Dong 8 :: [ Comeback Home ]

479 74 7
                                    

"Cuma aku kan yang bisa membawamu kesini." Ucap Jiyong sambil membawa beberapa barangku.

Kami baru saja sampai di Bandara Incheon, Seoul.

"Karena memang hari ini jadwalku pulang, kau tahu. Jangan asal bicara dan yang terpenting jangan kepedean." Kataku sebal namun dia hanya menampilkan smirk khasnya.

"Ada yang menunggumu." Ucap Jiyong membuat aku berhenti melangkah dan berbalik untuk menatapnya yang berada beberapa senti dibelakangku.

"Itu." Katanya sambil mengangkat dagunya.

Aku menoleh kebelakang dan mendapati Taeyang diujung sana tengah berdiri tegap dengan hoodie berwarna biru donker. Aku tersenyum kecil melihatnya, sebelum pada akhirnya membiarkan kakiku melangkah kemudian berlari kearahnya.

Aku menabrak dadanya, tak lupa dengan memeluk pinggannya erat.

"Woah, segitu kangennya kah kau denganku?" Tanyanya namun aku tidak menjawabnya sama sekali. Malah mengeratkan pelukanku padanya dan membenamkan wajahku didadanya. Menghirup wangi tubuhnya yang sangat khas.

"Banyak orang yang memperhatikan kita, kau tahu?" Ucapnya lagi.

"Bodo. Aku kangen memangnya tidak boleh." Kataku kesal namun dia hanya terkekeh pelan.

"Ayo, pulang." Ucap seseorang membuat pelukanku mengendur.

Ternyata, Jiyong.

"Ya! Aku baru saha bertemu dengannya dan kau langsung menyuruhnya pulang?" Tanya Taeyang pada Jiyong tak terima. Namun Jiyong hanya menggedikan bahunya, tidak perduli.

"Jiyong, bagaimana kalau kita main-main dulu. Aku juga baru bertemu dengan Taeyang."

"Aku tidak ikut." Katanya singkat membuat dahiku mengerut.

"Biarkan saja dia, hari ini jadwalnya dia makan orang." Ucap Taeyang asal membuat aku tersenyum.

"Baiklah, sini barangku. Biar Taeyang bawakan." Kataku sambil mengambil koperku darinya.

"Memangnya kata siapa aku mau membawakannya?" Ucap Taeyang sambil menaikan sebelah alisnya membuat aku menatapnya tak percaya.

"Astaga, bercanda. Sini-sini, aku bawain." Katanya sambil mengacak rambutku gemas.

"Kalau begitu aku pergi, dulu." Ucap Jiyong dan berbalik pergi.

"Cha, jadi kita sekarang mau kemana?" Tanya Taeyang.

****

"Kenapa kita kesini?" Tanyaku ketika kami sampai di sebuah pantai. Taeyang berjalan dibelakangku dengan memasukan kedua tangannya dalam saku. Kami berdiri di bibir pantai, menikmati semilir angin yang sangat menyegarkan dengan khas bau laut.

"Kalau aku bilang, karena ada yang ingin bertemu denganmu, bagaimana?" Ucap Taeyang membuatku tak mengerti.

"Siapa?" Tanyaku sambil menatapnya bingung. Ia tersenyum singkat. Lalu ia menaruh kedua tangannya di pundakku, menatapku dengan intens.

"Dengar, aku akan mengatakan ini sekali."

Ia menarii nafasnya dalam-dalam.

"Aku menyukaimu, sungguh. Dan ini bukan bagian dari taruhan itu sama sekali, bukan. Aku tahu, mungkin setelah apa yang sudah kita lewati sebelumnya, mungkin sudah tidak berarti apa-apa bagimu, namun sangat berarti bagiku. Maaf kalau membuatmu merasa dipermainkan, namun perasaanku ini tulus dan jujur."

Ia mengelus pipiku dengan tangan kanannya.

"Aku mencintaimu. Namun biarkan itu menjadi masalahku. Kau tak perlu merasa tidak enak karena tidak bisa membalas perasaanku. Karena menyatakan perasaanku yang jujur ini padamu, sudah lebih dari cukup. Aku hanya tidak ingin terus bersembunyi untuk memendam perasaan ini terus menerus. Dan sekarang, aku melepasmu. Aku akan berusaha untuk melupakan perasaanku padamu." Jelasnya membuat aku terdiam. Tidak tahu harus berbicara apalagi.

"Jadi, kau akan meninggalkanku?" Tanyaku dengan nada bergetar.

Aku tidak pernah siap untuk sebuah perpisahan.

"Aku akan kembali ke Australia, melanjutkan studi-ku disana."

"Karena aku?"

Dia menggeleng.

"Aku memang akan kembali ke Aussie, entah kapan yang jelas. Ya, walaupun sebenarnya ada faktor ingin melupakanmu." Katanya sambil menggaruk tengkuknya yang sama sekali tak gatal.

"Kau membuatku menjadi seperti orang jahat, kau tahu?" Ucapku sambil mengusap air mataku kasar.

"H-hei, kenapa menangis? Padahal aku tidak berniat membuatmu menangis." Ucapnya panik namun aku malah semakin menangis.

Ia merengkuh tubuhku dalam pelukannya. Menaruh kepalanya tepat diatas kepalaku.

"Sudah, aku pergi karena aku ingin. Jadi jangan menangis, membuat aku semakin berat meninggalkanmu, kau tahu?" Katanya sambil mengusap punggungku perlahan, menenangkan.

"Ehm." Jawabku, lalu mendorong tubuhnya pelan untuk melihat wajahnya.

"Jangan lupakan aku, kalau ketemu penggantiku bilang! Jangan putus kontak, jangan-"

Ia mencubit pipiku pelan, gemas.

"Iya adik bawel!"

"Siap kakak." Balasku membuat fia tersenyum kecil.

"Nah, jadi liat kesini sekarang." Ucapnya sambil menunjukan jarinya, membuat aku menanti apa yang aka ia lakukan selanjutnya.

Ia menjentikkan jarinya, membuat aku mengerutkan dahiku tak mengerti.

"Mulai sekarang, kau akan lupa kalau aku pernah mencintaimu lebih dari kakak-adik. Lalu mulai sekarang kau hanya akan mengingat rasa cintaku padamu hanya sebatas kakak adik." Ucapnya.

"Mana bisa aku lupa? Memangnya dalam jentikan jarimu itu kau punya kekuatan magic?" Kataku kesal.

"Anggap saja begitu, kenapa sih? Dasar, bawel." Ucapnya menyebalkan membuat aku mencibir pelan.

"Ne, arraso." Jawabku membuat ia tersenyum puas.

"Back to topic, orang yang ingin bertemu denganmu ada dibelakangmu sekarang." Ucapnya membuat aku segera berbalik.

Mataku membulat sempurna. Pria itu berdiri disana dengan kemeja putih yang membuatnya nampak tampan.

Pria itu, Choi Seunghyun.

♡☆♡☆♡☆♡☆♡☆♡☆♡

Yhaq, jadi melihat voting Taeyang yang sedikit jadi bisa menyimpulkan sendiri kan? Perlahan banyak member yang mundur. Jadi, vote terus dong buat idolanya di part IMPORTANT. 1acc=1vote, masih banyak silent readers yang belum vote kayaknya :) jadi jangan salahkan author kalau endingnya bukan sama member fav kalian yah ;)

Btw : Please,Stay akan dipublish kembali setelah cerita ini selesai.

Jangan lupa vomment ya readers❤

C.weirdostabi

Talk! [BigBang Imagines]Where stories live. Discover now