Kang, Lee ::: 7 [Escape Pt.2]

497 85 8
                                    

Aku melewati Yujin begitu saja, tanpa perduli berapa kali ia berusaha untuk memanggil namaku dengan keras. Atau berapa banyak pasang mata yang menatap kearahku dengan pandangan bingung, bahkan ada yang mencemoohku.

Ya, aku memang pantas untuk dicemooh.

Karena aku telah dibodohi oleh hampir seluruh sekolah ini dalam waktu yang cukup lama.

Lantas, untuk apa aku bertahan lagi di tempat yang rasanya sudah tidak lagi membuatku nyaman?

Rasanya aku sudah tidak memiliki alasan untuk tetap tinggal disini.

Aku membereskan barang-barangku di kelas, bahkan teman-temanku rasanya tidak berniat untuk menanyakan keadaanku bagaimana. Mereka semua acuh, seakan aku ini tidak pernah ada dalam kehidupan mereka.

Rasa sedihku dengan perlahan berganti dengan rasa marah, kesal dan benci.

Seseorang menepuk bahuku membuat aku segera menoleh dan menatap nyalang orang itu.

"Belum puas?" Tanyaku dingin.

"Puas dalam hal?" Tanyanya, masih sama tengilnya.

"Kalau kau disini hanya ingin membuang waktuku, aku tidak punya. Lebih baik kau pergi." Ucapku lalu melewatinya begitu saja.

Kukira ia akan menahanku atau melakikan hal semacamnya, nyatanya tidak. Seungri tetaplah Seungri. Si playboy yang terkenal dengan sering berganti-ganti pacar.

Aku merogoh saku rokku dan sama sekali tidak menemukan ponselku. Great! Bahkan setelah semua kesialan yang bertubi-tubi hari ini, ponselku hilang.

Aku membalikan badanku saat tanpa sengaja menabrak dada bidang itu.

"Mencari ini, kan?" Tanyanya membuat aku menatap wajahnya dan mendesis pelan melihat smirk yang terpatri di wajahnya.

Aku menggapai tangannya untuk mengambil ponselku tak lupa dengan menjinjit karena tubuhnya lebih tinggi dariku. Sialnya dia malah menarik ponselku kebelakang membuat aku terhuyung kedepan karena kehilangan keseimbangan.

Bisa aku rasakan, tangannya melingkar disekitar tubuhku dan mendekapku erat. Kami jatuh ke lantai, dengan aku yang berada di atasnya. Dengan kondisi telinga menempel didadanya aku bisa mendengar detak jantungnya yang teratur.

"Kau mendengarnya, kan?" Tanyanya memecah keheningan.

"Jantungku berdetak seperti itu kalau ada didekatmu. Jadi kalau kau menjauh, belum tentu jantungku bisa berdetak seperti ini." Katanya gombal, namun aku tidak merasa tersentuh sama sekali.

Aku hanya bisa tersenyum pedih.

Aku berusaha bangkit namun, tangannya mengunci tubuhku erat. Ia hanya membiarkanku menatap matanya dari jarak sedekat ini.

"Jangan pergi." Lirihnya, membuat pertahananku akan goyah.

Ia menggapai wajahku, mengusap air mataku yang turun melewati pipiku dengan ibu jarinya.

"Uljima. Kau tidak tahu ya, betapa banyak pohon yang mati kalau kau menangis?"

Aku memukul dadanya dan tertawa kecil.

Kenapa aku tidak bisa bersikap dingin dengannya.

"Apa hubungannya, bodoh." Cibirku kesal.

Ia tersenyum kecil dan menatapku dalam. Senyumku pudar saat perlahan wajahnya mendekat kearahku, namun saat seinci lagi bibirnya menyapu bibirku aku mundur dan beranjak, begitupula dengannya.

"Kau menolakku?"

"Aku, harus pergi." Ucapku, membuat matanya sayu. Bahkan bisa kulihat wajahnya mengeras, seakan berusaha menahan emosinya.

Talk! [BigBang Imagines]Where stories live. Discover now