinganya bermaksud ingin tahu dengan yang terjadi di ruangan itu.

Sementara di ruangan Jodha....

"Adegan itu tidak ada dalam naskah skenario-mu, Jo! Bagaimana bisa kau berciuman dengan pria itu!" Teriak Sujamal sambil membanting sebuah botol hairspray.

"Itu hanya improvisasi, Sujamal! Tak perlu berlebihan seperti itu!" Balas Jodha dengan teriakan yang sama nyaringnya.

"Improve-mu sudah kelewat batas! Lagipula, siapa yang mengijinkanmu untuk berakting sampai kedalam sungai? Siapa!" Lagi lagi Sujamal berteriak dengan kerasnya.

"Tidak ada! Aku yang menginginkannya. Lagipula aku tak harus meminta ijin siapapun untuk melakukan adegan itu. Yang artis disini adalah aku, bukan kau!" Balas Jodha sambil mengacungkan telunjuknya kewajah Sujamal.

"Kau sudah keterlaluan Jodha! Kau benar benar tak menghargai aku sebagai tunanganmu! Aku bahkan dengan susah payah mencarikanmu pekerjaan yang tidak ada adegan lip kiss secara real. Tapi kau malah dengan sukarela memberikan bibirmu pada pria t*l*l itu! Itu artinya kau sama saja dengan wanita m*r*h*n!" Hardik Sujamal.

Plakkk! Sebuah tamparan mendarat di pipi Sujamal. Kali ini Jodha benar benar dibuat kesal dengan ulah Sujamal yang telah mempermalukannya tadi didepan sutradara, para kru dan tentu saja lawan mainnya itu.

Plakkk!! Tak disangka Sujamal malah membalas menampar pipi Jodha. Tubuh Jodha seketika terhuyung ke belakang dan spontan ia pun memegang pipinya yang terasa sakit dan memanas. Tak puas dengan tamparan, Sujamal pun mendekati Jodha dan mendorong tubuhnya hingga menempel ke dinding kemudian menjambak rambutnya dengan kasar.

"Sujamal, hentikan! Ini sakit!" Rintih Jodha sambil berusaha melepaskan cengkaraman tangan Sujamal.

Brakk!! Sujamal menendang sebuah vas bunga dengan kaki kanannya.

"Kalau kau tak mau berakhir seperti vas bunga itu, sebaiknya kau turuti kata kataku," ancam Sujamal dengan raut wajah yang mengerikan.

***************

Brakkk! Jalal dan Billy sama sama terkejut mendengar sebuah benda yang pecah dari ruangan sebelah.

"Kita tidak bisa tinggal diam, Bill. Sepertinya pria itu sedang kesetanan," ucap Jalal sambil menarik tangan Billy mengajaknya menuju ruangan sebelah.

"Jangan, Jalal! Ini urusan antara Jodha dan tunangannya. Kita tidak bisa ikut campur," cegah Billy.

"Lalu, Apa bukan urusan kita kalau si nona papan atas itu sampai terluka atau bahkan mati di tangan tunangannya yang gila itu?" Sahut Jalal.

The Princess ActWhere stories live. Discover now