"Kau memang cantik, nona. Semoga harimu menyenangkan." balas barista itu sambil tersenyum.

Rosa berbalik sambil terus tersenyum. Namun, Tiba-tiba, langkahnya yang ceroboh membuat wajahnya menabrak dada seorang pria yang daritadi mengantre di belakangnya. Dengan gelagapan, ia menahan kopinya agar tidak tumpah kebaju pria itu.

Saat ia berhasil menahan kopinya agar tidak tumpah, Rosa mendongak untuk melihat pria tinggi itu dan segera meminta maaf. Betapa terkejutnya ia saat melihat pria tampan, dibalut dengan kemeja button-down, dasi dan celana hitam panjang itu adalah pria yang pernah ditemuinya di bandara.

Mereka berdiri kaku dalam tatapan tidak percaya—diam dan mencoba mengenal wajah mereka satu sama lain. Saat semuanya terasa benar, Max tersenyum, lalu tertawa tidak percaya. Dan saat bersamaan pula mereka mengucapkan,

"Kau...?!"

Rosa yang tidak tahu nama pria itu hanya bisa berkata. "Kau...penolongku, kan?"

Dan Max membalas balik pertanyaannya. "Dan kau...wanita berbaju aneh itu, kan?"

Rosa mengerjap dan sedikit kesal ketika Max menyinggung pakainnya. Max mengajak Rosa untuk mengobrolnya sebentar di kedai kopi itu. Saat Rosa sudah duduk di meja, Max langsung mengulurkan tangannya. "Aku, Max."

Rosa membalas jabatan tangan itu. Kalau di hitung-hitung, dia sudah berjabat tangan dengan 3 manusia di Bumi. "Rosangelynz."

Max tersenyum. Dan akhirnya, ia bisa mengetahuinya setelah ia menyadari tidak mengingat nama wanita itu dengan benar saat memeriksa passportnya.

"Nama yang indah."

"Terima kasih." Rosa melanjutkan ucapnnya. "Dan, aku senang kita bisa bertemu lagi."

"Kau senang bertemu denganku?" tanya Max penasaran.

Rosa mengangguk cepat. "Iya. Aku senang sekali." Ia menyunggingkan senyumnya. "Mungkin, lain kali aku akan mentraktirmu secangkir kopi. Aku ingin membalas semua kebaikanmu." katanya sambil menangkupkan kedua telapak tangannya di cangkir kopi.

Seulas senyum simpul terukir di wajah Max. "Aku akan sangat senang hati menerimanya."

Saat itu, sinar matahari pagi menerpa wajah lembutnya, hingga Rosa bisa melihat jelas mata biru kristalnya yang jernih.

Rosa memegang dadanya. Degup jantungnya berdetak cepat sesaat ia melihat senyuman dan mata pria itu. Ini pertama kalinya bagi seorang peri seperti Rosa terpaku melihat tatapan manusia. Dan lebih anehnya, pria itu bukan Alex.

Ia memalingkan wajahnya dari Max, dan lebih memilih menatap keluar jendela sambil menyesap kopinya. Rosa melirik Max yang sedang mengambil sesuatu dari dompetnya. Sebuah kartu berwarna putih.

"Ini kartu namaku. Kau bisa menghubungiku kapan saja." ucap Max sambil menaruh kartu namanya tepat di sebelah cangkir kopi Rosa.

Rosa mengambilnya cepat-cepat dan melihat kartu itu dengan ekspresi yang antusias seperti saat ia melihat tiket kereta. "Jadi, namanya adalah Maxime Moise." Kata Rosa dalam hati.

"Aku akan menghubungimu jika aku sudah menerima gaji pertamaku." sesaat Rosa

Max tertawa pelan. "Baiklah. Ngomong-ngomong, kau bekerja dimana?"

Rosa berdehem. "Aku belum bekerja. Aku baru akan melamar pekerjaan pagi ini."

Max hanya menggumam walau ia sangat ingin tertawa saat itu juga. "Kalau aku boleh tahu, kau mau melamar dimana?"

"Melamar di kafe." Rosa mencondongkan wajahnya kedepan dengan ekspresi wajah ceria. "Aku akan bekerja sebagai pelayan." Dia menyenderkan punggungnya disandaran kursi sambil tersenyum-senyum.

ROSANGELYNZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang