Lee ::: 5 [Baikan]

570 75 14
                                    

Aku menggosok hidungku berkali-kali karena gatal. Flu ini sungguh menyiksa, bahkan aku harus nafas dari hidung sekarang. Eomma yang katanya mau menjemputku, bahkan belum datang. Tau begini aku pulang bareng Taeyang saja tadi, pasti sudah sampai dirumah.

Aku memejamkan mataku erat, bahkan rasa pusing dikepalaku semakin menjadi. Astaga, Eomma sampai kapan aku harus menunggu disini. Sekolah makin sepi.

Aku merapatkan jaketku tak lupa mengenakan penutup kepalanya. Aku merasa udara semakin dingin, padahal tidak ada pertanda mendung apalagi hujan.

"Belum pulang?" Ucap seseorang, namun aku tidak tahu dia berbicara dengan siapa. Mungkin saja salah satu murid cewek yang menunggu tak jauh dariku, kalau tidak salah dia itu adik kelas.

"Belum." Jawab suara perempuan itu. Aku jadi yakin seratus persen kalau suara bass itu tidak berbicara padaku.

"Mau kuantar?"

"Yang benar sunbaenim?" Tanya cewek itu dengan suara memekik tertahan. Aku membuka mataku perlahan, menoleh kesamping untuk melihat kedua orang itu.

Tepat saat itu, cowok itu menoleh kearahku membuat aku terbelalak kaget. Namun dia hanya menyeringai lalu mengembalikan pandangannya kepada cewek adik kelas itu.

Sial, jadi dia sengaja atau bagaimana?

"Untuk orang secantikmu, kenapa tidak?"

Kantong muntah mana kantong muntah?

Dasar playboy cap ikan cuwe.

"Sunbae~" Jawab adik kelas itu dengan nada merajuk membuat aku bergidik ngeri dan beranjak dari tempat itu.

Bisa gila aku lama-lama kalau aku masih tetap disana. Aku melangkahkan kakiku lebar-lebar merasa dongkol dengan sikap kekanak-kanakan orang itu.

Dia pikir aku akan cemburu, HAH?!

IYA! E-eh, maksudku TIDAK!

Aku mengeluarkan ponsel dari dalam saku rokku, dan menelpon Eomma.

"Eomma, dimana?" Tanyaku galak. Sebenarnya bukan maksudku terkesan membentak, namun emosiku sedang tidak stabil sekarang.

"Duh, sayang. Kayaknya Eomma tidak bisa jemput kamu deh. Masih banyak pesanan di bakery. Kamu gapapa kan pulang sendiri."

Astajim, kurang sabar apalagi T.T

"Tapi kan Eomma sudah janji." Lirihku.

"Maaf, yah. Nanti Eomma masakin makanan kesukaan kamu deh."

'Aku gak pengen itu, aku cuma mau Eomma jemput aku sekarang.' Batinku kesal.

"Ya." Ucapku singkat lalu segera mematikan sambungan.

Aku mengusap air mataku kasar, lalu melangkah menuju pintu gerbang.

Tidak ada lagi apa yang lebih buruk daripada hari ini?

Sebuah sepeda motor berhenti dihadapanku, aku tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas dari balik helm. Namun melihat perempuan yang berada dalam boncengannya aku jadi tahu dia siapa.

Tanpa sepatah kata pun, aku memutari motornya untuk melewatinya. Memang dia pikir dia siapa?

Lalu motornya berjalan beriringan denganku.

"Mukanya jangan ditekuk. Udah jelek makin jelek." Sindirnya membuat langkahku terhenti dan menatapnya tajam.

"Dengar, aku gak lagi mood buat berantem sekarang. Lebih baik, kamu anter cewek yang ada diboncengan kamu sekarang daripada aku-"

"Kamu cemburu?" Potongnya sambil tersenyum dari balik helmnya. Jelas, aku bisa merasakan dia tersenyum penuh kemenangan.

"Atas dasar apa kamu nuduh aku cemburu?!"

"Sunbae, cewek ini siapa?"

Aku menatap cewek adik kelas itu yang berani ikut campur dalam urusanku dengan cowok menyebalkan ini.

"Aku? Aku bukan siapa-siapa. Kamu gak usah takut aku bakal ngerebut cowok playboy ini dari tangan kamu. Aku gak minat sama sekali. Camkan, aku gak minat!" Ucapku kesal lalu melanjutkan perjalananku membiarkan dia menatapku dengan pandangan jahil miliknya yang sangat aku benci.

****

Sesampainya di rumah, aku segera menghempaskan tubuhku keatas sofa. Lalu beberapa menit kemudian beranjak untuk mencari makanan di kulkas namun nihil. Eomma sepertinya belum belanja bulanan. Membuat aku semakin kesal setengah mati.

Ting. Tong.

"Gak bisa apa hari ini lebih tenang dikit?!"

Aku dengan menghentakkan kaki kesal membuka pintu dan mendapati seseorang berada didepan pintu. Aku tidak kenal dia, lalu kenapa dia datang-datang membawa bunga?

"Untuk Nona." Ucapnya singkat membuat aku ragu untuk menerimanya. Setelah aku menerimanya, dia pergi begitu saja tanpa mengucapkan sepatah kata apapun.

Aku mencari nama pengirimnya, atau paling tidak kartu ucapan? Namun tidak ada.

"Suka, kan?" Ucap seseorang membuat aku menoleh ke samping.

Tunggu, sejak kapan dia duduk disana?!

Aku menatapnya tajam dan melempar bunga itu kepadanya.

Gila, aku kira bunga itu dari siapa. Yang pasti bukan dari dia. Kalau dari dia mending aku bakar.

Aku masuk ke dalam rumah dan menutup pintu dengan cepat namun dia masih bisa menahannya. Alhasil terjadi dorong mendorong pintu rumah dan sayangnya karena tenaganya yang lebih besar membuat aku tersungkur ke lantai.

"Sukurin." Ucapnya tanpa berniat membantuku sedikitpun.

"Ini rumah siapa!" Ucapku kesal namun dia hanya memeletkan lidahnya.

"Udah, yuk. Maafan." Ujarnya membuat aku mendengus kesal.

"Setelah membuat aku kesal setengah mati terus bawa bunga kirain dari siapa, taunya kamu, terus bikin aku jatoh terus dengan gampangnya minta maaf?!"

"Yap."

"Gila, ya. Seungri kamu tuh kenapa nyebelin banget sih?!"

"Biar ngangenin."

"Bodo ah!" Ucapku kesal namun dia hanya tertawa.

"Jadi baikan, kan?"

"Serah."

"Oke, kita baikan."

Ucapnya sambil mengacak rambutku gemas. Membuat aku tersenyum, walau hanya dalam hati.

♡☆♡☆♡☆♡☆♡☆♡☆♡☆♡☆♡

C.weirdostabi//dorotheagustin

Talk! [BigBang Imagines]Where stories live. Discover now